Ringkasan Khotbah : 31 Januari 1999

Herodes yang malang

Nats : Matius 2:3-12; 16-18

Pengkhotbah: Ev. Rusdi Tanuwidjaya

Minggu lalu kita telah membahas mengenai orang Majus. Di lihat dari pribadinya, mereka adalah bangsa kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan, karena mereka bukan bangsa pilihan. Namun ketika Yesus lahir justru bangsa kafirlah yang pertama di panggil oleh Allah yaitu orang majus. Orang-orang majus ini juga adalah orang-orang terpelajar, mereka mempelajari Filsafat, Ilmu Pengetahuan khususnya Astronomi dan Teologi. Mereka berasal dari Timur dan dalam hal ini memang banyak pendapat, namun saya pribadi lebih cenderung memilih bahwa mereka berasal dari Persia karena bangsa ini sangat terkenal dengan astrologinya. Dari negeri yang jauh inilah, Tuhan memanggil mereka melalui wahyu umum yaitu bintang dan melalui wahyu khusus yaitu kitab Suci. Maksudnya sebelum mereka mengerti bahwa bintang yang mereka lihat merupakan tanda kelahiran Raja orang Yahudi, mereka terlebih dahulu membaca dan mempelajari Kitab Suci orang Israel sehingga mereka tahu bahwa Raja orang Yahudi akan dilahirkan. Jadi ketika mereka mempelajari atau membaca Kitab Suci umat Israel pada saat itulah Tuhan memanggil mereka secara khusus, setelah itu barulah mereka kemudian melangkah ketempat dimana arah bintang itu berada. Mereka harus melintasi ratusan mil serta banyak rintangan, kesulitan dan penderitaan yang harus mereka alami untuk sampai ketempat dimana bayi Yesus dilahirkan namun mereka tetap bertekun hingga kemudian mereka bertemu dengan Herodes.

Ketika mereka sampai di Yerusalem dan bertemu dengan Herodes mereka bertanya, "Dimana Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?" Mendengar pertanyaan tersebut raja Herodes sangat terkejut. Apalagi setelah Herodes mendengar dari imam-imam dan ahli-ahli Taurat mengatakan bahwa Mesias yang dijanjikan itu akan dilahirkan di Betlehem. Namun Herodes adalah raja yang licik. Setelah tahu dimana Mesias akan dilahirkan kemudian ia memperalat orang-orang majus agar mereka pergi ke Betlehem dan setelah mereka bertemu dengan anak tersebut, mereka diminta segera memberitahukan dia supaya iapun dapat menyembah bayi tersebut. Ucapan ini kelihatannya begitu manis namun dibalik kalimat ini kita melihat ada satu tipu dan kelicikan yang luar biasa. Mengapa? Karena setelah Herodes tahu, ia akan mempersembahkan sesuatu kepada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu yaitu membunuh bayi Yesus.

Demikianlah akhirnya orang-orang Majus tersebut bertemu dengan bayi Yesus. Saya pribadi tidak dapat membayangkan bagaimana kira-kira pikiran dan perasaan mereka mengetahui bahwa Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan ternyata begitu sederhana dan tidak sebagaimana yang mereka bayangkan. Namun Alkitab mencatat mereka menyembah bayi Yesus. Mereka tidak hanya melihat apa yang nampak, namun dibalik apa yang nampak mereka menerobos melampaui apa yang mereka bisa lihat. Disinilah kita melihat iman yang begitu besar dari para majus bahkan dengan sikap menyembah mereka kemudian mempersembahkan mas, kemenyan dan mur kepada bayi Yesus. Setelah itu mereka kembali namun malaekat memberitahukan agar mereka tidak kembali memberitahukan kepada Herodes. Hal ini tentu saja membuat Herodes begitu marah yang mengakibatkan terjadinya lembah air mata. Dimana seluruh anak yang berusia dua tahun ke bawah di bunuh oleh raja Herodes.

