Ringkasan Khotbah : 7 Juni 1998

Mengerjakan Keselamatan

Nats : Filipi 2:12

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Pembahasan kita pada hari ini berkenaan dengan bagaimana kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Istilah ‘mengerjakan keselamatan’ merupakan istilah yang penting di dalam teologi Kristen. Banyak orang salah melihat doktrin ini, mereka hanya melihat pada waktu kita diselamatkan. Alkitab tidak melihat keselamatan hanya pada titik pertobatan saja. Demikian pula, Teologi reformed tidak hanya berbicara tentang predestinasi namun membicarakan keselamatan secara menyeluruh. Betapa keliru jika kita melihat ajaran reformed hanya berhenti pada titik predestinasi.

Di dalam doktrin reformed kita berbicara tentang TULIP. TULIP hanya membahas doktrin keselamatan bukan doktrin reformed secara keseluruhan. TULIP merupakan singkatan dari: Total of Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistable Grace, dan Perseverence of the Saint. Total of Depravity adalah kerusakan total. Setiap manusia yang sudah berdosa adalah rusak total. Tidak ada kemampuan bagi dia untuk kembali pada Tuhan. Sedangkan Unconditional Election merupakan pilihan Allah tanpa syarat. Lalu Limited Atonement berbicara penebusan yang terbatas hanya untuk umat pilihan saja, dan bukan untuk semua orang. Sedangkan Irresistable Grace adalah anugerah Allah yang tidak dapat ditolak oleh manusia, maksudnya anugerah yang sudah diberikan kepada seseorang itu tidak mungkin akan kembali sia-sia. Sedang yang terakhir adalah Perseverence of The Saint adalah ketekunan orang-orang kudus sampai akhir di dalam proses menggarap kehidupan Kristen. Poin kelima ini seringkali dilupakan karena seringkali kita memperdebatkan keselamatan adalah pilihan Allah. Sekali selamat tetap selamat.

Teologi Reformed tidak hanya berhenti pada titik awal keselamatan. Di dalam Flp 2:12, Paulus membukakan kepada kita: Pertama, Paulus membicarakan ayat ini dengan sangat proporsional. Flp 2:12 mengatakan, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; …." Seharusnya kalimat ini dilanjutkan dalam bahasa Indonesia yang diletakkan di bagian belakang, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir," lalu kemudian dibelakangnya, "karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar." Dalam ayat ini, Paulus menggabungkan dua prinsip penting yaitu antara keselamatan dengan ketaatan. Dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Tidak ada pembicaraan keselamatan tanpa ketaatan dan tidak ada ketaatan tanpa keselamatan.

Sebelum berbicara tentang prinsip menggarap keselamatan maka pertama-tama Paulus membicarakan prinsip ketaatan. Ketaatan disini adalah ketaatan tanpa syarat (unconditional). Ketaatan bukan karena Paulus ada ditengah-tengah jemaat tetapi juga pada saat Paulus tidak ada ditengah-tengah mereka. Jadi saya taat kepada Tuhan bukan karena ada orang-orang yang mengawasi saya, bukan karena ada ancaman yang mengancam saya. Namun saya taat karena sewajarnya saya taat. Taat disini bukan beban melainkan suatu sukacita yang besar. Ketaatan merupakan suatu respon yang wajar terhadap penebusan Kristus. Jadi wajar kalau sekarang saya jadi hamba kebenaran. Ini menjadi ucapan syukur sejati yang kita berikan kepada Tuhan dengan kita mencintai Tuhan dan kebenaranNya. Ucapan syukur disini jangan disederhanakan seperti memuji nama Tuhan atau menaikkan lagu pujian. Tidak!

