Ringkasan Khotbah : 11 Juni 2000

TO KNOW HIM & TO BE LIKE HIM

Nats : Filipi 3:7-11

Pengkhotbah : Ev. Solomon Yo

 

Disini kita melihat bahwa di dalam kehidupan rasul Paulus ada sesuatu yang paling uta­­ma, yang menentukan dan paling penting yang menjadikan ia harus membuat satu per­tim­bang­­­an penilaian, keputusan dan bahkan mungkin ada yang harus ia korbankan atau ‘sing­kir­kan,’ ka­­rena dianggap sebagai sesuatu yang merugikan. Pengertian ‘sampah’ disini bukan sekedar se­ba­­­gai sa­tu benda yang dianggap tidak ada gunanya melainkan suatu benda yang sudah mem­bu­suk dan sangat menjijikkan. Menurut Flp 3:5-6 hal-hal tersebut se­be­nar­nya bukanlah suatu dosa. Di­sini kita ti­dak menghadapi pergumulan dosa yang harus di­tang­gal­kan melainkan sa­tu per­gu­mul­­an untuk melihat yang paling utama dan menyingkirkan yang mung­kin dapat menjadi peng­­hambat bagi yang utama. Itulah yang dikatakan oleh Stephen  Covey dengan: “First things first.”

Dalam kehidupan seseorang, seringkali terdapat banyak hal baik yang akhirnya da­pat menjadi penghambat bagi kesuksesannya. Bahkan ada orang yang mempunyai banyak ba­kat tetapi tidak satupun yang sukses. Sehingga seorang manusia harus membuat satu tujuan yang paling utama yang harus ia kejar (misi yang harus digenapi) untuk menjadikan ia benar-be­nar sukses. Stephen Covey mengingatkan kita bahwa ketika seseorang memprioritaskan yang uta­ma maka akan sangat mungkin hal-hal yang lain akan turut sukses. Kita melihat bahwa yang uta­ma bagi rasul Paulus adalah megenal Yesus Kristus, sebab baginya itu merupakan sesuatu yang be­­gitu indah, mulia dan luar biasa yang menyebabkan semua hal yang baik, yang se­perti­nya bagi orang lain adalah keuntungan, ia anggap sebagai hal-hal yang menghambat. Ada kala­nya ketika sua­tu hal bagi orang lain dilihat sepertinya baik namun justru dimata Tuhan itu merupa­kan satu hal yang kecil, yang sebentar akan sirna dan tidak berarti. Jikalau kita mempunyai tujuan yang pa­s­­ti ke suatu tempat untuk mendapatkan 35 milyar maka kita tidak akan berhenti hanya untuk me­ng­ambil uang 10 juta yang ada di jalan. Panggilan itu sangat penting bagi rasul Paulus karena di dalam mengenal Yesus Kristus, disitulah ada keselamatan dan berkat berkelimpahan yang se­ring­­kali tidak kita pahami.

Tidak ada orang yang lahir tanpa mendapatkan pengaruh, baik dari budaya orang tua, mas­yarakat maupun lingkungan sekitar. Namun dari semuanya itu, apakah Yesus Kristus mem­be­ri­kan pengaruh yang terpenting bagi kita? Apapun yang kita miliki dan bagaimanapun kehidup­an ki­ta, mungkin orang lain dapat mengatakan kita hebat, enak, lancar dan nyaman namun jika tan­­pa Kristus kita adalah orang yang gagal sebagai manusia. Pentingnya mengenal Yesus: 1). Me­lalui Yesus Kristus saja kita dapat menge­nal Allah sebab Ia-lah gambar wujud Allah yang me­lalui­Nya kita mengenal Allah yang sebenar­nya. Calvin mengatakan bahwa dengan mengenal Allah kita da­pat mengenal diri, dan kedua hal ini ter­kait erat. Dengan mengenal Kristus kita akan me­miliki keseimbangan anta­ra ke­ren­­dah­an kehormatan (dignity) kita, sehingga kita tidak menjadi min­­­der tetapi juga tidak som­bong dan hancur. Di dalam Kristus kita mengenal Allah dan me­nge­nal diri kita secara tepat. Da­lam Mat 11:27 Yesus mengatakan, “… dan tidak seorangpun me­nge­nal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” Berarti di­si­­ni me­nutup adanya pe­nge­nalan Allah yang sejati di luar Kristus. Banyak konsep atau pemikiran me­­ngenai Allah dan manusia seringkali men­cip­ta­kan kon­sep Allah yang cocok bagi dirinya, tetapi itu adalah aga­ma penipuan diri. Tetapi walau demikian, ia dapat menangis untuk allah yang ia sem­bah itu. Di­situlah bahayanya satu agama yang palsu!

