Ringkasan Khotbah: 1 Februari 1998
Mengarah kepada Kristus
Nats : Ef 1: 9-12

Minggu yang lalu kita telah mempelajari mengenai kepenuhan hidup di dalam Kristus. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada Alkitab. Alkitab mengatakan, "Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita." Suatu rahasia tidak mungkin bisa dimengerti oleh manusia kecuali Allah yang membukakannya. Allah pencipta bukanlah Allah tidak mau memberi tahu. Allah sudah menyatakan rahasia kehendaknya kepada kita supaya rencana Allah dapat digenapkan sampai mencapai maksud terakhir.

Dalam Ef 1:10 dikatakan ,"sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mepersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang disurga maupun yang dibumi." Sekarang kita sedang menuju titik puncak penggenapan seluruhnya secara total yakni dipersatukannya segala sesuatu di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu. Bukan hanya orang Kristen saja melainkan dipersatukannya segala sesuatu yang ada di seluruh alam semesta ini. Inilah yang dikehendaki oleh Tuhan. Inilah kepenuhan kehendakNya supaya terjadinya kesatuan sejati secara global.

Dr. Martin Dlloyd John mengatakan, "manusia ingin tahu apa yang menjadi sasaran hidupnya, apa yang menjadi kepenuhan hidupnya, apa yang harus dia hadapi di dalam seluruh hidupnya. Seringkali manusia bertanya kepada para negarawan, para pimpinan negara. Apa yang harus diarahkan dan kemana harus pergi? Tidak ada pimpinan yang bisa memberikan arah yang jelas dan pasti kepada setiap manusia." Karena manusia sendiripun berada di dalam posisi terbatas.

Di dalam situasi yang tidak pasti ini bagaimana kita bisa mempunyai arah yang jelas dan pasti. Bagaimana kita bisa menjalankan fungsi hidup secara tepat, kecuali kita mendapatkan basis yang kokoh. Jika kita tahu titik akhir hidup kita seperti apa maka dalam krisis yang bagaimanapun kita memiliki landasan hidup yang kokoh. Berkenaan dengan titik akhir segala sesuatu ini Alkitab mengatakan, segala sesuatu baik yang di surga maupun yang dibumi akan di persatukan di dalam Kristus sebagai kepala (Filipi 2:10-11).

Istilah dipersatukan di dalam Kristus sebagai kepala. Dalam dalam bahasa Inggeris menggunakan kata heading up yang berarti mengarahkan atau menjadikan Kristus sebagai kepala di dalam hidup kita. Kita dicipta harus mengarahkan diri kepada Kristus sebagai kepala segala sesuatu.

Berbicara persatuan di sini menunjuk kepada persatuan kembali yang sudah menjadi persatuan asasi yang hakiki yang menjadi format dari natur kita. Melalui konsep ini tidak heran kalau di dalam hidup manusia selalu ingin bersatu. Namun di lain pihak pada waktu kita mau bersatu justru disitu yang paling banyak perseteruan. Mengapa demikian? Jika kita menelusuri di dalam Alkitab jelas persatuan ini merupakan satu gambaran dalam sejarah mulai dari titik alfa dan kembali digenapkan di dalam titik omega. Mulai dari penciptaan sampai titik penyempurnaan akhir.

Persatuan ini dirusak oleh dosa. Di dalam perjalanan sejarah persatuan ini harus dipersatukan kembali di dalam titik omega. Maksudnya persatuan yang sudah ada sejak titik awal ini namun telah dirusak oleh dosa ini sekarang harus diproses kembali supaya kembali ke persatuan sejati.

Persatuan sejati ini adalah persatuan yang mengarahkan hidup kepada Kristus sebagai kepala perwakilan dari segala yang ada. Kekristenan melihat persekutuan bukan hanya antara saya dan engkau. Tetapi ada perwakilan yang mempersatukan saya dan engkau. Sistem perwakilan ini sudah ditetapkan secara kodrati sejak Tuhan menciptakan dunia ini sebelum jatuh dalam dosa. Seluruh alam semesta dipersatukan di dalam diri Allah Tritunggal yang menjadi perwakilan seluruh alam semesta. Di mana semuanya menyatu secara harmonis.

Di bawah perwakilan utama di atas ada perwakilan lain yang ditetapkan oleh Tuhan Allah yaitu manusia. Manusia ditetapkan menjadi perwakilan atas alam semesta. Manusia diberi kuasa untuk memelihara dan menguasai alam semesta ini. Selama seluruh alam semesta ini berada dalam garis utama perwakilan maka seluruhnya akan berjalan dengan baik. Namun seluruh struktur perwakilan yang harmonis ini menjadi rusak, kacau dan tidak harmonis lagi setelah manusia jatuh dalam dosa.

Oleh sebab itu tanpa adanya perwakilan yang benar maka tidak akan mungkin terjadi persatuan yang sejati karena masing-masing unsur akan menjadi kekuatan pemecah di dalam dirinya. Karena adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda yang suatu saat bisa menimbulkan konflik.

Jadi prinsip persatuan yang sejati baru bisa terjadi jika sumber yang menjadi perwakilan memiliki validitas dan absah. Ini mungkin tercapai jika kita kembali mengarahkan hidup kita kepada Kristus sebagai sumber akhir dari tujuan hidup manusia yang mempersatukan segala sesuatu. ?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)