Ringkasan Khotbah : 15 November 1998

Bahaya Sikap Sektarian

Nats : Efesus 2: 13-17

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Hari ini kita masih membicarakan tentang persatuan. Kekristenan perlu kembali sadar akan tugas kesatuan sebagaimana yang Tuhan kehendaki sebab bahaya sektarian merupakan satu hal yang sangat berat dan sangat serius yang kita hadapi abad ini. Kita perlu mengerti masalah ini secara essensial dimana semangat sektarian ini muncul karena adanya perbedaan. Waktu kita mengatakan semua sama justru itu bahaya yang paling besar. Mengapa? Karena waktu kita mengatakan semua sama padahal fakta riilnya kita semua berbeda sehingga akibatnya kita masuk ke dalam apa yang disebut kebingungan global. Hal ini mengakibatkan kita tidak tahu lagi kita sedang berada dimana dan apa yang harus kita kerjakan bahkan waktu kita tidak lagi membedakan segala sesuatu. Di dalam kebingungan global ini yang terjadi adalah kita kembali seperti anak remaja yaitu bingung mencari identitas diri. Jika kita memperhatikan anak remaja seringkali membuat ulah yang aneh-aneh karena dia sedang mengalami krisis identitas. Pada usia tersebut para remaja membutuhkan idola sebagai satu figur yang konkrit. Celakanya jika yang mengalami krisis identitas adalah orang yang berusia 40, 50 dan 60 tahun, ini mengakibatkan kita terhilang di-tengah dunia. Akibatnya waktu kita masuk dalam krisis identitas seperti ini kita akan memutlakan diri kita sendiri atau memutlakan kelompok kita.

Jadi ditengah-tengah situasi global bukan caranya kita meniadakan perbedaan, bukan caranya untuk kita membuang semua fakta riil tentang perbedaan. Dalam situasi seperti ini justru yang harus kita kerjakan adalah kembali kepada Firman untuk dipersatukan secara benar dan bagaimana kita mengerti persatuan yang sejati. Ketika kita kembali kepada Kristus, kembali kepada pertobatan dan penebusan dosa kita baru bisa memikirkan persatuan yang sejati yang sesungguhnya bisa dinikmati oleh anak-anak Tuhan.

Di dalam jemaat Efesus untuk menjadi seorang Kristen yang sejati mengalami dua hambatan. Pertama, adalah bagaimana dia menjadi seorang Kristen yang sejati (Ef 2:1-10). Sedang hambatan yang kedua baru dapat diselesaikan jika hambatan yang pertama sudah terselesaikan. Orang Yahudi menegakkan identitas diri dengan cara separatisme. Mereka memisahkan diri lalu menganggap diri lebih baik dari yang lain ini satu konsep yang dibangun oleh orang-orang Yahudi. Mengapa? Setiap kita membutuhkan identitas dan untuk mengukuhkan identitas kita membutuhkan satu basis. Masalahnya seberapa kokoh landasan daripada identitas diri ktia. Orang Yahudi menggabungkan nasionalitas dengan religiusitas menjadi satu basis untuk membangun identitasnya. mereka bangga bahwa mereka adalah orang Yahudi asli. Jiwa ini menyebabkan mereka menganggap yang bukan Yahudi lebih rendah dan harus disingkirkan dan akhirnya hal itu mengakibatkan bangsa Israel disingkirkan oleh Jerman.

Disini kita melihat jika kita membangun identitas diri secara salah, maka ini akan menimbulkan bom waktu yang akan menghancurkan diri kita kembali. Jika demikian sekarang bagaimana kita membangun identitas diri kita yang seharusnya? Ini merupakan kesulitan terbesar yang dihadapi oleh manusia. Semangat sektarian seperti ini akhirnya memimpin seseorang memutlakan sesuatu yang tidak mutlak yang akibatnya dapat menimbulkan perpecahan besar dan permusuhan. Semangat seperti ini dialami oleh orang Yahudi sehingga tidak heran ketika orang Yunani bertobat menjadi Kristen dan ingin bergabung ditolak karena belum Yahudi dan untuk menjadi Yahudi mereka harus disunat. Akibatnya timbul ketegangan antara orang Yahudi dengan orang non-Yahudi.