2). Yesus Kristus juga adalah mediator antara Allah dan manusia. Manusia telah jatuh da­lam dosa sehingga tidak mampu lagi mencari kebenaran yang sejati. Sehingga diperlukan kua­sa Allah Tritunggal untuk mengembalikan manusia kepada Tuhan. Ia-lah satu-satunya me­dia­tor yang sanggup untuk membawa kita kembali kepada Tuhan karena Kristus demikian sem­pur­na. Ba­­nyak orang tahu apa itu baik tetapi tidak mam­pu untuk melakukannya karena telah terjerat da­­lam dosa. Tuhan da­pat saja membawa kita semua masuk sorga namun manusia tetap lebih me­­mi­­lih neraka yang penuh dengan kesenangan duniawi jikalau hatinya belum diubah, di­sen­­tuh dan di­­jadikan manusia baru yang mencintai kebenaran. Kembali pada Kristus dimana kita se­­bagai ca­rang­nya dan Ia adalah pokoknya maka kita akan mengalami hidup baru, mendapatkan ja­­minan Roh Kudus (arrabōn) untuk masuk sorga, dan disitu kita akan mengalami kuasa ke­bang­kit­­­an, hi­dup berkemenangan melawan segala kuasa dosa. Tanpa mengenal Yesus dengan benar ma­­­ka kita tidak pernah kembali pada Allah yang sebenarnya dan kita gagal menjadi manusia. Yesus bu­kan hanya membawa kita mengenal Allah, menebus kita dari dosa tetapi keselamatan ada­­­­lah sua­tu paket rencana Allah yang begitu sempurna, yang direncanakan dari kekal hingga ke­­­kal. Har­­ga diri kita lebih dari seluruh dunia ini sehingga yang Ia lakukan untuk menebus kita bu­kan de­ngan korban binatang melainkan dengan diriNya sendiri.

3). “…, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya, dalam kemuliaan yang se­makin besar,” (2 Kor 3:18). Tujuan menjadi orang Kristen bukanlah berakhir dengan hanya me­ne­­ri­ma Kristus dan lahir baru, itu hanya merupakan awal dimana orang dapat bertumbuh menjadi ma­­­nusia dewasa yang begitu indah, berguna dan mulia. Orang dunia tidak akan mengerti dan me­ng­­anggap kita bodoh, tetapi orang Kristen yang telah dilahirkan kembali adalah seperti orang yang menemukan intan berlian dalam sebidang tanah sehingga ia menjual seluruh harta miliknya un­­­tuk membeli tanah yang mungkin bagi orang lain tidak ada artinya. Kita tidak dapat melihat ke­mu­­liaan itu sehingga seringkali ketika kita ditawari sedikit jabatan atau fasilitas maka kita rela men­­jual iman kita. Tanpa mengenal kemuliaan Kristus maka kita akan mudah sekali di­go­yah­kan dan diombang-ambingkan.

Siapakah yang paling mempengaruhi saudara? Adakah tokoh yang le­bih penting daripada Yesus Kristus? Napoleon mengatakan, “Se­gala se­suatu dalam diri Kristus membuat saya tercengang, rohNya membuat saya takjub dan ke­hendak­Nya membingungkan saya. Adalah tidak mungkin membandingkannya dengan siapapun di dunia ini sebab Ia benar-benar The Only One. Dengan sia-sia saya mencari dalam sejarah untuk me­ne­mu­kan kesamaan dengan Yesus Kristus atau apa saja yang dapat mendekati Injil. Tidak ada se­ja­rah, kemanusiaan atau jaman yang memberi suatu untuk membandingkan atau menjelaskan Injil.

Seringkali orang dikatakan telah mengenal Tuhan tetapi tidak terlihat adanya titik pe­ru­bah­an, itu semua dikarenakan: 1). Seringkali orang Kristen mempunyai pengalaman seperti Pino­kio pergi menonton sirkus. Sua­­tu hari Pinokio ingin nonton sirkus sehingga ia minta uang kepada ba­pak Gapetto. Ketika di per­jalanan ia bertemu dengan dua binatang yang mengerjain dan meng­ambil uangnya. Kemudian ia pulang ke rumah dan merasa sudah menonton sirkus. Pinokio tidak per­nah me­li­hat bagaimana orang berjalan di seutas tali dan berjumpalitan dengan segala per­main­an binatangnya. Kita dapat mempunyai pengetahuan mengenai Kristus seperti itu, artinya kita mempunyai pengalaman yang tidak riil, tidak utuh dan tidak sempurna yang boleh disim­pul­kan salah. Lalu kita tangkap hal itu dan kita anggap itulah Kristus. Jikalau orang memahami Kristus dengan satu konsep yang salah seperti itu maka ia tidak akan melihat beda Kristus de­ngan orang lain, sebab ia tidak memahami keindahan Kristus sendiri. Dan mungkin banyak orang Kris­ten tidak mempunyai pengenalan yang benar sehingga pengenalannya kepada Kristus hanya se­­ba­tas pegalaman Pinokio nonton sirkus.

