Ringkasan Khotbah : 12 September 1999
THE PRESENT OF GOD
Nats : Lukas 24:13-17; 25-35
Pengkhotbah : Ev. Agung Wibisana

Hari ini kita akan berbicara tentang Arti Kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Mengapa saat Yesus berjalan bersama dengan dua orang muridNya menuju ke Emaus mereka tidak mengenalNya padahal Yesus mempunyai wajah dan bentuk yang harusnya mereka kenal? Sesungguhnya apa yang menghalangi akan keberadaan Tuhan? Disini halangan pertama yang kita lihat adalah: 1). Waktu mereka mau mengenal Tuhan Yesus tidak dapat karena kesulitan besar dalam pikiran mereka untuk mengimani Yesus yang hadir adalah Yesus yang sesungguhnya. Kadangkala dalam rumah tangga Kristenpun timbul banyak kesulitan sehingga hal itu selalu melingkupi akan keberadaan iman keluarga kita. Saya mengatakan disini iman keluarga karena iman dapat berarti secara kolektif. Dalam suatu keluarga terdapat pribadi-pribadi yang hidup didalamnya dan pribadi itu mempunyai iman sehingga keluarga itu mempunyai warna iman (the family faith) yang ditentukan oleh bapak atau kaum laki-laki sebagai imam dalam rumah tangga. Kita tahu bahwa Adam dan Hawa berbuat dosa namun pertama kali Allah menuntut tanggung jawab Adam. Di dalam ordo seperti ini, kita tahu bahwa dalam keluarga ada satu warna iman yang kadangkala dapat kabur atau mengalami pasang surut karena sebagai manusia, kita masih hidup dalam kekurangan dan keberdosaan kita. Namun kita ingat bahwa Tuhan memelihara iman kita.

Kalau kita melihat arti daripada kehadiran Tuhan disini, saya berikan contoh: apabila kita membayangkan diri kita sendiri mengalami terjangkit penyakit kanker dan telah divonis akan meninggal dalam beberapa bulan kemudian, maka baru pada saat itu saudara akan sadar nilai daripada diri kita sendiri. Padahal waktu hidup sebelumnya kita tidak pernah sadar akan keberadaan diri kita yang berarti di hadapan Tuhan yang digambarkan bagai mutiara yang dicari pedagang. Anak Allah datang ke dalam dunia mencari orang berdosa bagai mutiara atau anak yang hilang, yang intinya sama yaitu sangat berharga.

2). Di ayat 25 Yesus berkata, "Hai, kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!" Bodoh dalam bahasa aslinya disini bukan dalam arti henpen (bodoh) atau sencinping (gila) tetapi adalah waktu kita mau percaya tetapi lambat untuk menerima kepercayaan kebenaran atau kita lambat untuk menerima kehadiran Kristus dalam keluarga kita. Hati yang lamban atau hati yang tidak mau cepat percaya merupakan teguran yang terus-menerus bagi setiap anak Tuhan dalam keluarga Kristen atau gereja Tuhan sepanjang jaman. Untuk mengerti arti hidup yang paling mudah adalah saat dimana kita harus siap untuk meninggal dunia atau kehilangan hidup kita? Jiwa Kristen yang harus dimiliki oleh anak Tuhan sepanjang jaman adalah hidup melayani Tuhan, bila harus matipun memuliakan Tuhan. Sehingga tidak ada yang dapat memisahkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita termasuk kematian itu sendiri. Teguran bodoh, lamban hati ini merupakan kalimat present yang berarti terus-menerus ditujukan pada setiap pribadi Kristen. Mengapa engkau tidak percaya kepada kebangkitan Tuhan? Seperti Nichi, yang sekalipun mempelajari filsafat luar biasa dan banyak mengubah dunia dengan pemikirannya, dididik dengan Firman Tuhan yang ketat namun tidak mau terima Tuhan sebagai Juru Selamat. Kalau kita tidak percaya Yesus yang bangkit dan naik ke surga maka iman kita adalah iman yang mati. Waktu Yesus bangkit maka Ia mendekati satu-persatu muridNya karena Yesus ingin mengubah iman yang salah itu menjadi iman yang benar, iman yang bangkit.

3). Arti kehadiran seseorang baru bernilai luar biasa saat orang itu tidak ada. Dalam ayat 30-31, diceritakan bahwa saat Tuhan Yesus memecah-mecahkan roti maka kedua murid itu baru sadar keberadaan Yesus. Seringkali tempat yangg membuat Tuhan Yesus dan para muridnya menjadi dekat bukanlah saat Yesus berkhotbah tetapi adalah saat mereka berkumpul di meja makan dan melakukan perjamuan kasih karena disitulah terjadi persekutuan yang erat sekali. Nilai inilah yang sangat kurang dimiliki oleh gereja pada jaman sekarang! Semakin langka spirit fellowship yang membuat seseorang merasa keberadaannya diterima, dapat saling mengasihi dan membantu kalau timbul kesulitan. Saya berdoa dihadapan Tuhan semoga semua gereja kembali pada yang benar. Manusia itu begitu paradoks. Kita bersyukur kalau Tuhan memampukan kita dapat melihat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat dapat menjadi jauh. Yang transenden menjadi imanen dan yang imanen dapat melampaui yang transenden karena iman kita diubah oleh Tuhan. Murid-murid Yesus mengerti firman Tuhan yang terus-menerus diucapkan, didengarkan dan mereka hidup bersama dengan Tuhan namun hal itu belum dapat mengubah dan mengarahkan pada iman yang benar. Hal ini disebabkan karena nilai dari kebangkitan Tuhan merupakan nilai kebangkitan yang melampaui iman yang mampu kita lihat. Iman bukanlah apa yang kita lihat, kita pikirkan, kita buktikan dan apa yang kita lakukan! Dalam Yes 55:8-9 dikatakan dimana pada saat engkau merasakan seperti yang Tuhan rasakan itulah faith (iman). Jadi iman adalah dimana kita menyerahkan seluruh perasaan, pikiran, hati dan tindakan kita kepada tindakan, perasaan, pikiran dan jalan Tuhan.

