Ringkasan Khotbah : 12 Desember 1999
THE CALL FOR MISSION
Nats : Kis 28:17-29
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Surat Kisah Rasul merupakan berita bagaimana para rasul dipakai pertama-ta­ma oleh Tuhan untuk memberitakan keselamatan di dalam Kristus. hal ini dimulai de­ngan kisah bagaimana Petrus berkhotbah di hari Pentakosta yang akibatnya 3000 orang ber­tobat dan percaya pada Tuhan. Sehingga itu menjadi anugerah yang begitu besar di­ma­na Kekristenan mulai menyebar masuk ke seluruh Yudea, Asia kecil, sampai di wi­la­yah jasirah Yunani, dan dalam Kis 28 kita melihat Paulus tiba di Roma untuk mem­be­ri­takan Injil di tengah bangsa Roma hingga akhirnya ia dapat menerobos filsafat dan pu­sat pemerintahan Roma. Sehingga merupakan satu hal yang unik sekali kalau kita mem­per­hatikan bagaimana Injil dan Kekristenan dapat tiba kepada bangsa-bangsa. Dan jika ki­ta membaca akhir daripada Kisah para rasul, disitu terdapat satu kesimpulan yang Paulus kutip dari kitab Yesaya: “Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan me­li­hat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat men­dengar, …”

Maka saat ini saya mengajak untuk memikirkan, mengapa pemberita injil ti­dak datang dengan keku­a­sa­an yang besar tetapi justru sebagai seorang tawanan. Ke­ti­ka itu orang-orang Yahudi di kota Roma mau mendengar apa yang Paulus ceritakan karena me­reka tidak mau mendapat salah pengertian tentang satu aliran yang begitu banyak men­dapat perlawanan. Disatu pihak Kekristenan tidak pernah ingin memusuhi siapapun te­tapi ternyata Kekristenan dimusuhi oleh begitu banyak orang. Sehingga disini timbul sa­tu pertanyaan, mengapa? Kemarin saya baru berbincang-bincang dengan seseorang yang mana sebenarnya adalah seorang komunis dan ia mengatakan bahwa waktu mulai me­renungkan dan memperhatikan Kekristenan, ia tidak menemukan satu alasanpun un­tuk menghina dan menolak ajaran Kristus, yang datang menjadi berkat, mengajarkan ajar­an yang begitu agung dan di dalam tindakannya Ia tidak pernah melakukan ke­ke­jam­an sekalipun. Ini merupakan pengakuan yang jujur tetapi waktu itu ia mulai berkata, me­ngapa ia sulit menerima Kristus. Ketika saya mulai merenungkan pertanyaan ter­se­but, saya rasa kita semua harus sadar yaitu kalau kita boleh mengaku, bertobat dan per­ca­ya, itu mutlak adalah anugerah Tuhan. Inilah yang diproklamasikan oleh para re­for­ma­tor dengan Sola Gracia.

Disini terdapat keunikan yaitu ketika Paulus datang ke Yerusalem, ia mem­ba­wa persembahan bagi orang Yahudi tetapi kemudian ia ditangkap dan akan dibunuh. Ke­mudian setelah itu mereka mencari para saksi dan melakukan persidangan, tetapi hing­ga dikirim ke Kaisarea dan Agripa, mereka tidak dapat menemukan kesalahan apa­pun. Akhirnya waktu dalam keadaan genting, Paulus menggunakan hak sebagai warga ne­gara Roma dan ia tidak mau diadili di Yerusalem tetapi minta naik banding ke kaisar yang akhirnya dikirim ke Roma. Dalam keadaan sebagai tawanan, akhirnya Paulus cu­kup bebas sehingga ia dapat menggumpulkan orang Yahudi kemudian berkhotbah dari pa­gi sampai sore kepada mereka dan saat itu juga timbul perdebatan diantara mereka yang akhirnya menghasilkan sebagian orang percaya tetapi ada yang tetap tidak percaya.

