Ringkasan Khotbah : 13 Juni 1999
UNITY IN DIVERSITY
Nats : Efesus 4:7-10
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Di dalam Efesus 1-3, Paulus menekankan konsep keselamatan dan bagaimana orang Kristen dikeluarkan dari dunia berdosa menuju kepada hidup di dalam Tuhan. Berdasarkan anugerah & cinta kasih Tuhan, kita boleh menjadi anak-anak Tuhan. Begitu Efesus 3 selesai, Paulus mulai masuk ke dalam aplikasi panggilan hidup Kristen. Kalau saya sudah menjadi Kristen bagaimana saya berubah, dibentuk dan berperilaku sebagai seorang kristen yang sesungguhnya. Prinsip yang pertama kali ditekankan oleh Paulus adalah the true unity (kesatuan yang sejati). Manusia sebenarnya sadar akan perlunya persatuan tetapi sekaligus persatuan sulit terjadi sehingga akibatnya persatuan yang diperjuangkan oleh dunia seringkali adalah persatuan yang bersifat fenomena.

Maka kalau sekarang kita mau mulai membicarakan bagaimana kesatuan itu dapat terjadi, kita harus kembali kepada The True Unity atau kesatuan esensial yang perlu digarap. Alkitab mencatat 7 kesatuan dasar dimana secara hakekat kesatuan itu mungkin terjadi. Paulus di ayat 4-6 mengatakan, "Satu tubuh dan satu Roh sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua." Tujuh konsep ini menjadi satu kesatuan yang secara esensial mempersatukan seluruh kesatuan original yang mungkin terjadi. Dengan kata lain hanya ketika kita kembali kepada Allah, iman dan pengharapan yang sesungguhnya, barulah kita dapat hidup di dalam kesatuan bersama secara sesungguhnya. Paulus menekankan kembali pada true unity dan itu tidak mungkin kecuali terjadi pertobatan yang sesungguhnya. Tetapi kalau kita hanya memikirkan true unity seringkali kita jatuh kepada satu ekstrim dan gagal mengerti aspek kesatuan secara tepat, yaitu bahwa setiap kesatuan harus kembali berdasarkan anugerah yang Tuhan anugerahkan. Disini memakai kata anugerah yang dianugerahkan. Istilah ini merupakan satu gambaran yang unik sekali yaitu waktu saya bersatu saya harus memperjuangkan persatuan sejati .

Kita seringkali menyamakan kesatuan dengan keseragaman. Ini adalah suatu konsep yang salah. Bukan berarti kalau satu lalu menjadi sama semua. Satu kesamaan bukanlah satu kesatuan. Kesatuan karena kesamaan sebenarnya bukan kesatuan yang sesungguhnya. Dalam hal yang esensial memang harus ada kesatuan, tetapi di dalam banyak aspek harus ada keragaman. Paulus mengatakan, "Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus." Kata yang digunakan disini menggambarkan suatu anugerah yang bersifat pemberian secara satu-persatu. Satu anugerah yang diberikan pada setiap kita dimana setiap kita mendapatkan bagian satu-persatu. Ini gambaran yang Paulus ambil dari Mat 25. Disitu ada satu pembagian tetapi setiap orang diberi secara berbeda berdasarkan anugerah Tuhan. Kesatuan yang sesungguhnya adalah kesatuan yang berbasiskan pertobatan dan hidup kembali kepada Tuhan Yesus, tetapi diatasnya muncul keragaman yang begitu banyak. Kesatuan bukan hanya keseragaman tetapi juga keragaman. Gambaran terbaik disini adalah tubuh manusia. Kesatuan Kristen adalah kesatuan organisme dan bukan kesatuan organisasi.

Kesatuan Kristen seperti satu tubuh dimana seluruhnya mempunyai satu kesatuan yang mendasar yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, organ yang terpenting sekalipun tetap bukan merupakan orang secara keseluruhan. Setiap bagian begitu beragam dan tidak dapat diganti karena mempunyai keunikan. Disini seluruhnya menggambarkan satu keragaman Tuhan menginginkan kesatuan anak-anak Tuhan terbentuk dari begitu banyak keragaman sehingga setiap kita tidak akan pernah perlu melirik orang lain lalu ingin menjadi seperti dia. Disini kita perlu mengerti beberapa konsep yaitu:

1) Bagaimana saya turun di dalam pelayanan kesatuan sebagai orang-orang yang beranugerah. Hal pertama yang perlu kita sadari yaitu bahwa kita adalah orang-orang yang mendapat anugerah. Kesatuan yang sejati terjadi karena kita tahu siapa kita dihadapan Tuhan. Sadar bahwa saya bukan independent tetapi adalah orang yang dikeluarkan dari dosa dan kembali kepada Tuhan, sadar bahwa kita hidup berdasarkan sola gracia. Luther sadar bahwa jika ia dapat hidup hingga saat itu, maka itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Seringkali kita jatuh di dalam konsep bahwa ini adalah hasil usahaku. Memang secara fenomena kita dapat mengumpulkan hasil dari kerja, tetapi modalnya dari siapa? Sekalipun kita mempunyai otak yang brilian tetapi ingat, kalau Tuhan membiarkannya selesailah semuanya kurang dari 1 menit. Hidup kita bukan karena kita punya, hebat atau mampu tetapi potensinya dari Tuhan yaitu anugerah yang dianugerahkan. Biarlah kunci ini menjadi dasar. Kalau kita diberi kepandaian, kekayaan dan kekuatan itu semua dari Tuhan. Dan ketika kita sadar itu, kita semua berjuang demi kemuliaan Tuhan. Ketika kita beragam lalu semua memperjuangkan kemuliaan Tuhan saya tidak pernah takut akan terjadi ribut di dalam gereja. Perhatikan! Kita tidak ribut di dalam pelayanan itu bukan berarti karena kita semua sama. Tetapi siapa yang diutamakan di dalam perbedaan, itu masalahnya.

2). Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Efesus adalah kota yang besar dan maju sehingga mereka mungkin ambisius. Kunci kedua ini sangat penting. Kita harus ingat bahwa kita bukan mendapat semua, tetapi diberi berdasarkan ukuran tertentu yang Tuhan tetapkan. Dua hal yang harus menjadi sifat dasar orang Kristen di dalam aspek anugerah adalah: a) saya bukan mendapat semuanya oleh sebab itu kita perlu bekerja sama. Ini bukan di dalam urusan pelayanan saja tetapi di dalam pekerjaan juga. Kita hanyalah part dan bukannya all in. Kita harus sadar bahwa kita terbatas. Mungkin setiap orang diberi bagian yang berbeda, ada yang diberi 5 dan ada yang 2. Yang diberi 5 akan dituntut 5 dan 2 akan dituntut 2. b). Jangan iri kepada yang lain namun sebaliknya kita bertanggungjawab atas talenta yang Tuhan beri kepada kita. Kita juga tidak dapat berkata bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa karena itu membuat kita pindah dari ekstrem satu ke ekstrem yang lain. Ingat! setiap kita beranugerah menurut ukuran pemberian Kristus. setiap kita terbatas, beranugerah dan bertanggung jawab untuk setiap apa yang Tuhan berikan pada kita dan itu harus dikerjakan dan dikembalikan karena itu anugerah yang Tuhan berikan.

3). Kita harus kembali pada pusat sejati pemberi anugerah. Paulus mengatakan pemberi anugerah adalah Kristus sendiri. Salah satu bahaya pelayanan adalah seluruh yang kita kerjakan, orientasi terakhirnya kembali kepada diri kita sendiri dan bukan kepada pemberi anugerah. Saat kita dipuji atau dikritik, itulah ujian yang paling nyata. Kita semua satu tubuh dimana masing-masing diberi anugerah yang seluruhnya kembali kepada Kristus pemberi anugerah. Paulus mengatakan, "Karena itu segala sesuatu dari Allah, kepada Allah dan bagi Allah." Ini menjadi kunci pertama hingga seluruh pelayanan dapat berjalan baik. Saya selalu mengatakan bahwa pujian yang diberikan itu perlu karena itu sebagai sesuatu yang menguatkan. Orang yang tidak pernah dipuji tetapi dikritik terus maka akan menjadi orang yang minder. Maka disini bukan soal pujiannya tetapi soal orientasinya. Pdt. Stephen Tong pernah mengingatkan satu hal yang harus saya pegang baik-baik, "Matilah terhadap pujian dan kritik." Kalau kita bisa mati terhadap pujian dan kritik maka baru kita dapat hidup melayani dengan baik karena orientasinya bukan di kita tetapi di Tuhan. Kalau kita mau diukur dari sudut Kristus maka dari segi yang lain kita harus mati. Orientasi kita hidup dan melayani untuk siapa? Semua harus kita kembalikan kepada sumber anugerah yaitu Kristus atau kita sedang mencari untuk diri kita sendiri.

Kalau kita beres dalam tiga hal ini maka kita siap untuk sama-sama bekerja untuk kerajaan Tuhan dan bersatu secara beragam. Kita dapat menjadi hamba-hamba Tuhan yang baik dan sungguh-sungguh efektif di tengah dunia ini. 1) Sadar anugrah yang dianugrahkan. 2) Sadar batas menurut ukuran pemberian Kristus. 3) Pusatnya bukan kita melainkan Kristus. Biarlah dengan demikian kita hidup melayani Tuhan, kudus dan sungguh-sungguh demi kesaksian bagi orang lain dan demi kemuliaan Tuhan. Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)