Saat iman itu diuji maka hal itu bukan untuk menjatuhkan orang tersebut namun untuk memurnikan iman tersebut dengan diproses terus-menerus hingga akhirnya iman itu haruslah seperti yang Tuhan kehendaki. Dalam doanya di taman Getsemani Yesus berkata, "Jadilah kehendakMu." Ini merupakan dasar dari iman yang benar! Kita mempunyai iman yang jauh melampaui daripada segala pemikiran orang dunia. Seorang teman misionaris saya yang berasal dari Norwegia menceritakan tentang penginjilan di India. Dimana terdapat satu keluarga dengan dua anak yang melayani di satu daerah dekat New Delhi di kalangan orang sakit kusta selama hampir 30 tahun. Pada suatu hari, orang hindu fanatik merasa bahwa perkerjaan misionaris tersebut membahayakan orang hindu karena banyak orang hindu, khususnya yang sakit menjadi Kristen. Sehingga mereka difitnah menentang orang hindu, dibawa ke pengadilan dan akhirnya papa dengan 2 anak dibakar hidup-hidup dalam satu upacara yang dinamakan penyucian agama. Sebelum dibakar, ia berkata kepada orang hindu fanatik, "Aku tidak pernah membalas engkau karena Tuhanku tidak pernah membalas tetapi ada satu hal yaitu kalau engkau memcintai orang yang kau cintai maka aku mencintai engkau sebagai musuhku dan aku mendoakan engkau supaya engkau dicintai oleh Tuhan." Istrinya memandang dan berdoa, "Sekalipun suamiku dapat dibakar tetapi firman Tuhan tidak dapat dibakar." Sepuluh tahun kemudian terjadi pergolakan dan diadakan suatu pemilihan suara dimana satu suara terakhir berasal dari kalangan orang sakit kusta. Akhirnya satu daerah ini mengirim surat kepada ketua parlemen yang isinya menyatakan bahwa mereka tidak mendukung orang hindu fanatik yang mengatakan dirinya baik namun membakar orang Kristen yang memperhatikan orang kusta dan mereka memilih demokratik. Sehingga sekarang mereka sudah terbuka terhadap injil.

Arti kehadiran hamba Tuhan, bukan hanya secara fisik namun adalah bagaimana ia berdedikasi untuk pelayanan sehingga saat telah ditinggalkan, orang merasakan betapa luar biasa pengaruhnya. Firman Tuhan yang terus-menerus ditanamkan dalam hidup kita, yang kita dengarkan dari seluruh acara baik dimimbar atau dimanapun, tanpa adanya suatu kuasa Roh Kudus yang membukakan wawasan, mencelikkan iman dan memberikan kekudusan dalam hati kita maka Firman itu sia-sia. Roh kebenaran tidak akan menyalahi akan Firman kebenaran, Roh kebenaran akan selalu taat kepada apa yang diucapkan oleh Kristus. Kalau Kristus taat kepada Allah Bapa maka Roh kudus taat pada Kristus dan semuanya itu dalam satu ketaatan yang luar biasa. Begitu semangat mereka diubahkan, dalam ayat 33 dikatakan, meskipun mereka baru makan beberapa potong roti, hati mereka langsung berubah total. Iman yang diarahkan pada yang benar menimbulkan perubahan dalam jiwa pelayanan sehingga pekerjaan yang berat menjadi ringan dan yang susah menjadi sukacita. Pada saat itulah kita mengerti sukacitanya di dalam pelayanan Tuhan. Dalam waktu kelelahan, Firman Tuhan memberikan kekuatan dan pada waktu merasakan dukacita yang luar biasa, setelah membaca Firman Tuhan maka sukacita yang mengalir seperti sungai begitu melimpah dalam kehidupan. Saya pernah mengalami hal ini di dalam suatu hubungan yang personal dengan Tuhan sehingga ada satu kepuasan yang tidak bisa dikatakan karena Firman itu menguasai hidup kita. Hendaklah iman kita mulai kita serahkan pada Tuhan sehingga dibangkitkan dan yang dulunya kita melayani dengan susah payah, kesedihan dan pengerutuan maka sekarang kita berjalan sesuai apa yang Tuhan ingin kita kerjakan. Yang terpenting adalah kita menyerahkan hidup kita pada Tuhan sehingga Tuhan ubahkan kehidupan dan iman kitapun dibangkitkan. Puji syukur pada Tuhan. Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)