Mari kita mengevaluasi diri kita masing-masing. Bagi rasul Paulus ujian mengenal Yesus adalah adanya kuasa transformasi di dalam hidup orang yang mengenalnya. Apakah kita be­nar-benar mengenal, bergaul, dan hidup bersama, dan kekuatan pengaruhNya mempengaruhi sau­dara? Napoleon mengatakan satu perkataan yang tidak dapat saya lupakan: Yesus Kristus me­­rupakan penakluk dunia, bukan dengan mengunakan senjata tajam melainkan dengan kasih dan memberikan hidup yang sepenuhnya. Kita tidak akan pernah mengerti kuasa Allah yang mem­­­berikan kekuatan pada kita untuk mengampuni sampai ketika kita mengalami disakiti, di­khia­nati sehingga kita menjadi dendam dan marah, dan ketika itu kuasa kasih Kristus memam­pu­kan kita mengampuni. Itu sebabnya kadangkala Tuhan memimpin kita dalam pengalaman yang su­lit su­paya kita dapat memikirkan dengan sungguh-sungguh, seperti yang dikatakan pemazmur da­lam Maz 73:25-26. Apakah kita adalah orang yang mengenal Yesus, mengalami kuasa trans­for­masi, sifat-sifat Yesus yang mempengaruhi terus-menerus dan kasihnya yang me­ne­guh­kan kita? Ke­tika kita sakit, harta kita habis, maka sejauh mana kita kenal Yesus? Apakah kita ma­sih per­ca­ya kasih Yesus?

Saya hampir tidak pernah mengalami hidup kekurangan sekalipun bukan dari ka­lang­an kaya, tetapi dahulu saya masih sulit mengerti bahwa ada orang yang keberatan untuk iuran se­­­ribu rupiah. Hingga suatu saat ketika saya sudah tidak ingin lagi mendapat beasiswa dan kon­di­si tabungan saya sudah mulai menipis, disitu baru saya dapat mengerti betapa susahnya orang yang berkekurangan. Namun saya tidak menjadi takut sebab Tuhan selalu memelihara saya se­hing­ga saya tidak kekurangan. Penting bagi saya sebagai hamba Tuhan untuk mengalami apa arti­­nya kekurangan karena saya harus sadar bahwa tidak semua jemaat kaya, mungkin dari me­re­­ka ada yang miskin, susah dan bahkan lebih susah dari saya. Jika saya hanya tahu yang enak-enak saja maka saya akan menjadi hamba Tuhan sialan, yang menghibur orang tanpa per­nah mengerti apa artinya penderitaan. Semua berkat yang saya terima tidak dapat saya anggap me­mang harus begitu (take it for guaranted) sehingga akhirnya hidup saya tidak menjadi satu te­la­dan. Kita harus me­­ngenal Yesus dengan sungguh-sungguh sehingga ada suatu kuasa trans­for­masi di dalam diri kita.

2). Seringkali kita mendengarkan khotbah dengan sikap seorang yang mencari hiburan memperlakukan khotbah sebagai entertainment. Kita sering mengkritik gereja-gereja yang khotbahnya penuh dengan lelucon tetapi mengidap penyakit yang sama. Orang yang mempunyai ke­cen­derungan intelektual dan mencari ke­benaran akan menjadi satu penghiburan kalau ia men­dapat­kan doktrin dan teologia yang be­nar, namun itu hanya untuk menyenangkan pemikirannya. Se­hingga tidak ada kuasa transformasi dalam dirinya. Semangat mendengarkan khotbah yang harus ada dalam diri kita sebenarnya adalah semangat pemuridan, taat pada kedaulatan Kristus yang membentuk kita, se­hingga kita mau taat, takluk dan diubahkan, bukannya semangat pe­non­ton yang ingin dihibur. Itu sebabnya mendengar khotbah sama sulitnya dengan pendeta yang ber­khotbah dengan sekuat tenaga, sebab sau­dara juga harus bergumul dalam mendengarkan. Bah­kan jikalau hamba Tuhan yang khotbah­nya tidak menarik, kita seharusnya sadar bahwa kita se­dang mendengar firman Tuhan yang mengajar dan sanggup mengubah kita.

3). Kita perlu mendengar firman Tuhan dengan satu sikap mau mengintegrasikan di da­lam diri kita. Berbahaya sekali jika orang yang mendengarkan firman tetapi setelah tahu ia ha­nya menumpuk pengetahuan, namun pribadi serta karakter rohaninya tidak diubahkan. Semakin la­ma kita mendengar khotbah mengenai masalah yang sama dan tidak diubah maka kita akan se­makin sulit diubah. Itu sebabnya kita perlu dengan kerendahan hati mengevaluasi diri dan me­nye­rah­kan diri kita pada Tuhan. Biarlah pada hari ini kita belajar bahwa kita mau memandang ke­mu­lia­an Kristus, melihat dan mengenal Dia serta belajar firman Tuhan dengan baik. Jikalau kita me­re­nungkan pelayanan, kasih, kerelaanNya menjadi miskin, pribadiNya serta kerendahan hati Yesus, maka saya yakin kuasa rohani kita akan diubah menjadi semakin mirip denganNya. Tuhan mem­berkati kita semua. Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)