Ringkasan Khotbah : 12 Juli 1998

System Tertutup & System Terbuka

Nats : Habakuk 2:1-5

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Hari ini kita membahas bagian penting bagaimana Tuhan menjelaskan prinsip-prinsip kebenaran-Nya yang selama ini menjadi pergumulan iman Habakuk. Kitab Habakuk ini mempunyai format yang sangat jelas. Habakuk 1 dimulai dengan pergumulannya ketika melihat bangsanya yang begitu jahat pada waktu itu. Disini Habakuk mulai mempertanyakan mengapa dia harus melihat keadaan seperti itu. Dan ketika sampai di akhir ps. 1, dia berada di dalam situasi yang sangat kecewa dan putus asa. Disini imannya mulai goncang. Namun, di saat seperti itu dia kemudian keluar dari titik paling bawah. Titik yang menunjukkan kelemahan dia sekaligus juga menjadi titik kemenangannya. Di dalam Hab 2:1 dikatakan, "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku." Ayat ini menjadi titik balik bagi Habakuk, dari kesulitan dan pergumulan iman menuju kepada kemenangannya.

Saat ini kita belajar bagaimana Tuhan menjawab pergumulan Habakuk. Dalam Hab 2:1 sampai jawaban Tuhan di ayat 2 dan 3, kita memberi satu gagasan tentang apa yang disebut beralihnya sistem tertutup kepada sistem terbuka. Peralihan ini tidak mudah dan seringkali menjadi kesulitan yang fatal dari setiap orang yang hidup, yang membuatnya tidak bisa melihat kebenaran.

Ketika apa yang dia lihat mulai bertabrakan dengan pengertian dia waktu itu, Habakuk mulai bertanya: "Mengapa? Berapa lama lagi?" Pertanyaan ini kelihatannya sangat manusiawi, tetapi justru disinilah problema dasar dari pergumulan seseorang dan disinilah kesulitan dasar daripada problematik iman kita. Waktu kita bertanya, "Mengapa Tuhan?" sebenarnya kita sudah memikirkan sesuatu dan sesuatu itu sedang kita mau mutlakkan. Disini kita sedang mengkukuhkan satu sistem yang disebut sebagai sisem tertutup, yaitu satu pola pikir yang memutlakkan diri sendiri sebagai standar kemutlakan yang tidak bisa diganggu oleh orang lain. Ketika kita mengukuhkan konsep yang kita pegang, disitu kita sudah masuk dalam pola sistem tertutup. Waktu kita berada dalam pola sistem tertutup pertanyaan yang perlu dipertanyakan adalah betulkah pikiran kita itu mutlak.

Disini ada tiga pola yang berada dalam dua wilayah 1) posisi Habakuk, 2) posisi orang Israel yang menindas kebenaran dengan kefasikan (Hab 1:4). Situasi bangsa Israel pada saat itu begitu bejat. Mereka hidup fasik. Orang benar dikelilingi, dimanipulasi, dan dikuasai oleh orang-orang yang jahat. Inilah kondisi dari golongan kedua, yang adalah umat Allah tetapi hidupnya tidak beres. 3) Orang Kasdim. Bangsa ateis yang tidak mengenal Tuhan, penyembah berhala yang menggantikan Allah yang sejati dengan "allah" ciptaan mereka. Mereka mau memutlakkan diri menjadi dasar dan patokan kebenaran. Itulah sebabnya di dalam Hab 1:16 dikatakan, "dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah. Jadi, illah mereka adalah hasil yang didapat. Yang disembah adalah pukatnya karena oleh karena alat itulah mereka menghasilkan sesuatu. Sekarang masalahnya, siapa yang menetapkan pukat tersebut menjadi dasar dari illah dia? Jadi disini kebenaran tergantung manusia. Ini dilakukan oleh orang-orang kasdim 2600 tahun yang lalu. Bagaimana dengan sekarang? Format seperti ini tetap sama. Dewasa ini kita bisa mengganti pukat kita dengan berbagai macam jenis tetapi prinsipnya sama: aku adalah "allah". Ketiga golongan ini masing-masing merepresentasikan sistem tertutup mereka. Dalam Hab 1, kita melihat kondisi ini secara tegas.

Mula-mula justru bukan orang Kasdim yang Habakuk protes. Baru ketika Tuhan memberitahu Habakuk bahwa Ia akan memakai orang Kasdim, Habakuk protes tentang orang Kasdim. Tetapi yang pertama kali memicu Habakuk untuk protes adalah karena dia melihat kebejatan Israel. Jadi, yang pertama kali Habakuk protes adalah umat Allah yang katanya menyembah Tuhan ternyata hidupnya seperti orang fasik. Memakai sistem tertutup. Apakah pada saat itu umat Israel tidak lagi menjalankan ibadah? Tidak! Justru kalau kita membaca kitab PL menjelang akhir dari pembuangan dari kerajaan Yehuda dan Israel, kita akan melihat bahwa umat Israel pada saat itu tetap menjalankan ibadah. Mereka tetap mempersembahkan korban. Hari Sabat mereka tidak bekerja dan pergi ke Bait allah. Sepertinya mereka begitu saleh tetapi ternyata hidupnya begitu jahat, begitu liar, dan begitu memutlakkan diri. Bagi mereka, Allah hanya merupakan simbol yang tidak ada artinya sama sekali. Tidak heran jika di dalam PL kita melihat Tuhan begitu marah, bahkan dikatakan Tuhan muak melihat persembahan korban mereka. Akhirnya, Tuhan menjatuhkan hukuman yang keras sekali dengan membuang umat Israel. Ia memutuskan hubungan perjanjian dan setelah itu diserahkan kepada gereja. Jadi, disini kita melihat bahwa sistem tertutup bukan hanya terjadi diluar orang kristen melainkan juga terjadi didalam kekristenan (umat tuhan). Setelah pembuangan, mereka takluk dan jera. Setelah kembali dari pembuangan, mereka mencoba memutlakan kedaulatan Allah tetapi terlalu ekstrim juga, karena mereka tidak tahu jiwa dari prinsip kedaulatan Allah yang sejati. Dewasa ini kita juga melihat banyak orang Kristen tetap berada dalam sistem tertutup. Banyak orang Kristen ketika menjadi orang Kristen tidak kembali kepada Tuhan melainkan memutlakkan pandangannya sendiri. Mereka memutlakan konsep yang mereka pegang.

