Ringkasan Khotbah : 15 Februari 1998
Kepastian Jaminan Kristen 1
Nats : Efesus 1: 12-14
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno

Ditengah kehidupan yang tidak pasti, manusia sangat membutuhkan kepastian. Di dalam ketidakpastian selalu terjadi kepanikan, kebingungan dan tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga kita mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran, permainan palsu manusia (bnd Ef 4:14).

Ditengah ketidakpastian ini, orang Kristen tidak seharusnya memiliki naturalitas yang sama seperti orang yang tidak percaya. Paulus, ketika belum kembali kepada Kristus tidak memiliki pegangan yang kokoh. Namun, setelah Paulus kembali kepada Kristus, dia memiliki pegangan dan arah yang jelas. Mengapa? Karena Paulus mengerti secara mendalam Siapa yang dia percaya. Dalam II Tim 1:12 Paulus mengatakan, "Aku tahu kepada Siapa aku percaya."

Hal ini juga dibuktikan oleh Paulus di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh harapan kepada Kristus." Kata ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan,’ menggunakan kata proelpizo. Di sini seolah-olah memberikan urutan ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus.’ Sebenarnya, istilah ini berarti ‘pra-harapannya pada Kristus’. Istilah yang dipakai di sini hanya satu kata dan kata ini (proelpizo) hanya dipakai satu kali di dalam seluruh Alkitab PB. F.F. Bruce seorang eksegeses yang sangat ternama menyoroti kata ini. Dia mengatakan proelpizo ini bukan mengajarkan satu harapan yang ada embel-embel-nya tetapi juga bukan merupakan suatu masalah lalu kita berharap. Pra-harapan ini merupakan suatu presaposisi yaitu satu dasar harapan yang dipegang lebih dahulu. Jadi ini bisa dikategorikan sebagai pegangan dasar, artinya apapun yang dibangun disana saya pegang ini dahulu. Jadi kata proelpizo digunakan oleh Paulus berarti sudah memiliki pegangan pertama yaitu di dalam Kristus. Kemudian di dalam ay. 13 ditambah lagi, "di dalam Dia kamu juga."

Paulus mengatakan, "aku tahu kepada siapa aku percaya (II Tim 1:12)." Ini menjadi pra-harapan Kekristenan. Ini bukan pengharapan yang mudah-mudahan dan tidak ada kepastian yang pasti. Pra-harapan ini memberikan suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Dasarnya dapat kita lihat di dalam Ef 1:12-14. Dalam bagian ini Paulus menjelaskan mengapa jaminan kepastian tidak bisa diganggu gugat. Hal ini berbeda dengan para futurologi-futurologi yang bisa keliru, karena seringkali banyak faktor "x" yang berada di luar pertimbangan mereka.

Berikut ini kita akan melihat beberapa alasan mengapa janji Allah tidak bisa diganggu gugat. Pertama, jaminan keselamatan. Di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh pengharapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya." Dan di dalam ayat 13 dikatakan, "di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya." Kekristenan dimulai dengan karya Yesus. Di sini oknum kedua menjadi patokan jaminan pertama. Di sini seluruh pengharapan yang dijanjikan dipegang oleh oknum kedua yaitu Kristus yang menjadi dasar Injil keselamatan dan menjadi dasar firman kebenaran yang kita pegang. Ini adalah dasar epistemologi Kristen yang sangat kokoh. Epistemologi yang dimaksud di sini adalah patokan, prinsip mengerti kebenaran yang paling benar.

Di dalam dunia kita tidak cukup hanya mengatakan ini benar. Ini harus dipertajam dengan kata yang "benar-benar, benar". Mengapa ada yang "benar-benar, benar," karena ada yang "benar-benar tidak benar". Dan juga ada yang "tidak benar-benar tidak benar." Mengapa bisa demikian? Jawabannya,\ karena dunia kita penuh penipuan. Sehubungan dengan hal ini Alkitab menggunakan satu paralel dari firman kebenaran dan Injil keselamatan. Jika kita mempelajari ay. 13 dikatakan, "di dalam Dia engkau sudah mendengar firman kebenaran.’ Lalu ditambah lagi di dalam Dia yaitu Kristus engkau mendapat Injil keselamatan. Di sini Injil keselamatan dan firman kebenaran diidentikan. Tanpa penebusan oleh darah Kristus tidak ada Kekristenan sejati. (Ef 1:6-7 dan 14). Di sini kita mendapat jaminan yang paling kuat secara epistemologi karena kebenaran didirikan di atas Kristus bukan di dalam diri manusia. Manusia tidak mungkin menemukan kebenaran karena manusia bukan sumber kebenaran sehingga manusia tidak boleh dijadikan patokan kebenaran. Inilah kesalahan Hawa ketika jatuh dalam dosa.

