Ringkasan Khotbah : 18 Juli 1999
True Religion 3
Nats : I Petrus 1:8
Pengkhotbah : Ev. Rusdi Tanuwidjaya

Pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pengertian iman, obyek iman dan rahasia iman. Kita telah melihat bahwa pengertian iman dapat berarti isi iman, tindakan iman, dan kesetiaan. Selain itu, iman sejati membutuhkan obyek yaitu Allah yang menciptakan Dia. Terakhir, rahasia iman terletak pada melihat sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu di saat kita percaya kepada Dia yang tidak dapat kita lihat.

Mungkinkah orang dapat percaya dan mengasihi jika obyek imannya tidak ia lihat? Mungkin! Orang yang beragama Budha dapat sungguh-sungguh percaya kepada Budha sekalipun mereka tidak pernah melihatnya dan orang Islam dapat mencintai Mohammad walaupun mereka tidak pernah melihatnya. Demikian pula orang Kristen dapat mengasihi Tuhan sekalipun mereka belum pernah melihatNya. Yang pernah melihat Tuhan adalah para Rasul, karena mereka adalah saksi mata yang harus memberikan kesaksian bahwa Yesus memang pernah mati, dikuburkan, dibangkitkan dan naik ke sorga. Tetapi generasi kedua sesudah mereka, percaya kepada Tuhan Yesus meskipun tidak melihatNya. Di dalam 1 Pet 1:8, dikatakan: "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan." Iman yang sejati justru menerobos sehingga kita dapat melihat Allah yang berada di tempat yang tidak ada di dalam proses. Iman yang sejati ditentukan oleh dua aspek, yaitu: apakah obyek yang kita percayai itu benar atau tidak dan apakah rahasia iman kita sungguh terpusat kepadaNya ataukah masih kepada hal-hal di dunia ini.

Hari ini kita akan menambahkan dua hal lagi yaitu: Pertama, bicara tentang iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari dua saudara kembar, yaitu: apakah saudara terlebih dahulu merasakan kasih Tuhan dan kemudian baru beriman ataukah saudara terlebih dahulu merasakan kasih Tuhan dan baru kemudian beriman? Sulit membedakan kedua hal ini sehingga saya menyebutnya sebagai saudara kembar. Kalau diambil perbedaan yang paling tipis maka saya mengatakan: imanlah yang terlebih dahulu dimana di dalamnya kasih Allah dinyatakan. Jadi, iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kasih yang sejati.

Apakah yang menjadi dasar Tuhan menyelamatkan kita? Ada yang mengatakan karena kesucianNya. Hal ini memang bisa tetapi bagi saya, kasih Tuhanlah yang menjadi dasar. Itu diteguhkan di dalam Ef 1 dan Yoh 3:16: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga…" Di dalam Yoh 3:16 ada beberapa point penting yang perlu kita perhatikan: Allah sumber kasih yang terbesar telah menyatakan kasih yang terbesar yaitu agape melalui pemberian yang terbesar yaitu Anak-Nya yang tunggal, melalui cara terbesar yaitu iman, memberitakan pembebasan yang terbesar dari hukuman yang terdahsyat yaitu kebinasaan yang kekal dan memperoleh hadiah yang terbesar yaitu hidup yang kekal. Orang yang pernah mengalami cinta Tuhan seperti ini sadar siapa dia sebelum diselamatkan, yaitu orang yang binasa di dalam dosa, yang berada di bawah kuasa kerajaan angkasa, yang pikirannya dicemari oleh dosa, yang perasaannya dikuasai oleh nafsu, yang kemauannya hanya menuruti kemauan daging dan yang patut menerima murka Allah, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkan kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus..." (Ef 2:4-5). Kalau tidak ada kata "tetapi" maka kita tidak mempunyai harapan apa-apa. Kasih Tuhan ini kemudian oleh Roh Kudus dimateraikan di dalam hati kita. Waktu kita mendengar Firman Tuhan Roh Kudus bagaikan air jernih yang masuk ke dalam hati kita yang gersang, Ia menggemburkan hati kita sehingga mampu bersedia menerima firman. Jikalau Roh Kudus tidak membukakan rahasia yang besar ini di dalam hati kita, maka kita akan sulit untuk memahami kasih Allah. Hanya melalui pekerjaan Roh Kudus yang membersihkan dan melembutkan, kita dapat melihat.