Dengan kerelaan taat seperti itulah kita baru balik menjadi manusia yang sejati. Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa manusia sudah tidak mirip manusia, bahkan lebih parah daripada binatang. Mengapa ini terjadi? Karena manusia gagal menjadi manusia sejati dan tidak lagi memancarkan yang seharusnya. Manusia sudah memberontak kepada Allah dan telah keluar dari maksud Allah. Hal ini baru bisa diperbaiki jika manusia kembali pada posisi sebenarnya yaitu pada PenciptaNya, melalui ketaatan yang tanpa syarat (unconditional). Memang, ada ketaatan yang dikunci oleh hukum. Hal ini terjadi seperti pada kondisi ketaatan terhadap hukum Taurat. Hari ini juga banyak orang-orang pietisme menegakkan hal yang sama. Akibatnya manusia tidak lagi mengembangkan kebebasan ketaatan relasional kepada Allah karena dikunci hukum tertentu.

Ketaatan Kristen bukan seperti ini. Kristus berkata di dalam Yoh 8:31-32, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku … kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Ketika kita kembali kepada kebenaran, disitulah kita akan menikmati satu relasi. Demikian juga Paulus mengatakan, kamu taat waktu aku ada disini tetapi kamu juga harus taat pada waktu aku tidak ada disini. Ingat ketaatan kita jangan terkunci pada satu pribadi. Ketaatan kita adalah ketaatan pada kebenaran dan kembalinya kita kepada kebenaran. Ketaatan seperti inilah yang harus muncul dalam semangat hidup jemaat Filipi. Dari ketaatan seperti ini barulah kita bisa koneksikan dengan kalimat kedua yaitu mengerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.

Istilah ‘mengerjakan keselamatan’ ini unik luar biasa. Hendaklah engkau mengerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Kalimat ini mempunyai beberapa implikasi yang perlu kita perhatikan secara serius. Kata ‘mengerjakan’ merupakan suatu prefiks yang mengaitkan suatu keseriusan dalam mengerjakan sesuatu. Ini menggambarkan satu keutuhan dalam penggarapan sesuatu. Jika kita bandingkan Flp 2:12 dengan Ef 6:13, kata Yunani yang dipakai untuk ‘mengerjakan’ juga dipakai di dalam Ef 6:13. Dalam Flp 2:12 dipakai kata ‘mengerjakan’ sedangkan di dalam Ef 6:13 dipakai kata ‘menyelesaikan.’ Jadi kata ini mempunyai arti dua-duanya. Kata ini juga menunjukkan bahwa keselamatan bukan pada waktu kita bertobat saja, melainkan keselamatan harus dilihat secara keseluruhan. Dari titik kita dipanggil sampai kita disempurnakan Tuhan merupakan sesuatu yang harus kita garap terus-menerus sampai kita menyelesaikannya. Jadi bagaimana kita memproses seluruh hidup sampai kita berubah dan sampai kita menjadi saksi Tuhan ditengah dunia dan bahkan sampai Tuhan mempermuliakan kita. Alkitab tidak pernah mendualismekan antara bagaimana saya bertobat dan bagaimana saya setia sampai akhir.

Kata ‘mengerjakan keselamatan’ disini dalam bentuk struktur middle present imperatif. Dalam bahasa Yunani ada voice yang di dalam bahasa Indonesia atau Inggris tidak dikenal. Dalam bahasa Inggris ada bentuk aktif tetapi juga ada bentuk pasif tetapi bentuk middle tidak ada. Bentuk pasif berkenaan orang lain bertindak terhadap diri kita, sedangkan bentuk aktif, saya bertindak terhadap orang lain. Sedangkan bentuk middle tidak ada dalam bahasa Inggris dan juga dalam bahasa Indonesia. Dalam bentuk aktif, saya yang aktif tetapi orang lain yang jadi obyeknya; sedangkan di dalam bentuk pasif, orang lain yang aktif saya menjadi obyeknya. Dalam bahasa Yunani ada bentuk middle, disini saya jadi subyek sekaligus saya jadi obyek. Bentuk middle juga dipakai di dalam Ef 6. Jadi maksud dari bentuk middle ini, waktu saya sedang mengerjakan keselamatan ada satu yang digarap, yaitu diri sendiri. Sehingga bukan menuding orang lain atau orang lain menuding kita, tetapi kita menuding diri kita sendiri. Kita menggarap diri kita sendiri. Tuhan mengajar bagaimana kita menggarap keselamatan kita sendiri dengan takut dan gentar. Jadi keselamatan merupakan suatu keutuhan dimana saya dan saudara menggarap diri kita sendiri supaya kita boleh belajar menyatakan keselamatan kepada orang lain dan memproses keselamatan itu sampai pada akhirnya. Sekali lagi keselamatan seperti ini tidak lepas dengan ketaatan tanpa syarat.

