Ringkasan Khotbah : 09 Juli 2000

BANGUNLAH DAN BANGKITLAH!

Nats : Efesus 5:13-14

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

 

Saat ini kita kembali mengingat Efesus 5 dimana Paulus mulai menekankan apli­kasi anak-anak Tuhan, bagaimana seorang Kristen hidup bukan sekedar berteori Kristen te­tapi ia menuntut kita hidup menjadi anak-anak terang. Waktu Paulus menekankan hal ini dalam ps. 5 ma­ka kita lihat bahwa ia berulangkali meggunakan bentuk imperatif/ tekanan perintah yang keras dimana orang Kristen harus mengaplikasikan imannya. Dan itu berarti menjadi anak te­rang yang hidup konkrit ditengah dunia. Sehingga kita bukan sebagai orang Kristen yang hanya belajar dalam ge­re­ja dan mendengar firman yang baik namun ketika keluar sa­ma sekali tidak mempraktekkan iman Kristen. Tetapi orang Kristen yang re­la dirinya di­pro­ses, dibentuk dan diajar oleh kebenaran Firman. Itu alasan maka Paulus me­nga­takan bah­wa kamu sudah keluar dari kegelapan dan su­dah menjadi anak-anak te­rang karena itu eng­kau harus menelanjangi perbuatan-perbuatan gelap se­hingga itu boleh men­jadi nampak dan se­mua yang nampak adalah terang. Ini menjadi cita-cita Paulus yang meng­inginkan setiap anak-anak Tuhan dipakai Tuhan ditengah jaman untuk boleh me­­nya­dar­kan orang, melihat te­rang dan menjadikan diri terang yang bercahaya keluar. Dengan de­­mikian ketika kita bo­leh memancarkan terang ke tengah dunia, dunia boleh melihat se­cer­cah te­rang yang  dapat me­­man­car ke semua arah dan seluas mungkin bidang yang dapat diterangi.

Paulus menutup bagian ini untuk masuk kedalam bagian jembatan selanjutnya yaitu di da­­lam ay. 15 dengan mengatakan, “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana ka­mu hi­dup, …” sebelum antara jembatan bagimana ia menekankan menjadi anak terang dan karena itu tuntutan aplikasinya maka ditengahnya ia mengutip sebuah lagu, yang da­lam beberapa pe­naf­sir­an (termasuk NIV study bible) itu dikutip dari berbagai ayat di da­lam PB dan PL dengan pesan yang jelas: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah da­ri antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” Kalimat ini menyadarkan ki­ta akan satu panggilan yang serius untuk ba­ngun! Apa yang dimaksud dengan kata bangun disini dan apa seharusnya yang diinginkan di da­lam kebangunan tersebut? Ketika saya mencoba melihat dan kita mencoba merefleksi kehi­dup­an kekristenan kita ma­ka kita akan menyadari bahwa saat ini kekristenan sedang menghadapi kon­disi ignorance (kondisi ketidakmengertian/ kebebalan). Banyak orang Kristen yang sedikit ba­nyak mulai menyadari bahwa ketika ia menjadi orang Kristen sebenarya ia menjadi orang Kris­ten yang tertidur/ acuh/ tidak bereaksi apapun di dalam imannya. Walaupun ia belajar dan ta­hu ba­nyak tetapi tidak berbuat apa-apa. Dan seperti orang yang tertidur maka apapun yang ter­jadi di se­kelilingnya tidak mau tahu. Orang Kristen seringkali menjadi orang yang sudah ti­dak tanggap la­gi terhadap kondisi dunia karena sudah terjebak dalam kondisi tertidur dalam iman.

Saat ini kita sebagai orang Kristen berada ditengah masyarakat yang terus mence­ke­ram de­ngan semangat kegelapannya sehingga membuat kesadaran atau kepekaan kita secara perlahan mu­lai tumpul, keinginan kita untuk mengerti se­suatu semakin hilang dan pada saat itu dunia kita se­dang meng­in­dok­tri­nasi supaya kita menjadi orang yang tidak perduli terhadap segala se­suatu di­tengah jaman kita. Kalimat-kalimat yang seringkali secara tidak sadar membuat kita tidak mem­per­dulikan sekeliling, setiap hari dapat kita temui dan diberikan penekanan terus-menerus, dan itu­lah yang menjadi trend jaman dimana orang diterpa dengan semangat pragmatisme. Disini ter­da­pat beberapa mo­tif mengapa hal seperti itu terjadi: a) Mereka pikir itu merupakan cara yang pa­ling aman yang dapat ia lakukan selama ia tidak dirugikan; b) Untuk memikirkan per­soal­an hidup me­reka sendiri saja sudah cukup berat dan susah; c) Mungkin kita tidak dapat percaya terhadap apa­pun yang dikatakan orang lain. Jiwa dunia modern seperti ini membuat setiap kita menjadi in­di­vidu-individu yang terlepas dan tidak lagi te­re­lasi, dan itu yang menjadikan setiap individu men­ja­di begitu mudah dihancurkan, dipengaruhi dan dirusak oleh situasi dunia yang jahat. Bah­kan kita lihat bahwa hal seperti ini telah mempengaruhi ke­kris­tenan sehingga orang Kristen tidak la­gi pe­ka terhadap hal seperti itu dan hanya sibuk de­ngan urusan mereka sendiri.

