Ringkasan Khotbah : 28 Maret 1999
Limitless Love
Nats : Efesus 3:18-19
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Minggu lalu kita telah membicarakan tentang prinsip cinta kasih Tuhan yang pada minggu ini akan kita lanjutkan dengan bagaimana kita hidup di dalam cinta kasih Tuhan. Ketika Dr. Martyn D’lloyd Jones merenungkan Efesus 3 ini dia mengatakan bahwa seharusnya setiap kita mau belajar terus menerus mengkontemplasikan, merenungkan, dan menggumulkan cinta Tuhan yang begitu besar yang sudah Dia nyatakan kepada kita serta melihat bagaimana Paulus mengungkapkan cinta kasih dengan cara yang begitu unik. Ia menggunakan empat dimensi untuk menggambarkan cinta Tuhan yang begitu besar yang Tuhan sudah nyatakan kepada kita. Paulus seolah-olah mau mengatakan tidak ada dimensi lain yang bisa mengungkapkan betapa lebarnya, betapa panjangnya, betapa tingginya dan betapa dalamnya kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan karena begitu dalamnya cinta Tuhan yang boleh kita nikmati. Ini merupakan satu manifestasi pengungkapan yang oleh Tuhan Yesus diungkapkan kepada seorang ahli Taurat yang datang kepadaNya dengan kalimat yang sangat pendek yaitu dengan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal."

Saat saya membaca salah satu kalimat yang saya rasa sangat indah dari sebuah kutipan seorang tokoh Kristen yang juga seorang filsuf dan teolog yang menggumulkan dan mau mengerti isi hati Tuhan, dia menyindir sikap kekristenan yang mau mengerti kasih Allah yang mana dikatakan, "Banyak orang mau melihat Tuhan seperti melihat sapi yaitu melihat dengan matanya dan banyak orang yang mau mengasihi Tuhan sama seperti mengasihi sapi-sapi." Mengapa demikian? Karena sapi-sapi itu memberikan susu, keju dan semua keuntungan kepada mereka dan itulah sikap orang–orang Kristen yang mengasihi Tuhan hanya demi untuk mendapatkan keuntungan lahiriah dan kenikmatan batiniah. Mereka bukan sungguh-sungguh mengasihi Allah tetapi mereka mengasihi Allah karena mereka mendapatkan keuntungan dari dalamnya.

Meister Eckhardt sadar ketika kita belajar mencintai Tuhan terkadang cinta kita salah dan bukan cinta yang sesungguhnya. Cinta yang seharusnya kita mengerti ialah cinta Tuhan yang membentuk kita bukan cinta yang kita format untuk kita paksakan masuk ke dalam diri Tuhan. Kita mencintai Tuhan bukan dengan cinta yang sesungguhnya, melainkan dengan cinta sapi dan ini merupakan satu bahaya besar yang seringkali terjadi di tengah-tengah dunia kita. Waktu saya memikirkan ini maka kita perlu kembali berdoa seperti yang Paulus doakan agar kita boleh mengerti cinta Tuhan yang sesungguhnya.

Di dalam ayat-ayat ini dibicarakan satu paradoks atau satu keunikan yang sulit sekali karena disatu pihak Paulus berdoa, "Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan." Disini kita melihat ada satu konflik atau satu paradoks yang begitu sulit untuk dimengerti. Di satu pihak untuk mengerti cinta Tuhan bukan hal yang mudah karena untuk mengerti cinta Tuhan melampaui semua pengetahuan yang mungkin manusia dapatkan. Di lain pihak mencintai Tuhan, mengerti cinta Tuhan itu satu keharusan yang tidak bisa ditolak. Jika demikian bisakah kita mengerti cinta Tuhan? Jika tidak mampu buat apa kita berdoa? Dalam hal ini kita harus kembali kepada Yoh 3:16. Disini kita boleh melihat kunci bagaimana saya boleh merenungkan kasih yang sesungguhnya dari Tuhan. Di dalam Yoh 3:16 Tuhan Yesus mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Seorang hamba Tuhan sehubungan dengan ayat ini mengatakan bahwa ayat ini menyatakan ketinggian dari kualitas yang tertinggi yang tidak mungkin dicapai lagi di dalam segala hal. Di dalam ayat ini menyatakan kasih yang terbesar yaitu agape, bersumber dari pribadi yang terbesar yaitu Allah yang diberikan kepada lingkup yang terbesar melalui cara yang terbesar yaitu Allah mengaruniakan anakNya untuk mati bagi kita agar mencapai hasil yang terbesar yaitu memberikan hidup yang kekal. Bukan hanya hidup di dunia ini yang hanya beberapa puluh Tahun melainkan mendapat hidup yang kekal. Semua hal yang terbesar ini hanya dinyatakan di dalam satu ayat yaitu Yoh 3:16. Di ayat tersebut juga diungkapkan elemen-elemen yang menyatakan cinta Tuhan yang begitu besar dan yang terutama adalah kita harus mengerti pemberi cinta kasih itu sendiri. Sehubungan dengan hal ini mari kita renungkan Ef 3:18-19 yang kita sudah baca. Melalui ayat ini Paulus mengungkapkan kasih Kristus dengan empat dimensi yaitu lebar, panjang, tinggi dan dalam. Di dalam Yoh 3:16 ini juga kita melihat yang pertama, kita melihat betapa tingginya, betapa luasnya cinta kasih Tuhan. Ketika Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…." Ini disebabkan karena kasih itu bersumber dari Allah sendiri yang mau menyelamatkan manusia dimana di dalamnya kita melihat bagaimana kasih dan keadilan Allah bertemu untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Allah adalah Allah yang bertindak di dalam sejarah.