Dari sini saya ingin mengajak kita melihat dua dimensi, yaitu: 1). Dimensi Pe­nerima. Ketika Paulus tiba di Roma maka mereka harus sadar bahwa itu adalah anuge­rah dimana pada kesempatan itu mereka dimungkinkan mendapatkan anugerah lu­ar biasa, mendengar Injil dan berespon kepada Tuhan. Anugerah Allah mendahului res­pon manusia, ini merupakan prinsip pertama. Ketika saya memikirkan hal ini, saya per­caya Tuhan memanggil kita begitu unik dan berbeda sekali. Ada orang yang bertobat ka­rena setiap minggu di telepon dan diajak temannya ke gereja, karena ada orang yang de­ngan setia menyebarkan traktat atau mungkin karena setiap kali ia berangkat dan pu­lang kantor harus menunggu bis di halter di depan gereja. Sehingga cara kita bertobat ti­dak sama dengan orang lain karena kita bukan mesin atau robot yang diprogram. Itu alas­an bagi saya, dunia kita boleh maju tetapi saya sangat menentang apa yang menjadi ide Cyber Church (Gereja Internet) karena itu tidak dapat menggantikan gereja orisinil se­perti kita saat ini. Begitu kita tidak ke gereja dan tidak ada gereja seperti ini maka se­lu­ruh inti gereja yang namanya marturia, koinonia dan diakonia hilang dari tugas ke­ge­re­jaan, persekutuan dan kesaksian kita sehingga kita tidak dapat mengharapkan orang la­in bertobat. Diakonia adalah saling melayani dan kalau di cyber seperti itu maka tidak ada yang dilayani dan itu semua yang dinamakan virtual fellowship (persekutuan semu yang tidak original). Tetapi satu prinsip yang jelas bahwa kita tidak pernah bertobat sen­diri tetapi karena Tuhan berinisiatif menembus hati kita dan mempertobatkan kita. Se­berapa jauh kita menyadari anugerah Tuhan maka sedemikian jauh kita mengerti Tuhan sudah beranugerah kepada kita dan kita boleh berespon kepada Dia. Biarlah ini bo­leh menimbulkan satu kesadaran kalau Tuhan boleh memungkinkan megenalNya, ber­syukur dan biarlah kita menghargai cara unik Tuhan memanggil kita serta ini dapat men­jadi kekuatan kita untuk boleh berpijak pada kesadaran anugerah Tuhan. Bukan ka­re­na kita pandai dan hebat tetapi karena Tuhan mencintai dan mengasihi kita. so-bidi-font-weight:norm