Kedua, jika kita mengerti ketaatan sebagai suatu keutuhan secara menyeluruh berarti ketaatan juga pasti bersifat proses yang terus-menerus. Di dalam bagian ini juga Paulus menggunakan bentuk present tense dan middle present imperative. Present tense dalam bahasa Yunani setara dengan continuous tense dalam bahasa Inggris. Jadi bentuk present continuous di dalam bahasa Inggris, di dalam bahasa Yunani cukup pakai present tense yang artinya sama yaitu sedang dan terus menerus sedang. Jadi kalau dikatakan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar ini tidak berbicara hanya pada satu waktu tertentu melainkan berbicara seluruh atau sepanjang hidup kita masing-masing harus terus berproses. Dengan kata lain disini Paulus menginginkan kita untuk terus-menerus memproses hidup kita. Itu berarti kalau kita sudah diselamatkan, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak hidup taat dalam kebenaran.

Ketiga, di bagian ini Paulus menggunakan bentuk Imperatif menunjukkan bahwa persoalan menggarap keselamatan bukan persoalan sederhana yang boleh atau tidak boleh. Tidak! Di dalam Ef 6:13 dikatakan, "Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu." Pengertian ini juga sejalan dengan Flp 2:12, "Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …." Takut dan gentar disini bukan ditujukan kepada seorang pribadi melainkan takut dan gentar disini ditujukan kepada diri sendiri. Jadi ketika kita menggarap hidup kita harus dengan takut dan gentar. Mengapa? Karena kita tidak hidup dalam kondisi netral. Alkitab mengatakan hari-hari kita tidak netral. Itu sebabnya Alkitab mengatakan tebuslah waktu-waktu ini karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:15-17). Konsep hari-hari ini adalah jahat tidak pernah kita dapatkan dalam agama maupun filsafat apapun di dunia ini kecuali di dalam Kekristenan. Disini waktu Paulus mengatakan, "… kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …." menggunakan kalimat imperatif, karena hal ini bukan hal yang otomatis terjadi. Ini bukan kondisi suka atau tidak suka melainkan suatu perintah yang harus. Jika kita gagal mengerjakan keselamatan ini maka kita akan dimakan waktu. Waktu-waktu kita tidak netral jika kita gagal menebus waktu berarti waktu sedang memakan kita.

Saat ini negara kita sedang membutuhkan Injil keselamatan. Tetapi dari mana mereka mendengar keselamatan jika orang Kristen sendiri tutup mulut. Itu sebabnya mari kita berpikir sebelum mereka mendengar Injil bagaimana dengan kita sendiri. Sudahkah saudara dan saya memproses keselamatan diri kita sendiri. Ditengah krisis ekonomi, sosial, dan politik, jika iman kitapun krisis apa artinya krisis yang lain. Kepercayaan merupakan hal yang paling utama dalam segala sesuatu. Mari di dalam seluruh hidup kita, kita belajar memproses keselamatan dalam diri kita masing-masing. Bertumbuh di dalam keselamatan yang Tuhan sudah berikan sampai pada kesempurnaan nanti. Dengan demikian kita bisa menjadi terang dan garam dunia. Amin!

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)