Apa yang dipegang oleh orang Yahudi pada jaman itu adalah bahwa mereka umat pilihan Allah. Pada minggu lalu telah diuraikan bahwa Alkitab sudah mencabut hak pemilihan utama orang Yahudi lalu menyerahkan kepada Yahudi yang baru atau Israel baru yaitu gereja Tuhan. Allah memilih Israel agar Israel dapat menjadi saksi keluar dan berkat bagi banyak orang tetapi justru terbalik menjadi semangat sektarian. Ini satu hal yang berbahaya akibatnya orang Israel bukan mengutamakan Tuhan yang sudah memilih melainkan mengutamakan diri yang dipilih. Saudara, sebagai orang Kristen kita sebenarnya mendapat status yang sama dengan umat Israel pada saat itu. Orang Israel adalah umat pilihan Allah pada saat itu. Orang Kristen adalah umat pilihan Allah saat ini. Jangan kaget jika hari ini di dalam diri orang kristen juga bisa memiliki jiwa sektarian seperti umat Israel. Namun Alkitab mengatakan kita justru menjadi umat pilihan Allah untuk bersaksi ditengah jaman. Jika Tuhan sudah memberi anugerah dan pemeliharaan kepada kita maka jangan disalahgunakan. Ini akan menimbulkan dampak yang besar sekali di dalam pelayanan gereja. Jika gereja sudah tidak bisa bersatu lagi maka kekristenan sudah tidak bisa menjadi berkat. Ini berbahaya sekali dan sangat banyak dampak yang akan terjadi dimana akan timbul klik, golongan, kelompok-kelompok yang membuat gereja berantakan.

Ketika anak-anak Tuhan bertengkar maka gereja akan kehilangan arah sehingga tidak ada lagi arah yang jelas. Tidak ada lagi visi yang jelas dan arah bersama yang harus dikerjakan. Ini yang pertama. Sedang yang kedua akan kehilangan daya, pemborosan tenaga yang tidak ada gunanya. Ketiga, pertengkaran tidak bisa tidak otomatis menghancurkan diri sendiri dan yang keempat, strategi keseluruhan langsung runtuh dan akibatnya intervensi dari luar dapat masuk. Ini sangat berbahaya sekali dan Setan suka cara ini. Jika gereja di acak-acak oleh intervensi dari luar maka gereja akan rusak. Dengan demikian saya harap gereja betul-betul mengerti mengenai kesatuan sejati yang Tuhan minta.

Dalam Ef 2:14 dikatakan, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan." Di dalam ayat ini, yang pertama akan saya tekankan bahwa persatuan tidak meniadakan perbedaan. Kedua belah pihak tetap ada. Orang yahudi tetap yahudi, orang yunani tetap Yunani. Perbedaan itu tetap dipertahankan namun yang dihilangkan adalah perseteruannya. Ini kunci yang harus kita sadari. Ini yang pertama harus disingkirkan dan dibereskan di dalam pelayanan anak-anak tuhan. Jika kita tidak mengerti essensi dari persatuan Kristen maka itu membuat kita sangat rentang dan berbahaya untuk masuk dalam perpecahan. Itu sebabnya jikalau sudah mulai ada benih perseteruan harus segera diselesaikan agar jangan sampai menimbulkan perpecahan didalam gereja dan dengan demikian setiap kita harus mempunyai semangat konsolidasi.

