Ringkasan Khotbah : 21 Februari 1999

Iman yang Memberi Keberanian dan Akses

Nats : Efesus 3:12-13

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Minggu lalu kita telah membicarakan tentang iman dan keyakinan yang pasti di dalam Kristus dan pada hari ini kita akan berbicara mengenai damai sejahtera. Istilah damai sejahtera seringkali muncul di tengah orang Kristen. Mereka mengatakan, "Saya tidak damai sejahtera." Berbicara mengenai damai sejahtera, ada beberapa alasan dan tidak semuanya rohani dalam arti mungkin dapat benar dan dapat juga salah. Di dalam Alkitab damai sejahtera ada dua macam yaitu damai sejahtera yang diberikan Tuhan kepada kita dengan damai sejahtera yang ada di dunia ini. Pertama, damai sejahtera yang sejati; kedua yang kelihatannya damai sejahtera. Kedua damai sejahtera ini berbeda secara kualitatif dan berbeda sumbernya. Damai sejahtera yang sejati bersumber dari Allah dengan sifat-sifatnya yang tertentu sedangkan yang kedua dari dunia juga dengan sifat-sifat tertentu. Jadi pada waktu orang mengatakan saya tidak damai sejahtera maka kita harus mengerti itu damai sejahtera yang mana dan disini kita harus menguji kembali mana damai sejahtera yang sejati dan mana yang kelihatannya damai sejahtera.

Damai sejahtera yang benar itu seringkali bukan seperti yang kita pikirkan dan damai sejahtera dapat hilang. Yang pertama karena takut misalnya takut rugi, takut dianiaya, takut dipukuli, dsb. Banyak hal yang membuat kita takut dan ketakutan ini mencengkeram kita yang akhirnya membuat kita tidak bisa damai sejahtera. Kedua, karena keinginan-keinginan yang tidak tercapai. Itu yang membuat hati kita tidak damai. Stress adalah satu gejolak dalam hati yang menginginkan mencapai sesuatu tetapi ternyata tidak mampu. Damai sejahtera yang hilang ini belum tentu damai sejahtera dari Tuhan. Ketiga, pada waktu dosa kita dibongkar. Jadi pada waktu dosa kita dibongkar hati kita gelisah dan tidak memiliki damai. Kehilangan damai sejahtera yang ketiga ini hampir mirip dengan yang pertama namun disini sebetulnya adalah manifestasi dosa dan ketakutan karena dosanya akan dibongkar. Dan ketakutan ini membuat dia kehilangan damai sejahtera. Saudara jika kita kehilangan damai sejahtera dalam aspek-aspek di atas maka kita perlu instrospeksi diri karena mungkin sekali ini merupakan damai sejahtera yang hilang dan ini akan membawa kita kepada damai sejahtera yang asli. Kehilangan damai sejahtera yang palsu tidak perlu dipertahankan karena kalau damai sejahtera dunia ini kita kejar akan membuat kita gersang dan hancur.

Lalu bagaimana dengan damai sejahtera sejati? Damai sejahtera yang sejati yang benar terjadi: Pertama waktu kita benar-benar berkeinginan untuk menjalankan rencana Allah itu adalah damai sejahtera yang indah. Tapi masalahnya banyak orang Kristen justru tidak menjalankan rencana Allah atau pekerjaan Allah dan tetap happy, happy. Sebaliknya pada waktu dia berbuat dosa lalu ketahuan maka dia baru kehilangan damai sejahtera. Ini duniawi sekali. Marilah kita kehilangan damai sejahtera yaitu justru pada waktu kita gagal menjalankan rencana Allah baik-baik. Kedua, damai sejahtera terjadi pada waktu kita boleh hidup di dalam kesucian, kejujuran, dan kebenaran di tengah-tengah dunia ini. Kita akan kehilangan damai sejahtera jika kita berbuat dosa dan merasakan gelisah di dalam hatinya. Ini yang mendorong dia untuk keluar dari situasi itu dan kembali kepada Tuhan karena dia menyakiti hati Tuhan. Disini damai sejahtera yang hilang itu perlu dikejar kembali karena itu adalah damai sejahtera dari Tuhan.

