Ringkasan Khotbah : 16 April 2000

THE PEOPLE OF THE KINGDOM

Nats : Efesus 5:5

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

 

Minggu lalu kita membahas bagaimana Paulus dengan tegas mengemu­ka­kan prinsip ke­­­­sucian ke­hidupan dimana problem moral merupakan problem yang tidak disukai oleh Allah. Dan di ayat 5 ini ia menggunakan struktur dan penekanan yang sangat tajam yang menjadi kli­maks dari tuntutannya. Sebab justru didalam kota seperti Efesus inilah ia merasa penting sekali un­tuk kembali me­ne­kan­kan hal tersebut. Dalam Revised Standard Version, ayat tersebut dimulai de­ngan kalimat: “Be sure of this!” “Ka­rena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang se­ra­kah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di­dalam Kerajaan Kristus dan Allah.”

Didalam kota Efesus dimana percabulan dan pembicaaan porno begitu me­­nye­­bar di­se­luruh tempat, seolah-olah orang Kristen berhak untuk di­maaf­kan karena lingkungan­nya yang ter­­lalu rusak sehingga mengakibatkan ia tidak dapat hidup suci. Namun Paulus tahu bah­wa bu­kan menjadi alasan bagi kita untuk ber­kata demikian karena prinsip kebenaran ada­lah di­mulai dari diri kita yang Tuhan tuntut karena pembaharuan. Ia menuntut hal ini dengan ke­ras ka­rena jus­­tru di­sinilah yang membedakan antara anak Tuhan dengan yang bukan. Ma­ka kalau kita mau me­­ngerti bagaimana kita kembali pada struktur kehidupan se­ba­gai umat Allah yang hi­dup di­da­lam kerajaan Kristus dan Allah maka kita harus kem­bali kepada apa yang Tuhan ingin­kan dan tun­tut didalam diri kita. Saat ini kita mulai dihadapkan kembali dengan satu per­ta­nya­an, apakah ma­sih relevan jika gereja meneriakkan ayat 5 ini dan menuntut ke­su­cian dari umat Allah? Bagai­mana gereja mempersiap­kan jemaat menghadapi situasi seperti ini? Saya ter­ka­dang ber­tanya-tanya apa yang akan terjadi dengan situasi generasi kekristenan kita? Pada sa­at seperti itu kita harus menggumulkan kembali panggilan gereja dan masalah pelik apakah yang se­dang terjadi.

Saat ini kita menghadapi kesulitan yang besar karena kerusakan moral yang terus di­ter­pakan ke tengah dunia sehingga disini kita melihat bahwa format abad pertama tidak berbeda de­ngan abad 20. Bahkan ide bisnis saat ini bukan lagi berdagang dan melakukan transaksi demi kesejahteraan manusia tetapi yang sering terjadi adalah bisnis ba­gai­­mana kita menghancurkan orang lain. Kita hidup ditengah dunia bisnis dimana kita diajar dan di­­indoktrinasi dengan pela­tih­an-pelatihan bisnis yang bersifat sangat materialistis dan non etik yang mengakibatkan moralitas menjadi rusak. Sehingga perlahan tapi pasti otak dan prinsip pa­ra­digma kita dilem­but­kan sehing­ga kita tidak mempunyai kekuatan untuk melawan dan mempunyai stan­dar etika yang kokoh di te­ngah dunia. Jikalau hal tersebut juga masuk ditengah kekristenan ma­ka bukankah mereka akan kehilangan moralitas? Demikian juga yang terjadi dengan orang yang berada di jaman Efesus, me­reka berbicara dan ber­interaksi dalam situasi yang begitu dekat sehingga pengaruh buruk ter­se­but me­nim­bulkan efek yang besar terhadap kekristenan saat itu. Namun justru di­situ Paulus me­nuntut kita untuk hidup benar dan di tengah situasi yang semakin rusak, teriakan iman Kristen ha­rus semakin tegas dan lantang. Yakinlah akan hal ini, bah­wa jikalau kita berbuat se­perti demi­ki­an maka tidak ada tempat bagi kita dalam ke­ra­jaan Sorga! Apa­kah sasaran hidup kita hanya gu­na menjalani hidup dimana dari kecil mengidamkan yang lebih besar, selanjutnya ke­tika besar meng­idamkan yang lebih besar lagi, demikian terus-menerus dan ak­hirnya tidak ada yang kita da­pat­kan? Betapa malangnya kalau hidup manusia hanya sede­mi­kian saja? Saya rasa se­­bagian be­sar orang tahu bahwa jikalau mereka hidup didalam kerusakan moral dan etika maka sua­tu saat mereka akan hancur dan celaka, namun hal tersebut tetap saja mereka lakukan.

