Ringkasan Khotbah : 16 Agustus 1998

Kedahsyatan Murka Allah

Nats : Habakuk 3:1-16

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Minggu lalu kita sudah melihat bagaimana Tuhan secara tegas dan final menyatakan prinsip dan tuntutanNya, "Tetapi Tuhan ada di dalam baitNya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapanNya, ya segenap bumi!" Sesudah kalimat ini diberikan, Habakuk memberikan respon kepada Tuhan, sebagaimana yang kita lihat dalam Habakuk pasal tiga. Melalui respon tersebut kita melihat bagaimana Habakuk mengerti apa yang menjadi ekspresi dari penyataan Tuhan, serta mengerti bagaimana seharusnya kita berespon kepada Tuhan. Di dalam Alkitab, kita melihat ketika Allah berbicara dengan seseorang maka respon yang keluar dari orang itu adalah kehancuran hati. Habakuk yang pada mulanya tidak mengerti namun setelah Allah menyatakan diri maka responnya berubah total. Dalam ps 3 ini Habakuk memberikan respon melalui doa dengan nada ratapan. Dia berdoa dengan keremukan hati, doa yang mengerti siapa Tuhan yang sebenarnya. Ini bukan hanya terjadi pada Habakuk tetapi juga pada tokoh-tokoh Alkitab lain, misalnya Abraham, Daud, Yeremia, Yesaya dsb. Semangat keremukan hati karena pengenalan akan Tuhan ini menunjukkan seberapa jauh Habakuk mengenal Allah. Dia mengerti betapa hebat dan dahsyatnya Allah yang dia temui. Ini menjadikan hatinya hancur, hatinya sadar bahwa manusia tidak ada apa-apanya. Perubahan ini mengakibatkan perubahan dalam seluruh aspek hidup yang lain, dimana semakin hari Habakuk semakin mengenal Tuhan.

Habakuk berubah ketika dia berhadapan dengan Firman dan ini tercermin di dalam doanya. Doa Habakuk bukanlah doa yang memaksa Tuhan ikut dia tetapi merupakan satu cetusan bagaimana dia mengerti Tuhan dan mau taat pada Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang konsisten dan tidak berubah. Di dalam kebenaranNya tidak ada sesuatu yang tidak benar dan tidak ada ketidakadilan yang pernah Dia lakukan sehingga Dia harus diubah menjadi lebih adil. Di dalam kondisi seperti ini, ketika kita berdoa bukan Tuhan yang berubah tetapi kitalah yang berubah, itulah doa sejati.

Di dalam Hab 3 mulai ay 2-16, seolah-olah Habakuk mau mengeluarkan semua kalimat ratapan tetapi dia tidak bisa lagi mengeluarkannya, dan yang keluar justru puisi yang menggambarkan bahwa gambaran itu sangat besar. Lebih dari sekedar yang bisa diucapkan dengan semua ucapan yang biasa. Dalam ay 2-17 Ia berkata, "Tuhan, telah kudengar kabar tentang Engkau, ... Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! (Hab 3:2-17). Disini gambaran yang pertama muncul dalam benaknya adalah Who is my God? Who is the real God? Sesudah konsep dan pengertiannya diperbaharui dia mulai mengungkapkan itu dengan pujian kepada Tuhan. Disini doa yang baik harus dimulai dengan kesadaran mengerti siapa Allah, tahu siapa Allah maka kita akan tahu siapa diri kita dan bagaimana kita berespon kepada Dia. Tetapi doa yang salah dimulai dengan mengenal Allah secara salah sehingga berakibat respon kita juga salah. Cara kita melihat akan menentukan bagaimana kita berespon. Jika saya melihat seorang manusia sebagai pribadi maka saya akan berespon kepada dia secara pribadi. Seorang gembel ataupun raja merupakan suatu pribadi. Bagaimana orang berespon terhadap satu masalah dapat menunjukkan apa yang ada dalam pengertiannya. Begitu juga seberapa jauh kita mengenal Tuhan itu akan tercermin dalam respon kita. Respon yang paling jelas untuk mengerti bagaimana respon kita kepada Tuhan adalah melalui doa. Kita bisa menggunakan kalimat yang paling bagus dan puitis. Tetapi pengertian kita terhadap Tuhan tidak bisa ditipu dan itu keluar dari hakekat kita yang paling dalam dan pasti akan tampak jelas dalam doa kita. Demikian juga respon Habakuk ketika berdoa dihadapan Tuhan langsung dapat diketahui bagaimana pengenalan Habakuk terhadap Tuhan dan respon ini sangat menentukan bagaimana dia akan bersikap.