Oleh sebab itu manusia harus kembali kepada kebenaran sejati. Dan kebenaran sejati ini bukan hukum. Kebenaran sejati ini hanya satu yaitu Kristus (Kis 4:12). Dan ketika Yesus ada di dalam dunia dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku." Kata yang dipakai untuk ‘kebenaran’ di sini tidak menggunakan kata righteousness tetapi menggunakan kata aleiteia artinya Truth. The Truth artinya kebenaran asasi atau hakekat. Ini tidak bisa diganggu gugat. Jadi, Kekristenan memiliki kekuatan epistemologi karena kebenaran Kekristenan di dasarkan pada kebenaran di atas saya yang sudah dikerjakan melalui penebusan darah Kristus.

Kedua, melalui Roh Kudus. Dalam Efesus 1:13b dikatakan, "di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu." Pada bagian kedua ini jaminan kepastian tidak hanya berhenti pada titik tolaknya saja tetapi juga di dalam prosesnya. Roh kudus oknum ketiga dari Allah Tritunggal tinggal di dalam diri manusia yang menjadi meterai yang menjamin. Kepastian kita di sini dijamin oleh meterai yang sah.

Ketiga, Allah Bapa adalah jaminan kita (ay. 14). Kita di jamin oleh Allah tidak hanya berhenti pada titik awal melainkan proses ini harus berhenti di dalam titik akhir yaitu pada waktu kembalinya kita kepada Allah untuk memuji kemuliaanNya. Pada waktu itu jaminan ini dijamin kembali ke dalam kepenuhan total ketika kita dipersatukan kembali di dalam Allah Bapa. Dalam ayat 14 ini Allah Tritunggal sendiri menjadi kepenuhan bagi kita yang menjadi jaminan yang tidak bisa diganggu gugat.

Adakah jaminan yang lebih besar dari hal di atas? Dapatkah manusia menjamin kita dengan jaminan yang pasti. Tentu tidak ada. Karena banyak faktor "x" yang akan terjadi dan berada di luar kemampuan manusia. Hanya di dalam Allah Tritunggal kita memiliki jaminan yang pasti, dari mulai titik pertama sampai dengan titik akhir.

Semua jaminan di atas tidak dapat dilepaskan dari providensia Allah yaitu Allah yang memelihara, menolong, menjamin, dan menopang anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan kepastian yang paling kokoh ditengah dunia yang berproses secara sejarah. Ditengah dunia yang tidak ada kepastian, anak-anak Tuhan diberikan suatu jaminan yang tidak bisa diganggu gugat yaitu jaminan pemeliharaan Allah. Providensia Allah dikembangkan begitu kuat di dalam teologi reformed.

Alkitab melihat Kekristenan dimulai dengan pengorbanan Allah demi untuk menyelamatkan manusia. Inilah manifestasi kasih yang begitu besar yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh manusia. Dengan cinta kasih yang begitu besar Tuhan membimbing anak-anakNya untuk kembali kepada jalur yang seharusnya sesuai dengan maksud Pencipta. Untuk hal inilah Allah Tritunggal berperan aktif di dalam memberikan jaminan kepada anak-anak Tuhan. Ini merupakan anugerah yang begitu besar.

Namun seringkali anugerah atau cinta kasih yang begitu besar ini diresponi secara keliru oleh manusia. Seharusnya, justru ketika Tuhan memberikan jaminan yang begitu besar, ketika Allah mengorbankan Anaknya untuk menebus dosa kita, ketika Allah tritunggal di dalam penebusan menjamin kita mulai dari titik awal sampai pada proses dan akhirnya, ini mendorong dan menjadikan kita lebih taat dan lebih setia.

Namun, Jika ada orang yang mengatakan telah menerima anugerah Tuhan yang begitu besar namun telah menyalahgunakan anugerah tersebut dengan berbuat dosa sesukanya maka hal ini menunjukkan orang tersebut belum diselamatkan. Dengan kata lain orang tersebut tidak berada di dalam jalur Allah. Marilah kita sebagai anak-anak Tuhan ditengah krisis seperti ini Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap berjalan dalam jalur Tuhan.

Biarlah providensia Allah jaminan melalui Yesus Kristus melalui Roh Kudus dan melalui Bapa ketiganya menjadi kekuatan yang membuat kita tidak menyimpang dari jalan Allah. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)