Disinilah perlunya kita meneriakkan hal ini dengan keras bahwa ‘ingatlah ini baik-ba­ik, se­­­mua orang sundal, cemar dan serakah tidak mendapat tempat da­lam kerajaan Allah’ karena me­­­­reka di­iden­tifi­ka­sikan sebagai penyembah berhala. Se­lanjutnya terdapat dua hal yang perlu kita ketahui, yang menjadikan kita salah dalam mengerti dan bersikap terhadap dosa: 1). Sering­kali kita ter­lalu bersikap persuasif (men­jadi orang yang tidak mempunyai daya juang untuk me­la­wan dan akhirnya kita lebih ba­nyak mengambil sikap setuju atau tidak mam­pu lagi mem­be­­ri­kan tang­­gapan). Ketika ma­­nu­sia jatuh dalam dosa, mereka terlibat didalam sa­tu je­bak­an dosa yang se­­­­makin hari semakin me­libat keras dan akhirnya membuat mereka lambat tapi pasti semakin ter­ikat, dan ketika me­­­reka sadar bahwa mereka sedang menuju kehancuran, tidak ada kuasa apa­pun yang mampu mengeluarkan­nya. Dan seringkali ketika kita men­­coba mengerti keadaan orang lain yang berada di­dalam keadaan seperti itu, kita akhirnya menjadi begitu persuasif terhadap do­sa. Jikalau orang dunia tidak me­miliki jalan ke­­luar sehingga hi­dup didalam ke­­putus­asaan, itu da­pat kita mengerti karena justru di­situ­lah kita perlu membawa be­rita injil ke­pa­da mereka sehingga mereka boleh menjadi anak Allah yang memiliki kuasa untuk tidak berbuat dosa.

2). Ketika manusia merasa dirinya pintar maka saat itu ia sedang jatuh dalam satu ke­bo­­dohan yang luar biasa. Kecepatan dunia tidak mampu terantisipatif oleh orang Kristen ka­rena ke­benaran kekristenan terlambat masuk. Hal ini meng­aki­bat­kan orang dunia (dosa) lebih ce­pat masuk meng­hancurkan orang Kristen, dunia, sistem dan merusak seluruhnya sehingga akhir­nya kita men­jadi orang-orang yang hidupnya rusak karena terlalu cepat dibuat matang sebelum wak­­tunya dan akibatnya justru menjadi busuk. Seperti halnya ketika dahulu kita menanam padi, kita baru akan akan me­nuai hasilnya dalam waktu sekitar 6 bulan namun sekarang kita mampu men­dapat­kan hasilnya dalam tiga bulan atau bahkan mungkin nanti dalam waktu satu minggu, tetapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa busuk­nya juga akan semakin cepat. Sekarang semua ditekan secara waktu padahal banyak orang yang membutuhkan pro­ses yang cukup un­tuk me­ma­tang­kan diri. Manusia du­nia modern terlalu cepat diberi infor­masi yang tidak be­res dan di­bujuk dengan banyak hal sehingga akhirnya lebih cepat rusak dan meng­han­curkan na­tur me­re­ka sen­diri karena mereka sedang terlibat dalam pencemaran do­sa yang luar biasa. Di­sini kita melihat be­­gitu laten­nya dosa mencoba mengerogoti manusia. Orang tua yang tidak terlalu ba­nyak mem­per­hatikan anaknya yang berusia balita, bahkan ada di­antara mereka yang menye­rah­kan­nya ke­pada baby sister maka ketika anak ter­sebut sudah menginjak remaja konsep berpikir me­reka akan rusak dan tidak ter­kon­trol lagi, dan saat itu mereka baru terkejut. Oleh sebab itu, justru di­tengah du­nia yang se­ma­kin me­­nge­rikan, Tuhan meneriakkan kesucian, moralitas harus di­­­te­gak­kan dan etika ha­rus diper­tim­bang­­kan sehingga kita kembali kepada apa yang Tuhan tuntut ka­re­na itu adalah misi kera­ja­an Allah. Justru disaat dunia tidak mem­punyai harapan, disaat itu ke­kris­ten­an harus menerobosnya. Sehingga kita tidak ber­sikap persuasif atau sekedar mengerti tetapi kita ha­­rus mene­ro­bos keluar, kare­na kepada kita Tuhan memberikan ke­mung­kinan potensi ter­ha­dap hal se­­perti itu.