  2). Ketika Paulus dapat sampai di kota Roma, itu merupakan satu anugerah yang unik dan dengan cara yang unik juga. Ketika mengalami hal seperti itu, ia tidak me­ngomel, marah dan ketika ia naik banding kepada kaisar, itu bukan dengan maksud me­ngadukan bangsanya dengan Romawi. Secara tampak luar, memang Paulus ke Roma se­bagai tawanan karena naik banding tetapi di dalam perjalanan itu sebenarnya Tuhan su­dah berkata kepada Paulus melalui sebuah mimpi bahwa ia harus naik banding dan men­jadi berkat bagi kota Roma. Ia pergi sebagai tawanan yang mengalami penderitaan,  ke­tika ia ke Roma, keadaannya sangat tidak menolong dimana berbulan-bulan harus di ka­pal, 14 hari kelaparan bersama dengan penumpang kapal dan hampir mati. Banyak ke­sulitan lain tetapi justru melalui kesulitan itu Tuhan memakai dia untuk mem­beri­ta­kan Injil. Kadangkala Tuhan membawa kita mengerti anugerah tetapi kita mau meng­hen­tikan anugerah di dalam diri kita. Kita harus sadar bahwa itu bukan cara yang Tuhan mau, kalau Tuhan sudah memberi anugerah, berkat dan menolong kita bertobat, ki­ta harus ingat bahwa justru itu tanggung jawab kita untuk berespon, melayani dan di­pa­kai Tuhan. Dan ketika Ia mau memakai saudara dan saya maka mari kita berpikir se­per­ti Paulus dan sadar di dalam dalam segala keadaan Tuhan dapat pakai kita. Se­ring­ka­li kita mau dipakai Tuhan asalkan caranya enak, asal kita tidak mengalami peng­ani­a­ya­an karean pemberitaan Injil yang sejati, tidak mengalami masalah, dsb. Serta ka­dang­kala kita mau mengatur cara kita melayani tetapi Tuhan mau memakai kita lebih efektif da­ri yang kita pikirkan. Mungkin kita berpikir bahwa kalau kita sehat dapat mem­be­rita­kan Injil secara lebih efektif dan berkuasa, namun seringkali justru dalam banyak aspek ka­lau kita mengalami penyakit tertentu, itu justru menjadi satu kekuatan bagi kita un­tuk mengajar, mendidik, menguatkan dan menghibur orang yang dalam penyakit yang sa­ma. Seorang yang pernah mengalami kesulitan dan penderitaan, itu saatnya ia dapat mem­beritakan injil kepada orang lain yang dalam kesulitan yang sama.

Kalau kita mengalami sesuatu dan Tuhan mau pakai kita di dalam keadaan itu, mari Tuhan pakai kita, jangan kita justru mengomel dan marah. Kita harus sadar bah­wa Tuhan dapat memakai kita dengan cara yang unik berdasarkan kehendak Dia. Ma­ri kita dipakai Tuhan dalam keadaan kita, jangan pernah menyesali, marah atau pro­tes kalau Tuhan memperkenankan kita berada dalam satu situasi tertentu, sebelum kita me­ngerti benar-benar apa yang Tuhan inginkan di dalam keadaan kita itu. Justru Tuhan ka­dangkala membiarkan kita memasuki satu daerah, situasi dan masalah tertentu demi su­paya Tuhan dapat memakai kita secara lebih efektif di dalam pekerjaan Tuhan. Saya ti­dak tahu bagaimana Tuhann akan pakai kita, tetapi biarlah hari ini kita boleh kembali di­sadarkan seperti Paulus yang dapat dipakai oleh Tuhan di dalam segala keadaannya ba­ik dalam keadaan enak maupun dalam keadaan sakit, baik dalam keadaan merdeka mau­pun dalam keadaan sebagai tawanan sehingga di dalam keadaan apapun ia siap di­pakai Tuhan dan itu menjadi kekuatan dia membritakan Injil dan melayani Tuhan. Apa yang sudah kita kerjakan di hadapan Tuhan? Saya percaya bahwa setiap kesempatan mung­kin dipakai untuk menjadi alat Tuhan memberitakan Injil dan salah satunya saya se­dang berdoa, mungkinkah Natal tahun ini juga dipakai oleh Tuhan untuk kita boleh mem­beritakan Injil.

Natal adalah satu peristiwa yang unik sehingga melalui Natal ini bialah kita bo­leh dipakai membicarakan Injil Tuhan kepada orang lain. Mungkin saat ini ada orang-orang yang selama ini sedang menanti Injil Tuhan tiba padanya dimana ia dapat ber­tobat sehingga ketika memasuki tahun yang baru ia boleh masuk dengan satu pi­kir­an, hidup, konsep dan pertobatan kelahiran baru yang Tuhan berikan kepadanya. Mau­kah kita dipakai oleh Tuhan untuk menjadi alat Tuhan memberitakan Injil? Biarlah Tuhan pakai saudara dan saya menjadi alat Tuhan yang melayani, khususnya disaat kita ma­sih mempunyai beberapa hari menjelang akhir tahun ini. Mau saudara? Amin. ?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)