Ringkasan Khotbah : 2 Agustus 1998

Murka Allah atas Dosa 2

Nats : Habakuk 2:6-20

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Dalam Habakuk 2 ini kita melihat bagaimana Tuhan menegaskan prinsip yang Ia ingin bicarakan kepada Habakuk yaitu bahwa penglihatan itu pasti akan terjadi (Hab 2:3). Mulai dari ay. 6-20, Tuhan menegaskan kepada habakuk bahwa Ia tidak akan bermain-main dengan tingkah laku dosa. Tuhan menegaskan hal itu dengan satu kata ‘Celakalah!’ Kata ini merupakan kata yang keras, yang dipakai menjadi satu kutukan yang tegas terhadap kejahatan manusia. Di dalam bagian tersebut terdapat 5 ‘celaka’ yang diurutkan dari yang paling fenomena sampai yang paling hakiki.

Minggu lalu kita sudah membahas tiga kata ‘celaka.’ Yaitu: Pertama, Celaka kamu yang serakah; kedua, celaka kamu yang sombong, yang menganggap bahwa dapat memproteksi kejahatanmu; ketiga ketidakadilan akan mengikuti barang siapa yang berbuat jahat, fasik dan lalim. Setelah itu, kita melihat kejahatan yang semakin parah. Hab 2:15 mencatat: "Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya." Mereka jatuh dalam kondisi sangat mengerikan, yang digambarkan sebagai satu kekejaman yang sudah melampaui batas. Dalam kondisi seperti ini Tuhan mengatakan, "Celaka kamu!"

Peringatan ini sangat menguatkan Habakuk karena dia sangat mengetahui kondisi itu. Ia mengetahui betapa kejamnya orang Kasdim dan tindakan kekejaman seperti itu bukan hal yang baru. Jika kita menelusuri mulai dari PL hingga sekarang, kita akan melihat bahwa sikap kejam dari manusia berdosa begitu mengerikan. Ini menggejala sepanjang masa dalam dunia, khususnya di jaman Habakuk hidup. Di dalam Alkitab, kekejaman seperti ini sudah lumrah dan bahkan menjadi pemandangan sehari-hari.

Bangsa Kasdim adalah bangsa yang sangat kejam. Lebih mengerikan dibandingkan dengan kekejaman bangsa lain. Itu sebabnya Habakuk ngeri sekali jika membayangkan Yehuda dihancurkan oleh kekejamannya. Justru dalam situasi seperti ini Tuhan tidak melindungi bangsa Yehuda melainkan justru mengkonfirmasi. Namun barang siapa berani berbuat kekejaman seperti itu, ia akan berhadapan dengan keadilan Tuhan. Karena itu berarti ia dengan sengaja melawan sifat dan eksistensi keberadaan Tuhan. Jadi bukan sekedar bertindak terhadap manusia. Peristiwa yang terjadi pada jaman Habakuk tidak berbeda dengan apa yang terjadi dalam dunia modern. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia tanggal 13-14 Mei yang lalu. Ini membuktikan dosa begitu dahsyat sedang merajalela di dunia. Pada saat manusia lepas dari otoritas sejati, maka manusia hanya dikuasai oleh otoritas dosa. Otoritas dosa ini akan mendatangkan kekejaman yang luar biasa, yang membuat manusia tidak tahu lagi dimana dia harus bertindak.

Ketika orang Kasdim dengan begitu kejam menghantam dan menghancurkan bangsa Yehuda, mereka justru membanggakan perbuatan mereka itu. Itulah kehormatan mereka. Tetapi Alkitab mengatakan: "Celakalah kamu!" Karena kehormatanmu itulah kehinaanmu dan kejayaanmu itulah kematianmu. Di dalam Habakuk 1:7 dikatakan: "Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal daripadanya." Semakin mereka menegakkan otoritasnya sendiri, mereka akan semakin kejam. Hanya satu cara untuk membebaskan mereka, yaitu pertobatan. Mereka harus lepas dari ikatan belenggu dosa dan belenggu feodalitas otoritas yang begitu mencengkram. Untuk lepas dari belenggu cengkraman dosa tidaklah mudah, kecuali ada kuasa yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada kebenaran yang sejati. Lepas dari kebenaran sejati maka akumulasi kekejamannya akan berputar terus di tengah dunia. Hanya kuasa Kristus yang dapat mencabut orang itu keluar dan menarik orang itu kembali pada kebenaran sejati. Hanya kembali pada otoritas kebenaran sejati, baru ada pengharapan bagi dunia.