Disaat kita akan me­ra­yakan Paskah, mari kita merenungkan ming­gu seng­sara Tuhan kembali. Moralitas manusia yang rusak tidak sedemikian mudah di­sele­sai­kan, sekali­pun kita di­ajar ataupun dihukum. Jawabannya hanya satu yaitu ber­to­bat! Ketika Kristus datang di dunia, ka­li­­mat pertama yang Ia teriakkan di­depan umum seketika Ia menggantikan Yohanes Pembaptis yang sudah di­tang­kap adalah “Ber­tobat­lah, sebab kerajaan Allah sudah dekat.” Kembali kepada ke­rajaan Allah ber­­arti kita ber­to­bat dari cara hidup dan moralitas yang rusak. Itu merupakan satu-satu­nya jalan keluar bagi dosa manusia. Ia rela dicambuk dan diremukkan demi dosa saudara dan saya. Tuhan tidak meng­ingin­kan supaya kita hanya ber­angan-angan hidup suci, tetapi kita dituntut untuk sungguh-sungguh bertobat, berhenti dari se­lu­ruh pola hidup kita yang lama. Kita tidak akan mampu keluar jikalau meng­andalkan ke­kuat­an kita sendiri untuk menye­lesaikannya tetapi jikalau kita mau kem­bali dan membiarkan darah Kristus menerobos, me­nyen­tuh serta mem­bersih­kan dosa kita maka kita akan dikeluarkan dari lumpur dosa.

Da­­lam Yes 53 dikatakan, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang pe­nuh keseng­sa­raan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, se­hing­ga orang menutup mukanya ter­­hadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitung­an. Te­tapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan keseng­saraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan di­tin­das Allah. Te­tapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia di­re­muk­­kan oleh ka­re­na ke­jahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita di­tim­pa­kan ke­pa­danya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Kristus mati bagi sau­­dara dan saya su­paya kita boleh di­pertobatkan kembali. Itulah jalan keluar satu-sa­tunya! Ki­ta tidak akan dapat be­res kalau kita ber­pikir dengan cara kita, yang ada hanyalah ke­hancuran, keke­ce­wa­an dan ke­putusasaan sama se­perti orang dunia. Ber­juta-juta orang dunia sekarang sadar bahwa me­reka se­dang hidup dalam dosa dan sedang me­rusak diri didalam dosa. Banyak orang yang su­dah ter­kena psiko­tro­pi­ka (es­ta­sy) dan mereka terkena zat-zat aditif yang me­rusak jaringan syaraf da­lam otak me­re­ka. Mereka begitu seng­sara dan banyak diantara mereka yang sadar bah­wa mereka su­­­dah rusak. Akhirnya mereka hanya mampu menyesali namun ti­dak me­miliki ke­kuat­an untuk ke­luar, bahkan me­reka berulang kali jatuh kem­bali da­­lam dosa mere­ka. Hanya Kristuslah yang sang­­­gup menebus dosa mereka. Sebab Ia te­lah menga­ta­kan bahwa barangsiapa yang per­ca­ya ke­­­padaNya akan menerima kua­sa untuk men­jadi anak-anak Allah. Karena darah Kristus telah mem­­basuh dan me­nyem­buhkan dosanya serta membawa ia ke­luar dengan potensi baru untuk hi­dup suci di­hadapan Tuhan. Allah bukan sekedar mem­beri peringatan bahwa barang­siapa ber­bu­at se­­perti itu maka mereka ti­dak mendapat bagian dalam ke­ra­ja­an Allah te­ta­pi se­kaligus Ia mem­be­ri­­kan satu konsep bahwa kalau kita ber­tobat maka kita akan di­­mam­pukan menjadi warga ke­raja­an Allah. Sung­guhkah kita berjuang ingin dipakai Tuhan, berubah, keluar dari­ terkaman dosa dan mau hidup suci di­ha­dap­an Tuhan?

Tidak ada kebahagian sejati kecuali saudara kembali pada etika Tuhan, keluar dari sta­­tus penyembah berhala dan segala macam kehancuran dunia. Sebab untuk itulah se­lu­ruh pe­ne­busan Kristus dikerjakan. Jikalau selama ini hidup kita begitu jauh dari Tuhan, biar­lah kita bo­leh kem­bali padaNya saat ini dan bertekad hidup seturut kehendak Tuhan. Mau saudara? Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)