Itu sebabnya ketika Habakuk berkata, "Tuhan Engkau adalah Allah yang begitu dahsyat. Engkau bertindak sepanjang sejarah jaman. Dimanapun tidak ada batasnya … (lihat Hab 3:2) ini gambaran yang luar biasa, bagaimana dia mengerti Allah yang berbeda daripada Allah yang dimengerti pada jaman itu. Tuhan membuka pikiran Habakuk sehingga dia terbuka dengan satu pikiran yang menerobos seluruh pemahaman orang pada jaman itu. Hab 3 memberikan satu nuansa puisi yang sepertinya bagi kita tidak terlalu aneh karena kita sekarang hidup di era global. Waktu dikatakan Tuhan adalah Allah yang berkuasa dari lintasan tahun sampai lintasan tahun jika kita mengerti ayat itu berdasarkan konteks pada jaman itu, kita akan tahu bahwa apa yang diungkap Habakuk mempunyai nilai kesulitan yang hari ini luar biasa besarnya. Pada jaman itu semua orang disekitar bangsa Israel mengerti Allah dalam format lokal. Mereka dikuasai oleh cara penyembahan animisme dan berhala yang mereka tegakkan dan Allah mereka bersifat lokal. Mereka menggambarkan Allah sebagai patung yang ada disini dan patung ini hanya berkuasa disini dan pada saat ini. Keluar dari wilayah itu berarti allah tersebut sudah kehilangan kuasanya. Itu sebabnya untuk menyadarkan mereka bahwa Allah itu melintasi ruang dan waktu tidak mudah. Hab 3 mengatakan, "Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan paran. Negeri Teman itu negara paling selatan dan pegunungan paran itu paling utara. Jadi Allah itu dari paling selatan sampai paling utara. Allah adalah Allah yang menguasai alam semesta. Bagi mereka ini tidak masuk akal dan sulit untuk diterima, konsep bahwa Allah itu bersifat global karena konsep Allah mereka adalah lokal.

Apa yang dimengerti Habakuk dalam ay 2-3 ini merupakan satu terobosan. Disini dia bisa melihat Allah yang sejati keluar dari ikatan jamannya. Habakuk mengerti Tuhan dari Firman. Allah mengatakan "Bangsa-bangsa mau lari kemana, kemanapun Aku akan bertindak. Seberapapun dahsyatnya mereka Aku akan hancurkan mereka. Aku diam dibaitKu yang kudus." Itulah gambaran Allah yang melintasi ruang dan waktu serta merupakan gambaran yang begitu serius tentang kemahakuasaan Allah. Kemanapun kita lari Alkitab mengatakan, "Engkau lari kemanapun akan hancur dan tidak mungkin lolos." Ini digambarkan mulai dari ay 4 hingga ay 11, ia mulai mengungkapkan dengan semua bahasa puisi untuk menggambarkan kedahsyatan Allah. Melalui struktur bahasa puisi ia mau menggambarkan bahwa Tuhan itu dahsyat, besar dan kedaulatanNya begitu hebat. Itu sebabnya ketika kita membaca Hab 3, jangan kita mengerti secara hurufiah, sungai dan laut yang begitu dahsyat tunduk kepada Dia, tetapi itu menggambarkan dahsyatnya Tuhan yang merupakan gambaran figuratif yang mau menggambarkan How great thou art. Kita bisa mengerti secara konsep tetapi ketika kita diminta untuk mengungkapkan kita tidak bisa. Banyak orang Kristen sudah mempelajari begitu banyak ternyata konsepnya begitu dangkal. Dia tidak mampu untuk melihat berapa besar dan dahsyatnya Allah bagi hidup kita.

