Ringkasan Khotbah : 26 Juli 1998

Murka Allah atas Dosa 1

Nats : Habakuk 2:6-20

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Pada hari ini kita akan belajar bagaimana Habakuk sulit mengerti tentang kedaulatan Allah, berkenaan dengan mengapa orang benar justru mengalami kesulitan. Disatu sisi Habakuk melihat tindakan ketidakadilan terjadi dengan merajalela, dilain sisi Habakuk melihat seolah-olah Tuhan tidak berdaulat. Habakuk salah mengerti tentang kedaulatan Tuhan karena kedaulatan Tuhan memang tidak bisa dimengerti dengan pengertian. Tindakan kedaulatan Tuhan juga bukan berarti memekaniskan dunia ini tetapi kedaulatan Tuhan caranya ditetapkan oleh Tuhan, sesuai dengan waktu Tuhan dan berada dalam tangan Tuhan yang berdaulat. Disini Allah membongkar konsep kedaulatan Allah yang salah dalam pemikiran Habakuk. Habakuk diajar untuk mengerti bagaimana Allah akan menegakkan kedaulatanNya.

Sejak jaman Musa, Tuhan mengajar mereka untuk tidak mempermainkan Allah yang hidup. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada kebenaran yang sejati. Alkitab mengkaitkan ini dengan Ulangan 28 yaitu kaitan antara berkat dan kutuk, maksudnya barang siapa kembali kepada jalur iman yang sejati kepada Allah yang sejati, dia akan dipimpin oleh Tuhan dan dia akan diberkati. Barang siapa keluar dari jalur itu dia sudah berada dalam kutukan Tuhan. Konsep yang ditegakkan disini akhirnya menjadi satu format seperti lagu atau sindiran, muncul menjadi opini umum ditengah umat Israel yang sudah diajarkan berdasarkan kebenaran Firman. Dimana apa yang sudah ditegakkan oleh Tuhan untuk kita percaya dengan benar, dengan orang benar kembali kepada iman yang benar. Permasalahannya, kalau tidak menjalankan, apa yang akan terjadi? Disini Alkitab membukakan lima poin besar yang menunjukkan hal-hal yang Tuhan benci, yang terjadi ditengah-tengah umat Israel pada waktu itu dan juga ancaman dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang tidak mengenal Tuhan. Lima tindakan ini adalah tindakan manusia berdosa yang harus berhadapan dengan murka Allah dimana dimulai dengan kata ‘Celaka.’

Pertama, "Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya…" Celaka pertama ini, menggambarkan sikap yang ada pada jaman itu dan dianggap sangat lumrah dan boleh dikerjakan. Pada jaman Israel, konsep yang kuat yang menang telah menjadi konsep umum, setiap bangsa melakukannya. Kalau satu bangsa menaklukan bangsa lain maka seluruh harta di tempat itu menjadi milik si penjarah. Demikian juga setiap manusia yang berada dibawah penaklukkan mereka diperlakukan sesuka mereka. Jika semua bangsa melakukan hal ini, mengapa kita tidak. Disini Alkitab justru menyatakan ketidakberesan dari sifat manusia berdosa dan Tuhan mengatakan satu kalimat tegas ‘Celakalah’ orang yang melakukan hal itu. Kalimat ini menunjukkan mereka bukan sekedar berbuat sesuatu ditengah dunia ini melainkan mereka sedang berhadapan dengan tuntutan keadilan Allah yang tidak bisa dipermainkan. Banyak orang dirugikan karena keserakahan mereka tetapi jangan lupa Alkitab juga menyatakan, sebagaimana engkau menjarah maka engkaupun akan dijarah seperti itu. Ini prinsip Alkitab. Keserakahan tidak akan pernah selesai. Keserakahan akan menghasilkan dampak kehancuran bagi orang serakah tersebut. Seorang yang serakah, untuk mendapatkan keuntungan memakai cara yang begitu liar dan mencari kekayaan dengan cara yang tidak benar. Dua ribu enam ratus tahun yang lalu, Habakuk mengalami situasi seperti ini dan kemudian peristiwa yang sama tetap terjadi, manusia tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa ditengah dunia manusia, keserakahan masih tetap menjadi for-mat manusia berdosa. Disini seolah-olah Allah diam namun sesungguhnya suatu saat kelak mereka akan berhadapan dengan keadilan Tuhan.

Kedua, di ayat 9 dikatakan, "Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal …, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!" Konsep ini menunjukkan bahwa manusia yang sudah serakah ini seringkali menjadi begitu egois. Mereka seringkali memikirkan bagaimana mereka memproteksi kejahatan mereka. Semangat kesombongan seperti ini justru akan menghancurkan mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir sudah memiliki segala sesuatu, sudah memiliki back up dan saya tidak kuatir. Mereka mendirikan rumah di atas bukit. Mereka pikir dengan cara seperti itu mereka akan lolos dari serangan balik yang harus mereka terima. Semua orang yang berbuat jahat selalu dibelakangnya mempunyai sifat proteksi seperti ini. Masalahnya, di dunia ini tidak ada yang bisa langgeng. Jika sampai di dunia ini kejahatan mereka tidak terbongkar, dihadapan Tuhan pasti mereka akan terbongkar. Sekalipun mereka memproteksi diri begitu rapinya tetapi suatu saat kelak Tuhan akan membongkar kejahatan mereka karena tidak ada satupun yang tersembunyi dihadapan Tuhan dan mereka harus berhadapan dengan keadilan Tuhan. Dalam Hab 2:11 dikatakan sebab tidak mungkin itu lolos, "Batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah." Manusia tidak berhak untuk merasa dia bisa memproteksi. Ini justru menunjukkan kesombongan dia di depan keadilan Allah. Kalau tidak ada yang bersuara, maka tembok, batu-batu dan balok-balok kayu pun akan bersuara membongkar kesalahanmu. Demikian juga dengan Habakuk yang harus berhadapan dengan penguasa-penguasa Israel yang sombong. Kota Yerusalem tepat berada di atas bukit dengan bentengnya, mereka pikir tidak mungkin tembok Yerusalem bisa hancur. Namun kalau Allah menghendaki pada akhirnya Yerusalem dihancurkan. Biarlah kita melihat bagaimana Tuhan yang hidup menjalankan misinya baru demikian kita tahu bahwa kita sebagai orang benar harus hidup berdasarkan iman. Itulah kekuatan kita hidup di tengah dunia ini sehingga kita tidak akan kehilangan pegangan.