Kedua, cinta itu diberikan kepada seluruh dunia. Di dalam Yoh 3:16, kita melihat bahwa cinta kasih Allah adalah cinta yang melampaui segala batasan. Baik itu batasan suku, pulau, identitas, kebangsaan, sosial dan budaya yang ada di dunia. Salah satu hal yang saya rasa dunia ini tidak akan pernah selesai kecuali dunia bertobat ialah masalah SARA yang merupakan krisis suku, agama, ras, antar etnis, dan berbagai kesulitan antar golongan. Masalah-masalah ini seringkali menimbulkan kebencian. Masalahnya apakah perbedaan itu salah? Jawabnya tidak! Perbedaan itu pasti ada dan tidak mungkin bisa dihilangkan, karena menghilangkan perbedaan berarti membuang identitas.

Berkenaan dengan hal ini Alkitab memberikan cara yang jauh lebih besar yaitu kasih sejati yang melampaui semua batasan. Hanya cinta Tuhan yang betul-betul hidup di dalam hati kita yang mampu menerobos semua batasan karena cinta Tuhan yang memungkinkan orang Jawa mencintai orang Batak, orang Batak mencintai orang Cina dan lain sebagainya. Maka sekali lagi saya katakan, betapa lebarnya cinta Tuhan tidak mungkin dimengerti kecuali kembali kepada firman Tuhan. Ketika kekristenan serta cinta Tuhan menguasai satu masyarakat maka tidak mungkin terjadi suatu pertikaian.

Ketiga, cinta Tuhan adalah cinta yang kekal. Cinta yang bukan hanya memberikan dampak sejenak melainkan dampak yang kekal. Firman Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Cinta kasih seperti ini adalah cinta kasih yang sulit dimengerti oleh dunia karena dunia kita selalu di dalam sikap kondisional. Ditengah dunia umumnya semuanya tergantung pada situasi dan kondisi. Situasi atau kondisi berubah maka sikap kita juga berubah. Jika dunia hanya melihat bahwa semua berubah maka dunia telah gagal untuk melihat kekekalan yang ada pada diri Tuhan. Itu sebabnya jika kita dapat mengerti betapa besar, betapa tinggi, betapa dalam dan betapa panjangnya cinta Tuhan, disana kita baru melihat bahwa kasih itu adalah kasih yang kekal. Demikian juga tatkala kita mencintai biarlah kasih yang kekal yang memancar melalui hidup kita karena kita telah memiliki kasih yang kekal. Bukan cinta sapi yang senantiasa berubah tapi cinta Tuhan adalah cinta yang tanpa syarat, cinta walaupun situasi dan kondisinya buruk Tuhan tetap mencintai kita.

Keempat, kasih yang terdalam. Firman Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya barang siapa yang percaya kepadanya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." Saya membayangkan ini adalah cinta kasih yang begitu besar yang masuk ke dalam inti problema manusia yang paling dalam. Ketika Tuhan mencintai kita Dia bukan hanya mencintai karena fenomena, Dia mencintai bukan karena ada sesuatu yang indah di luar tetapi Tuhan mencintai karena urusan yang paling dalam yang Ia mau selesaikan yaitu urusan batin atau dosa manusia. Cinta kasih yang sejati adalah kasih yang merambah masuk ke dalam inti hidup manusia yang terdalam, kasih yang masuk ke dalam pergumulan hidup manusia yang terdalam dan mau mengerti pergumulan yang terdalam dari orang yang menjadi obyek cinta kasih. Mengapa kita sulit mencintai? Karena seringkali kita terjebak di luar dengan hal-hal fenomena sehingga kita tidak masuk ke dalam pergumulan orang itu yang terdalam. Itu sebabnya Paulus menulis kepada jemaat Efesus, "Aku berdoa supaya engkau boleh mengerti betapa dalamnya cinta kasih Allah." Kalimat ini ditulis oleh Paulus kepada jemaat Efesus yang sedang berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi mereka. Orang-orang yang membenci jemaat Efesus ini sebenarnya adalah orang-orang yang seharusnya justru menjadi obyek cinta mereka. Seharusnya jemaat Efesus mengasihi dan menginjili mereka agar mereka bertobat dan terlepas dari kegelisahan kebencian yang ada di dalam diri mereka.

Saudara, pada hari ini pertanyaan bagi kita sejauh mana saudara dan saya mau menanggalkan cinta dan mau belajar cinta Tuhan, bukan cinta sapi yang dibutuhkan oleh dunia ini melainkan cinta Tuhan. Menjelang Jumat Agung ini mari kita mencoba merenungkan kembali arti pengorbanan Yesus bagi kita. Apa artinya Tuhan menebus kita? Dan bagaimana kita boleh menerobos semua pengertian kasih yang mungkin dimengerti oleh manusia. Kita berdoa, kita minta supaya Tuhan mengubah dan membuat kita boleh mengerti, memahami betapa lebarnya, betapa panjangnya, betapa tingginya dan betapa dalamnya kasih Tuhan yang boleh menerobos hidup kita sekalipun itu malampaui semua pengetahuan kita. Dengan demikian dunia boleh melihat kebenaran dan cinta kasih ditengah dunia yang kehilangan cinta kasih ini. Kiranya Tuhan mengubah dan membentuk kita sesuai dengan kehendakNya. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)