Setelah Habakuk menggambarkan murka Allah yang begitu dahsyat maka dalam ay 13-16 mencakup dua wilayah besar yang dimulai dengan ay 12, "Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa-bangsa…" Disini Alkitab menggambarkan Allah yang begitu dahsyat bertindak terhadap seluruh umat manusia. Ketika Allah bertindak terhadap umat manusia maka kita akan melihat (ay 13-15) menggambarkan bagimana Allah akan bertindak terhadap umat Israel sendiri yang jahat, "Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umatMu. Untuk menyelamatkan orang yang Engkau urapi,…." Konteks ini diungkapkan untuk menjawab pergumulan Habakuk yang semula. Habakuk yang tadinya marah, jengkel melihat anak-anak Tuhan ditindas begitu luar biasa oleh orang-orang fasik disekelilingnya. Kekejaman, penindasan dan segala macam digambarkan disitu dimana kepala-kepala pasukan yang seharusnya membela rakyat justru menjadi penindas rakyat. Dikatakan di dalam ay 14, kepala laskarnya mengamuk dan berbuat sewenang-wenang. Mereka mengganggap mereka bisa melakukan itu dengan tersembunyi. Namun dalam ay 14 Habakuk mengatakan, "Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri." Anak panah yang dipakai oleh si kepala pasukan untuk menghantam umat Tuhan itu akan memukul balik kepada orang itu sendiri. Sekarang dia sadar bahwa Allah yang maha dahsyat tidak tinggal diam ketika umat Allah ditindas.

Kalau dulu Habakuk muncul dengan kemarahan dan kejengkelan. Namun sekarang Habakuk muncul dengan semangat iba. Kesedihan yang luar biasa melihat orang-orang yang selama ini menindas itu nanti harus berhadapan dengan murka Allah. Mengingat ini Hab ay 2 mengatakan: "Tuhan dalam murkaMu ingatlah akan kasih sayang." Kalau tadinya Habakuk merasa mengapa Tuhan tidak bertindak, sekarang dia menjadi gemetar. Di dalam ay 16 diungkapkan, "Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku. mendengar bunyinya, menggigillah bibirku." Habakuk membayangkan betapa dahsyatnya tindakan Tuhan terhadap bangsa yang jahat ini, ia menjadi iba melihat realita yang sejati yang Tuhan buka kepada dunia dan kepada umat pilihan Tuhan. Kalimat terakhir di ayat 16 mengatakan, "Namun dengan tenang akan kumenantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerobolan menyerang kami." Dalam kalimat ini digambarkan bukan cuma umat Israel yang fasik tetapi juga semua bangsa-bangsa lain yang menyerang Israel. Dan pada saat seperti itu Habakuk menyadari dia ada di dalamnya (bnd ay 13-14). Disini Habakuk tahu bahwa Tuhan tidak membiarkan dunia ini berada dalam kejahatan

Kalau kita tahu keadilan itu bukan berhenti hanya dalam diri pengadilan dunia, itu adalah satu kekuatan yang paling menghibur dan satu pengharapan yang tidak membuat kita sampai jatuh kepada skeptisisme sampai keputusasaan. Tuhan Allah adalah Tuhan yang akan menjatuhkan pengadilan yang paling final, penghakimanNya tidak bisa dipermainkan dan tidak bisa ditutupi oleh apapun.

Biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita untuk dapat hidup benar dalam dunia. Dialah satu-satunya kekuatan kita dan pengharapan kita. Hanya kembali kepada Tuhan kita akan mempunyai kekuatan sejati. Biarlah pelajaran yang kita bisa dapatkan dari respon Habakuk boleh mulai masuk dalam hati kita dan bagaimana kita belajar mengolah hidup kita bukan hanya menyerap firman tetapi pengertian firman membuat kita bisa berespon kepada Tuhan secara tepat. Apa artinya tiap minggu kita mendengar dan belajar firman kalau tidak berubah dan tidak berespon. Mari kita belajar berproses sehingga kita bisa seperti Habakuk, keluar satu doa yang bisa mencetuskan pengertian kita yang tepat tentang Allah kita. Dan ini membuat kita tahu siapa diri kita? Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)