Saudara, sekarang kita hidup dalam situasi yang minggu lalu saya sebut ketidakadaankestabilan kehidupan dan ketenangan kehidupan. Akhirnya kita hidup dilanda ketakutan sehingga kita tidak memiliki damai dalam hidup kita. Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita lakukan? Dengan menutup matakah?! Kekristenan tidak mengajar kita melarikan diri dari realita. Memang harus kita akui kita hidup dalam kondisi yang sangat sulit dan kondisi ini dapat mengakibatkan kita hidup dalam ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran. Dalam situasi seperti ini kita harus menerobos situasi kita. Paulus mengatakan kita bukan orang yang anti realita tetapi justru dalam situasi seperti ini bagaimana kita hidup secara tepat.

Mari kita bayangkan apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Efesus. Jemaat Efesus waktu itu mau melayani Tuhan namun tantangan bagi hidup mereka begitu berat karena dari luar mereka dirongrong, dari dalam kekristenanpun mereka juga dirongrong. Dari luar kita tahu bahwa kota Efesus merupakan tempat penyembahan berhala yang sangat kuat dan besar sedangkan orang Kristen mengalami tantangan dari luar yang begitu sulit dan dari dalam orang Kristen Yahudi menganggap orang-orang Kristen non Yahudi tidak sah dimana mereka baru sah kalau mereka disunat dulu. Disini jemaat Efesus mengalami realita kesulitan, ketegangan dan tidak ada damai. Tapi semua kesulitan ini tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak beriman dan melayani karena kita beriman di dalam Kristus dan melalui iman di dalam Kristus itulah kita mempunyai akses kepada Bapa. Ini yang membuat Paulus memiliki keberanian dan keyakinan. Bukan karena situasi yang menentukan kita beriman atau tidak melainkan karena iman. Melalui iman, kita dapat menerobos melewati awam gelap yang menutupi hidup kita sehingga kita tidak bisa lagi melihat apa yang ada di luar. Paulus mengatakan mari kita menerobos awan gelap itu sampai kita melihat hakekat yang sesungguhnya dan penerobosan ini harus kembali kepada iman yang sesungguhnya. Iman yang menerobos terlebih dahulu sehingga kita mempunyai jalan masuk, seperti daerah yang tertutup tiba-tiba dibuka lalu kita mempunyai jalan masuk. Paulus bukan mau meniadakan semua realita. Realita itu fakta. Itu memang kesulitan yang harus dihadapi tapi bagaimana saudara memiliki kekuatan menerobos melewati semua itu. Inilah yang Paulus minta supaya kita akhirnya mempunyai keberanian, keyakinan, kepastian dan kebebasan untuk bisa berjalan di dalam pekerjaan Tuhan. Berikut ini kita akan melihat beberapa hal yang kita akan pelajari?

Pertama, Allah adalah Allah atas sejarah. Kita melihat dunia ini susah, banyak ancaman. Masalahnya, ancaman, kesulitan dan problemnya itu relatif atau mutlak? Relatif karena yang mengatur semuanya adalah Tuhan atas sejarah. Sejauh kita bisa menerobos awan gelap sampai melihat Allah adalah Allah atas sejarah. Disini kita sedang menuju ke satu akses dimana kita mengerti sejarah berjalan tidak bisa lepas daripada kontrol Allah. Tidak ada satupun di tengah dunia ini yang bisa bermain-main dihadapan Allah dan tidak ada sesuatupun di tengah dunia ini yang melampaui kepastian yang Allah sudah tetapkan. Jadi jika kita bertaut kepada Allah, tidak ada hal apapun di tengah dunia ini yang saya khawatirkan. Prinsipnya yang mutlak tetap mutlak yang mutlak tidak boleh direlatifkan dan yang relatif tidak boleh dimutlakan. Dengan kita memutlakan yg mutlak maka yang relatif menjadi yang direlatifkan tetapi kalau kita memutlakan yang relatif maka yang mutlak asli akan bergeser dan ini sangat berbahaya sekali. Itu sebabnya maka kunci pertama bagaimana kita hidup ditengah-tengah dunia yang rumit dan penuh dengan berbagai masalah yang sedang berkecamuk ini jawaban hanya satu yaitu balik menerobos dengan iman melihat Allah adalah Allah atas sejarah. Ini kunci! God of the God of history. Sejarah adalah apa yang Allah sudah pikir dan rencanakan dalam kekekalan. Jadi sejarah merupakan suatu yang berjalan tapi perjalanan sejarah di dalam relatifismenya kembali kepada kemutlakan Allah yang melihat dari atas. Pada waktu kita mempunyai akses kepada Allah Bapa atas sejarah itulah yang melampaui relatifitas sejarah. Saya harap setiap kita boleh Tuhan pakai untuk menerobos sehingga selanjutnya kita dapat menolong orang lain.