Pada minggu ini kita secara khusus akan mengamati pribadi Herodes. Siapakah sebenarnya Herodes? Herodes bukan orang Yahudi, ayahnya adalah orang Edom dan Edom adalah keturunan Esau. Jadi secara keturunan Herodes bukan orang Yahudi. Lebih parah lagi ternyata ibunya juga bukan orang Yahudi melainkan orang Arab dan nama Herodes sendiri bukanlah nama Yahudi melainkan nama Yunani. Jadi untuk terjun dalam politik Yahudi sebenarnya sulit bagi Herodes namun hal ini bukanlah masalah bagi Herodes. Walaupun secara keturunan Herodes bukan orang Yahudi asli namun dia tetap adalah orang Yahudi. Apalagi Herodes adalah orang yang licik, sehingga hal seperti ini bukanlah rintangan baginya. Lalu mengapa Herodes bisa menjadi orang Yahudi? Hal ini terjadi pada abad ke 2 SM, dimana kakek Herodes dikalahkan oleh Yohanes Hercynus I yaitu Raja Yahudi dan Imam Besar yang berkuasa pada masa itu. Pada waktu dikalahkan kakek dari Herodes dipaksa untuk disunat menjadi orang Yahudi. Itu sebabnya mengapa Herodes menjadi orang Yahudi.

Dengan kelicikannya, Herodes mulai berkecimpung dalam dunia politik. Kelicikannya ini di mulai dengan menceraikan istrinya, orang Edom untuk kemudian mendekati cucu dari imam besar yang sangat berpengaruh pada waktu itu yaitu Yohanes Hyrcanus II yang bernama Mariamne yang akhirnya menjadi Istrinya. Kemudian menggunakan nama baik kakek dari istrinya, Yohanes Hyrcanus II yang pada waktu itu cacat kupingnya. Menurut kitab Imamat, orang yang cacat tidak dapat menjadi imam besar namun Herodes dengan kellicikannya memperalat kakek dari istrinya untuk memperkuat kuasa dan kedudukannya. Setelah itu dia mengangkat imam besar yang berada dibawah kontrol dan kuasanya dan menyingkirkan 45 orang anggota Sanhedrin yang pernah melawan dia. Selanjutnya Herodes menyingkirkan dan membunuh setiap orang yang akan menjadi penghambat bagi kedudukan dan tahtanya. Seperti Imam besar yang dipilih oleh istrinya sendiri yaitu Aristobulus. Herodes juga akhirnya membunuh istrinya Mariamne beserta dengan anak-anaknya karena takut kalau anak-anaknya dari Mariamne dipilih orang Israel menjadi raja.

Demikian juga ketika beberapa orang majus datang kepadanya dan memberitahukan bahwa mereka datang untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Tentu saja hal ini membuat Herodes terkejut. Alkitab bahasa Indonesia menulis bahwa Herodes terkejut namun terjemahan yang lebih tepat seharusnya Herodes terganggu dan cemas. Ini terjadi karena ia iri dan cemburu. Herodes iri dan cemburu kepada Raja Yahudi yang baru dilahirkan. Iri dan cemburu merupakan pembunuh jiwa manusia yang terdahsyat dan sangat merusak hidup manusia lebih daripada yang pernah kita bayangkan. Itu sebabnya kita perlu mengetahui apa sebenarnya iri dan cemburu? Iri dan cemburu adalah perasaan tidak senang yang timbul karena ada sesuatu hal yang dimiliki orang lain yang dapat mengganggu stabilitas kedudukan dan kehormatan Herodes. Akar dari iri dan cemburu ini adalah kebutuhan akan superioritas untuk berkuasa. Jadi kalau kebutuhan "will to power" manusia ini dihambat oleh realita yang dimiliki oleh orang lain, ini mengakibatkan Herodes akan merasa kehilangan role sebagai orang yang berkuasa, orang yang terpenting di Yerusalem atau Yudea.