Habakuk 2:18-19 merupakan satu tema yang merupakan kelanjutan ayat 15-17. Di ayat 18 dikatakan, "Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya." Ayat 19 berkata: "Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. Ini merupakan puncak daripada semua tindakan kefasikan manusia. Ketika manusia berakumulasi di dalam kekejaman, maka ia cuma menjadi satu langkah menuju pada esensi yang paling dasar tindakan kekejaman dari semua tindakan kejahatan. Disini manusia berdosa bukannya taat kepada Allah, tetapi justru melarikan diri daripada Allah yang sejati. Seorang filsuf mengatakan "Agama adalah jalan melarikan diri dari Allah." Mengapa ada berhala? Alkitab mengatakan, "Karena pembuatnya percaya kepada buatannya." Manusia mencipta berhala lalu menyembah berhala. Yang ia percaya adalah yang ia buat sendiri. Ini merupakan sifat kefasikan yang langsung melawan Tuhan, Sang Pencipta, melawan sumber kebenaran dan menjadikannya secara langsung berhadapan dengan Tuhan. Tidak bisa tidak, ini mendatangkan hukuman yang keras sekali. Alkitab mengatakan "Celakalah." Inilah esensi dasar dari seluruh dosa. Inilah inti dari semua pengertian dosa. Semua dosa yang lain hanya menjadi ekses dari semua tindakan yang berakar daripada manusia yang mau memberhalakan semua pikiran, keinginan dan keotoritasan dia. Tuhan menutup pasal dua ini dengan satu kalimat yang tegas, ringkas, dan pendek. Tetapi justru disinilah prinsip dari kehidupan iman Kristen. Habakuk 2:20 mengatakan, "Tetapi Tuhan ada di baitNya yang kudus. Berdiam dirilah dihadapanNya, ya segenap bumi!" Hai manusia berdiam dirilah dihadapan dia dan jangan bermain-main! Ini merupakan kesimpulan yang Tuhan nyatakan kepada Habakuk. Alkitab mengatakan ketika kita berhadapan dengan keadilan Allah, kita tidak pernah mungkin lari dari kebenaran Allah. Disini kita mempelajari satu konsep yang terpenting dalam hidup kita yang ditegaskan oleh Alkitab mulai dari PL sampai PB, yaitu ketika kita melangkah baiklah kita melangkah dalam jalur Tuhan, karena disitulah kita mendapat jaminan yang paling kokoh. Tuhan menjamin barang siapa berjalan di dalam jalannya dia pasti melihat kebenaran dan suatu saat kebenaran itu akan ditegakkan karena keadilan Allah tidak bisa dipermainkan. Yosua diingatkan oleh Tuhan "Jalanlah lurus dijalanku, jangan menyeleweng kekiri atau kekanan, maka engkau akan diberkati." Dan konsep ini diulang berulang kali kepada Yosua. Tuhan akan memimpin jika kita berjalan di jalan Allah. Jika kita keluar dari jalur Tuhan itu berarti kita sedang beroposisi dengan Tuhan Allah dan kita sedang bunuh diri yang mengerikan sekali.

Ketika Habakuk belajar dari ayat ini, maka dia langsung mengeluarkan satu respon, satu konklusi dari pengertian dia dipasal 3 dimulai dengan doa nabi Habakuk menurut nada ratapan. Kalau saudara membaca Habakuk 3:1-10, kita akan melihat betapa dahsyatnya gambaran Habakuk ketika dia melihat murka Allah yang begitu luar biasa. Habakuk mengatakan di ayat 2 yang terakhir dia sempat menyelibkan satu kalimat "Tuhan, dalam murka ingatlah akan kasih sayang." Alkitab tidak mengatakan murka Allah hanya di PL. Di dalam Roma 1 dikatakan, "Murka Allah akan turun dari sorga atas kefasikan dan kelaliman manusia." Ini tidak main-main. Hanya kembali kepada jalur Tuhan kita akan mendapat kekuatan. Saudara, jika ditengah-tengah hidup kita melihat ketidakadilan, kecemaran, kekejaman, kejahatan merajalela disekeliling, kita harus berjalan dalam jalur Tuhan maka kita akan mendapat kekuatan. Kita tidak perlu kecewa dan putus asa. Tuhan tidak pernah berdiam diri, mungkin seolah-olah Tuhan itu beku. Sesungguhnya barang siapa berani bermain-main, dia akan langsung berhadapan dengan murka Tuhan. Saudara, biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita. Ditengah situasi apapun mari kita tidak lengah dan tidak lepas dari integritas hidup. Jangan kita keluar dari jalur Tuhan yang membuat kita akhirnya beroposisi dengan Tuhan. Biarlah ini juga boleh mendorong kita secepat mungkin memberitakan Injil. Jika orang kristen tidak mau memberitakan Injil, jangan pikir dia sedang selamat, tidak! Dia justru sedang membiarkan dirinya masuk ke dalam resiko yang lebih besar. Jika kita tidak memberitakan injil, kita sedang membiarkan dunia kita samakin hari semakin rusak. Itu berarti menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Kita mengalami semua ini karena kita gagal memberitakan Injil. Marilah kita kembali memikirkan, Tuhan mau memakai kita. Saya berharap sungguh-sungguh banyak orang-orang yang boleh dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan untuk melayani Tuhan di abad yang akan datang. Saya berharap sungguh-sungguh orang-orang kristen boleh menegakkan berita Injil keluar dan menyatakan kebenaran Injil di luar. Jangan sampai orang kristen sendiri memberikan contoh yang tidak baik. Tuhan meminta kita menjadi saksi. Maukah saudara?! Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)