Hanya karena hati kita sebelumnya telah disucikan maka ketika wahyu itu dinyatakan, mata kita menjadi terbuka dan kita percaya bahwa hanya karena anugerah kita diselamatkan. Lepas dari anugerah Tuhan, kita akan menjadi orang yang tidak tahu bahwa apa yang kita kerjakan sebenarnya sudah mendukakan hati Tuhan. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dosa begitu serius di mata Tuhan. Tetapi di Yoh 3:16 Tuhan tidak hanya menyatakan murka-Nya, Ia juga menyatakan kasih-Nya yang begitu besar. Paulus mengatakan bahwa diantara para Rasul, ia-lah yang paling berdosa. Dan kesadaran ini mengakibatkan ia bekerja lebih keras daripada semuanya, sampai akhirnya kepalanya harus dipenggal. Baginya, itulah sukacita melayani Tuhan karena ia mempunyai prinsip bahwa "Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Kalau ia mati maka itu adalah suatu keuntungan karena ia akan cepat bertemu dengan Tuhan, tetapi kalau ia hidup maka itu berarti bekerja menghasilkan buah. Iman tidak dapat dipisahkan dari kasih. Di saat firman diberitakan, di dalamnya kasih Tuhan dinyatakan.

Kalau kita sudah mengalami kasih yang dicurahkan oleh Roh Kudus kepada kita (Rm 5:5), maka iman yang kita miliki seharusnya juga menghasilkan ciri-ciri kasih yang sejati. Jadi, karena Roh Kudus meneguhkan kasih Allah di dalam diri kita maka di dalam diri kita terdapat keinginan-keinginan untuk menyenangkan hati Allah. Ketika kasih Allah dicurahkan ke dalam hati kita, ada satu kecenderungan untuk menyenangkan Allah. Oleh sebab itu, jika seorang memiliki iman yang sejati maka itu harus ada cirinya. Saya akan mengambil ciri dari kehidupan pernikahan karena ini merupakan gambaran hubungan Kristus dengan jemaat. Pernikahan seringkali menggambarkan relasi antara Tuhan, mempelai laki-laki dengan kita, mempelai wanita. Waktu kita bicara tentang pernikahan, maka kasih yang sejati mempunyai beberapa tanda:

1. Dua menjadi Satu. Sebelum kita merasakan cinta Tuhan, hidup kita adalah milik kita, pada waktu kita telah diselamatkan, maka di dalam hati kita terdapat kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan, yaitu bagaimana supaya pikiran kita dapat berpikir seperti Allah berpikir, perasaan kita kembali mencintai Tuhan, dan kemauan kita adalah untuk melakukan apa yang Tuhan mau lakukan. Inilah tanda pertama.

2. Adanya ketaatan. Yang menjadi kunci Jonathan Edward tentang kehidupan Kristen yang sejati adalah ketaatan kita kepada Tuhan. Paulus juga memerintahkan agar isteri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan (Ef 5:22). Di dalam Yoh 14:15 dikatakan: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu." Orang yang mengasihi ditandai oleh ketaatan, tetapi orang yang kelihatan taat belum tentu mengasihi.

3. Adanya pemisahan. Martin Luther mengatakan bahwa pikiran manusia bagaikan seorang pelacur. Di dalam PL, Tuhan pernah mengatakan bahwa umat Israel hidup seperti pelacur, seolah-olah tidak punya Tuan, sehingga mereka melacurkan diri dalam perjinahan rohani dengan berhala-berhala. Oleh sebab itu, salah satu tanda jika kasih Kristus ada di dalam hati kita adalah dengan rela kita berani berkata "tidak" untuk segala sesuatu yang dahulu menyenangkan kita, sehingga ada pemisahan di dalam kehidupan kita.

Itulah tiga ciri kasih yang sejati. Akan tetapi hidup kita tetap berada di dalam proses. Oleh sebab itu, Spurgeon mengatakan: "Antara dosa dan kasih bagaikan sebuah timbangan." Pada waktu kasih meningkat dosa akan menurun, pada waktu dosa meningkat kasih akan menurun. Pada waktu cinta Kristus begitu kecil di dalam hidup kita, maka kuasa dosa begitu besar menguasai kita dan sebaliknya. Tetapi Spurgeon juga mengatakan bahwa kasih Kristus tetap merupakan kuasa yang besar, yang sanggup mengubah hidup kita.

Kedua: Iman dan kasih juga tidak dapat dipisahkan dari saudara kembarnya yang ketiga yaitu sukacita. Sukacita disini bukanlah senang-senang duniawi yang bersifat sementara. Sukacita bersumber dari dalam. Di dalam PL, sukacita berasal dari Tuhan sementara di dalam PB, sukacita selalu bersumber dari Roh Kudus. 1 Tes 1:6 berbunyi: "Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus." Di dalam 1 Ptr, sukacita ini disebut sebagai sukacita yang tak terkatakan tetapi ada di dalam diri orang yang mencintai Tuhan. Semakin ia mencintai Tuhan, semakin ia beriman kepada Tuhan, semakin ada sukacita di dalam hatinya. Pada waktu seorang wanita melahirkan ia merasa amat kesakitan, tetapi setelah anak yang dikandung dilahirkan, ada suatu sukacita yang indah. Sukacita adalah anugerah yang diberikan Roh Kudus di dalam diri orang-orang yang punya iman dan kasih yang sejati kepada Tuhan. Kiranya ketiga ciri True Religion, yaitu: iman yang sejati, kasih yang sejati dan sukacita yang sejati, memenuhi hati kita. Amin.?