Ketiga, dalam ay 12 dikatakan, "Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan, sesungguhnya, … untuk yang sia-sia?" Bagian ketiga ini menunjukkan bahwa orang-orang fasik, semua kekuatan, keputusan, dan tindakan mereka berdiri di atas ketidakadilan. Ditengah-tengah dunia berdosa kalau ada benteng yang ditegakkan di atas darah orang benar, itu tidak perlu kaget. Alkitab mengatakan, "Semua itu berasal dari Tuhan." Apa maksud kalimat ini? Apakah semua suku-suku bangsa akan menegakkan semua di atas api dan berdiri di atas kesia-siaan? Dalam hal ini, yang akan berhadapan dengan keadilan Tuhan adalah ketidakadilan manusia. Berbicara ketidakadilan disini merupakan hal yang mengerikan. Hingga hari ini saya sangat super pesimis untuk melihat keadilan terjadi di dunia. Sebab kalau keadilan tidak kembali kepada Tuhan yang merupakan sumbernya keadilan omong kosong ada keadilan. Keadilan bukan hal yang sederhana, di dalamnya harus ada unsur kebenaran Allah yang menjadi dasar. Banyak orang tidak mengerti esensi keadilan dan menganggap keadilan adalah sesuatu yang bisa secara sederhana dimengerti dan dijalankan. Keadilan bukan sama rata. Lalu keadilan itu apa? Keadilan adalah kembalinya kita pada kebenaran Allah. Keadilan tidak tergantung manusia karena keadilan sejati tidak pernah bisa ditegakkan di atas dasar yang bersifat relatif, selama ditegakkan di atas dasar yang relatif maka dasar yang ditegakkan tidak pernah mutlak. Disini kita melihat keadilan sejati tidak mungkin ditegakkan, yang bisa hanyalah keadilan semu. Pada jaman Habakuk, keadilan ditegakkan di atas dasar kekuatan. Semua yang ditegakkan bangsa-bangsa berdiri diatas api artinya apa yang mereka tegakkan, di bawahnya ada apinya yang tinggal menghancurkan mereka. Dan semua yang mereka kerjakan akan habis sia-sia total tidak ada hasilnya. Mereka akan hancur dalam ketidakdilan mereka dan keadilan Tuhan akan menghantam ketidakadilan mereka. Disini saya harap kita bisa mengerti mengapa orang benar harus hidup berdasarkan iman. Alkitab mengatakan sampai ay 14, "Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut." Ini gambaran bahwa keadilan Allah tidak bisa dipermainkan oleh manusia. Jangan pikir ketidakadilan bisa ditegakkan, kita bisa berbuat serakah semaunya dan bisa memproteksi kejahatan kita. Ingat, pada akhirnya keadilan Allah akan ditegakkan, pengetahuan tentang kemuliaan Allah akan nyata. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup.

Saudara, dua ribu enam ratus tahun kemudian, kondisi pada jaman Habakuk tetap sangat relevan untuk masa kini. Mengapa? Karena problem keserakahan sampai hari ini tidak pernah selesai. Manusia semakin modern justru menjadi manusia yang semakin hari semakin serakah dan tidak pernah puas. Hari ini manusia bukan semakin canggih di dalam kebenaran melainkan semakin canggih dalam kejahatan. Satu hal yang saya lihat ketika kita berhadapan dengan situasi ini seringkali kita ingin membalas, tetapi disini satu prinsip yang Alkitab tegaskan dimana pembalasan merupakan hak Tuhan. Dan ingat pembalasan Tuhan akan jauh lebih berat dari tindakannya. Mengapa? Karena Tuhan melihat selain pembalasan, hukum keadilan ditegaskan yaitu kutukan yang harus memperberat. Jangan pernah berpikir bahwa orang Kristen akan lolos dari penghakiman. Alkitab tidak pernah mengatakan orang yang berdosa, bertobat dilepaskan dari hukuman. Keadilan Allah dan kasih Allah merupakan dua hal yang harus berjalan bersama-sama. Jika kita berjalan dalam keadilan Allah kita akan berjalan juga dalam kasih Allah. Daud bertobat dari dosanya dan Tuhan ampuni. Namun Daud tidak pernah lolos dari hukuman Allah karena dia berbuat dosa. Dosanya diampuni tetapi efek dari dosanya harus dibayar.

Saudara saya harap kita mengerti, berdiri tegak diatas keadilan Allah dan jangan berpikir kita bisa bermain-main dengan keadilan Tuhan. Mau saudara. Amin!

 

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)