Iri dan cemburu Herodes ini membawa dampak yang begitu dahsyat sebagaimana yang akan kita lihat nanti. Mengapa demikian? Karena orang yang iri dan cemburu selalu menganggap keberuntungan orang lain adalah kerugiannya, kesuksesan orang lain adalah kegagalannya, berkat bagi orang lain adalah kutuk baginya dan kebahagiaan orang lain adalah penderitaanya. Jika hal ini terus terjadi dalam diri seseorang termasuk Herodes, itu berarti dia sedang menanam bom waktu di dalam dirinya yang nantinya akan berakibat bagi dirinya dan orang lain.

Memang cara kerja iri dan cemburu ini seringkali tidak langsung melainkan perlahan-lahan. Pertama-tama, mulai dari pikirannya dipengaruhi. Herodes mengalami kekacauan di dalam cara berpikir (distorted thinking) dimana orang yang bersangkutan selalu cenderung memikirkan hal yang negatif dalam diri orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri. Setelah pikirannya selanjutnya perasaannya dipengaruhi. Akibatnya, orang yang iri tidak pernah ada damai, suka cita, tidak pernah puas dan tidak pernah bahagia. Singkatnya orang yang iri dan cemburu tidak ada rasa puas dan rasa bahagia di dalam hidupnya. Orang yang iri dan cemburu tidak pernah membawa seseorang semakin kaya melainkan membuat jiwa kita semakin miskin dihantui dengan kegelisahan, kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan. Yang ketiga iri dan cemburu ini akan berakibat fatal yaitu akan mempengaruhi bukan hanya pikiran dan perasaan tetapi juga perbuatan. Itu sebabnya ketika Herodes merasa begitu terganggu dengan berita kelahiran Raja orang Israel ini mengakibatkan seluruh Yerusalem atau Yudea menjadi lembah air mata. Seluruh anak laki-lagi yang berusia dua tahun kebawah di bunuh oleh Herodes.

Sungguh malang, Herodes adalah orang yang dekat dengan Tuhan secara geografis namun secara relasi dia telah membuang diri jauh dari Allah. Yang jauh menjadi dekat namun yang dekat menjadi jauh. Itulah peristiwa natal pertama kali terjadi. Yang dipanggil justru orang yang tidak pernah diharapkan sebaliknya justru orang yang seharusnya mendapat pengharapan justru tidak mendapat pengharapan. Ya, Natal seringkali anugerah panggilan Tuhan terjadi diluar pertimbangan dan bijaksana manusia yang terbatas. Disini kita melihat kehidupan dan perbuatan Herodes yang begitu mengenaskan? Herodes memiliki kedudukan tetapi kehilangan martabat, memiliki ketenaran tetapi kehilangan nama baik dan keagungan, memiliki kekayaan namun kehilangan harta yang paling berharga kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati. Hidup dengan Yesus secara geografis namun jauh secara relasi. Kaya tapi miskin, tenar tapi merana, berkedudukan dibumi tapi terbuang ke neraka.

Sungguh malang Herodes, mempunyai pikiran namun tidak mengerti kebenaran. Punya hati namun tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Hidup di dalam dunia tetapi mati dari hadapan Tuhan. Dia punya banyak harta tapi juga kehilangan banyak harta. Ini lah paradoks manusia. Bagaimana dengan kita? Saya harap kita memasuki awal Tahun Baru ini dengan terus menggumulkan hidup kita sehingga kita hidup tidak kehilangan harta yang terpenting di dalam dunia ini. Jjangan pilih hidup seperti Herodes tapi marilah kita memilih seperti orang Majus. Sekalipun mereka dari bangsa kafir yang tidak berpengharapan, pandai namun mereka rela mencari Raja yang baru dilahirkan walaupun mereka harus membayar harga dengan tenaga, waktu, pikiran, uang dan pengorbanan lain. Namun mereka telah melakukan perbuatan yang sangat indah dihadapan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Kiranya teladan para Majus menjadi teladan bagi kita juga. Amin!?