Dalam ay. 14 dikatakan, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan… yang telah meruntuhkan tembok pemisah…" Ketiga kalimat ini menggunakan struktur aorist tense. (1) Aorist tense adalah satu tindakan yang dikerjakan di dalam ketuntasan kekekalan yang diterapkan di dalam seluruh sejarah. "Karena Dialah" berarti Kristus menjadi sumber pertama dan utama untuk menyelesaikan semua perseteruan. (2) "Sudah digenapkan" berarti semangat dan kuasa perseteruan itu seharusnya bisa dikalahkan, karena kuasa penyelesaiannya sudah tuntas dikerjakan. Ini format aorist tense ditekankan di dalam ayat ini untuk menyatakan bahwa Tuhan sudah meruntuhkan semua tembok pemisah dan Tuhan sudah mempersatukan di dalam darahNya. Dalam ay. 13 dikatakan, "Di dalam Kristus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus." Disini kita sudah dipersatukan oleh darah Kristus dan biarlah kita boleh mengarahkan hidup dan seluruh perjuangan kita kembali kepada Kristus. Ini baru kemutlakan yang sejati yang menyelesaikan semua kerelativan di dunia. Mari kita menguji diri kita masing-masing apakah kita sudah memikirkan apa yang Kristus mau dan bukan memikirkan dan memperjuangkan kepentingan kita masing-masing. Visi, kesamaan arah dan tujuan perjuangan baru bisa terjadi jika kita kembali kepada Kristus. (3) Bagaimana kita membangun itu secara konkrit. Alkitab mengatakan yang pertama salib harus menjadi dasar pandang kita. Visi salib itulah yang membuat kita kuat di dalam kita bersatu. Karena waktu kita memandang salib kita tahu apa yang sudah Tuhan kerjakan kepada kita. Kita hanyalah orang berdosa yang sudah ditebus oleh Tuhan dengan darah yang mahal, karena Tuhan begitu mencintai kita. Ini seharusnya menjadikan kita orang yang rendah hati. Jika kita boleh melayani itu semata-mata karena anugerah yang begitu besar. Ketika kita memandang salib, kita mengerti ada satu hati yang tidak mau menyakiti hati Tuhan. Dalam hidup, kita melihat misi kerajaan Allah di bawah salib, itulah visi salib. Ay 16 mengatakan, "Untuk memperdamaikan keduanya, dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu." Biarlah salib penderitaan Kristus, penebusan Kristus, dan misi Kristus menjadi bagian dalam diri kita. Terkadang di dalam diri kita, kesibukan membuat kita tidak mampu lagi memandang salib.

Kedua, Damai sejahtera yang sejati. Alkitab mengatakan damai sejahtera yang Allah berikan kepada kita berbeda dengan apa yang dunia bisa berikan dimana artinya ada satu kedamaian yang membuat kita tidak ingin kedamaian itu terusik. Istilah ‘damai’ hari ini sangat banyak disalahgunakan. Damai disini bukan seperti yang dunia ajarkan yaitu kalau cocok dengan perasaan kita atau diri kita melainkan damai yang Tuhan berikan. Ay. 17 mengatakan, "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat.’" Dengan kata lain, damai sejahtera ini diberikan kepada kedua pihak yang berseteru. Jadi damai sejati disini adalah damai sejahtera yang kembali terarah kepada visi Kristus. Kembali mengarah kepada visi pelaku daripada kedamaian itu sendiri yaitu Tuhan Allah.

Marilah kita kembali belajar di dalam hidup kita untuk berhenti dari semangat sektarian, lalu kita mengajak semua orang balik kepada Krisus. Kembali kepada kebenaran Dia, kepada cinta kasihNya, kembali memperjuangkan Dia dan semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Disitulah visi salib damai sejahtera Tuhan terjadi. Berhentinya semua perseteruan maka perjuangan misi Allah bisa dikerjakan secara maksimal. Jika ini ada di dalam gereja kita, maka gereja memiliki potensi untuk mempengaruhi dunia. Saya rindu apa yang sudah dijalankan di dalam perjalanan GRII sampai hari ini boleh terus menerus mempengaruhi dunia dan memperjuangkan semangat kesatuan di dalam Kristus. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)