Sekarang, mari kita melihat Habakuk. Habakuk bukan orang yang lolos dari cobaan untuk memutlakan konsepnya sendiri. Bahkan Habakuk sempat kecewa kepada Tuhan. Dalam kondisi seperti ini sebetulnya Habakuk sendiri sedang mencoba memutlakan konsepnya dan menolak apa yang Tuhan mau bukakan padanya. Hab 2:1 menjadi kunci dimana Habakuk akhirnya beralih dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka. Di dalam kondisi seperti ini Habakuk tidak memutlakkan dirinya, ia membuka diri dan berkata, "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku." Di dalam Habakuk 2:20, ia berkata, "Tetapi Tuhan ada di dalam baitnya yang kudus. Berdiam dirilah dihadapan-Nya, ya segenap bumi." Pada waktu Habakuk sampai pada pengakuan ini, maka dia tidak ribut lagi dengan pertanyaan "mengapa". Ia berdiam dihadapan Allah dan mau melihat firman-Nya. Ini merupakan kunci open sistem yang tepat sekali.

Sayangnya, seringkali ketika kita mau membuka sistem tertutup kita kepada sistem terbuka. Kita membukanya pada hal yang salah, akibatnya kita semakin terkonfirmasi untuk menutup diri. Kasihan sekali! Banyak orang yang waktu mau membuka diri pada hal yang benar, tetapi ternyata bertanya kepda sumber yang tidak benar. Mau mendapat masukan tetapi masukannya justru pada tempat yang tidak benar. Akhirnya ia justru jatuh lebih dalam. Disini berarti orang tersebut mati di dalam konfirmasi kesalahan.

Habakuk tidak demikian. Habakuk membuka diri secara tepat, yaitu kepada Sumber kebenaran. Habakuk kembali kepada Tuhan. Ini prinsip! Sistem terbuka yang benar harus didasarkan kepada kembalinya kita kepada wahyu yang sejati, yaitu kebenaran yang mutlak. Karena ini adalah kebenaran mutlak yang bersumber dari Sumbernya kebenaran, berarti kebenaran itu tidak boleh dimonopoli oleh Habakuk. Allah bukan saja sumber kebenaran tetapi Ia adalah dirinya kebenaran. Jika kebenaran itu bersumber dari Tuhan, maka itu harus berlaku untuk setiap orang. Memang Habakuk yang bergumul, tetapi jawaban Tuhan bukan hanya untuk Habakuk. Jawaban Tuhan adalah untuk setiap orang, setiap kondisi, setiap bahasa dan setiap jaman. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya" (Hab 2:2). Tuhan memberikan jawaban dan jawaban ini merupakan prinsip kebenaran yang harus diterima oleh setiap manusia. Habakuk hanyalah salah seorang dari semua orang yang harus menerima prinsip kebenaran yang sama. Jadi pewahyuan kebenaran Allah ini menunjukkan prinsip kebenaran yang berlaku lintas ruang dan waktu.

Hari ini saya mau kita belajar firman baik-baik. Saya kecewa sekali, begitu banyak orang Kristen yang tidak mau belajar Alkitab, maunya hanya mendengar pendeta bicara. Setiap manusia bisa salah tetapi firman Tuhan tidak mungkin salah. Banyak orang Kristen yang maunya hanya terima matang. Itu cara dan sifat yang salah total. Kalau kita disuruh belajar Alkitab tidak mau, kalau mau bacapun dipilih yang kita suka, maka itu berarti kita sangat menetapkan sistem tertutup. Baca Alkitab secara keseluruhan dari Kejadian sampai Wahyu, jangan dipilih atau membacanya terbalik dari Wahyu ke Kejadian. Alkitab sudah disusun begitu rupa untuk menggambarkan totalitas dari apa yang Tuhan bicarakan kepada kita. Kalau kita sebagai orang Kristen tidak mau belajar firman, menutup diri dan menegakkan konsep kita sendiri, mau kemana kita hidup? Mari kita belajar seperti Habakuk, waktu kita dalam kesulitan baliklah kepada firman. Kembali pada apa yang Tuhan ingin bicarakan dengan kita. Ketika Tuhan mengkoreksi kita, kita perlu belajar untuk rela dibentuk, supaya sistem kita tidak tertutup tetapi boleh dibuka oleh Tuhan. Amin!

 

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)