Kedua, setelah kita tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan atas sejarah maka barulah kita mempunyai akses yang Tuhan sudah buka kepada kita. Ketika kita belajar memandang kepada Allah, melihat Allah dan memandang kepada jalur Tuhan sehingga kita bisa bertanya apa yang Tuhan mau. Waktu kita belajar memandang kepada Allah itulah waktunya kita melatih diri untuk menerobos semua kesulitan. Jadi waktu kesulitan menimpa kita marilah kita memandang kepada Tuhan, maka Tuhan yang akan membuka jalur yang kita lewati. Ketika kita memandang kepada Allah itulah juga yang membuat seluruh pengertian dan wawasan kita berbeda sama sekali ketika kita menafsirkan realita dengan tepat. Mari kita belajar melihat segala sesuatu balik kepada Tuhan. Ini akses untuk kita memiliki keberanian dan kemerdekaan berjalan di tengah-tengah dunia ini.

Ketiga, ketika kita mulai mengarahkan diri kita kepada Tuhan dan melihat akses kita dihadapan Tuhan itu justru memberikan kepada kita kebebasan, keleluasan dan keberanian yang tidak bisa dilawan. Ketika Stefanus dirajam, dia memandang kepada Kristus yang berada di atas takhta dan Kristus yang sedang memandang dia. Itulah yang menjadi kekuatan bagi dia dan yang membuat dia maju dan mendapatkan akses dan akhirnya semua orang harus gemetar melihat apa yang sedang terjadi. Hanya pertanyaan yang harus kita jawab adalah kita diikat oleh siapa? Jika kita diikat oleh kuasa dunia ini, diikat oleh situasi dunia ini maka saudara betul-betul terikat. Tetapi kalau kita diikat oleh Tuhan di dalam keterikatan kita dengan Tuhan, kita adalah orang yang betul-betul bebas. Dosa tidak bisa membuat kita menghadap Tuhan dengan baik. Dosa membuat kita menghadap Tuhan dengan kegentaran dan ketakutan dan tidak ada kebebasan ketika kita membiarkan diri kita diikat oleh dunia, rokok, narkotika, seks, atau diikat oleh apapun di tengah dunia ini. Dia menjadi orang yang terbelenggu dosa. Tetapi ketika kita membiarkan diri kita diikat oleh kebenaran Tuhan, diikat oleh sifat Tuhan maka disitu dia mempunyai kebebasan yang luar biasa. Orang yang diikat oleh kebenaran, diikat oleh keadilan, diikat oleh kesucian Tuhan, maka waktu itu dia bisa hidup di dalam Tuhan, memandang kepada Tuhan dan diakses di dalam Tuhan sehingga kita tidak bergeming dengan apa yang terjadi di tengah dunia ini. Itu yang membuat saya total bebas.

Saudara, dunia kita makin lama makin sulit. namun ditengah-tengah kesulitan dunia ini kiranya Tuhan memakai kita ditengah-tengah jaman yang semakin sulit, seperti Tuhan tidak mengatakan orang yang mengikut dia pasti lepas dari dari pergumulan hidup, lepas dari kesulitan hidup namun Tuhan mengatakan akan memimpin kamu sehingga kamu bisa menerobos melewati semua. Jemaat Efesus di tengah-tengah kesulitan yang mereka hadapi diberi kekuatan oleh Tuhan sampai menjadi jemaat yang dipuji di dalam kitab Wahyu kecuali cinta kasih yang kemudian dicela oleh Tuhan. Saudara, mari kita belajar bagaimana Tuhan pakai kita ditengah jaman ini. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)