Satu hal yang perlu kita sadari ketika kita melihat kalimat yang diungkapkan oleh Paulus ada­lah apa yang sedang kita hadapi di tengah dunia kita. Ketika saya pergi ke Eropa (Berlin), saya melihat dua trend be­­sar yang sedang menerpa dunia secara bersama-sama. Yang pertama ada­lah dimana gejala Post modern, suatu semangat anti konstruksi yang begitu luar biasa me­lan­da dunia sehingga hidup mereka seperti dipecah-pecah menjadi kepingan-kepingan yang sulit di­me­ngerti lagi maknanya sehingga akhirnya mereka sembarangan mem­­berikan nilai, subyek, dan se­gala macam atribut kepada apapun yang mereka temui. Se­ba­­gai misal mereka menyemir ram­but mereka sesuka hati, badannya dipenuhi de­­ngan tattoo, dsb. Bahkan sekarang di Berlin sudah di­bangun satu gedung yang sangat bersifat dekonstruksi yaitu gedung Jewish Mu­se­­um yang baru akan diresmikan pada tahun mendatang, namun saat ini para wisatawan su­dah diperboleh masuk dan melihat walaupun harus ada guide khususnya. Gedung dekonstruksi yang dirancang oleh Daniel Libeskind tersebut telah menjadi juara satu diantara gedung dekonstruksi di seluruh dunia. Di­sini dampak yang ingin diberikan oleh bangunan tersebut bukan sekedar mem­ba­wa kita pada satu image rasional tetapi ia sudah berhasil ‘mempengaruhi emosi’ kita, dan itulah yang di­na­ma­kan dengan dekonstruksi.

Dilain pihak kita dibawa oleh dunia kita kedalam suasana mistik yang luar biasa. Satu ka­li­mat yang menarik yang dibicarakan oleh anak-anak muda Jerman saat itu adalah: “Sungguh aneh, jikalau kita berbicara tentang Allah kepada orang-orang Jerman maka mereka mener­tawa­kan dan tidak terlalu peduli, namun ketika kita berbicara tentang yoga dan tenaga dalam maka An­­da begitu tergila-gila dan terkagum-kagum.” Apa yang sesungguhnya sedang mempengaruhi ja­­­man kita sekarang adalah bahwa saat ini kita se­dang dibawa kedalam satu kondisi mistik mo­dern yang bukan mau kembali pada Tuhan me­lainkan untuk memiliki satu kuasa mistik dengan per­­­mainan supranatural. Demikian juga dengan barang-barang yang banyak disukai oleh banyak orang misalnya parfum, mereka sengaja menyodorkan bau-bauan yang ber­si­fat/ mengandung bau yang secara khas membawa kita kepada suasana mistik. Dan itu di­ang­gap sebagai bau yang se­­­dang trend sekarang dan sangat menarik bagi mereka. Disini perlu adanya kepekaan kita me­li­hat situasi jaman, satu kondisi yang sedang terjadi di­se­keliling, yang mewarnai dunia kita. Tanpa sa­­dar dunia kita sedang dibawa kedalam satu dunia mis­tik dan di lain pihak kedalam dunia de­kon­s­truksi. Dan ditengah tekanan seperti ini jus­tru orang Kristen tertidur sehingga tidak tahu dan bah­­kan masa bodoh dengan apa yang sedang ter­jadi di sekelilingnya. Bahkan tahun lalu di ne­ga­ra Belanda sudah menyetujui adanya homo sek­sual dan demikian pula tahun ini ada satu negara ba­gian di Jerman (negara bagian Berlin) yang sudah menye­tu­jui­nya. Sehingga jikalau negara su­dah mengakui hak asasi homo seksual maka ketika me­reka minta untuk diberkati oleh gereja se­ba­gai pasangan homo seksual dan gereja me­nolak­nya, gereja akan berurusan dengan negara ka­­rena dianggap melawan hak asasi manusia, dan persoalan tersebut akan berpengaruh dimana-ma­­na. Dengan demikian gereja dapat dikalahkan dan me­ngalami tuntutan yang luar biasa. Pada sa­­at seperti ini kita melihat bahwa gereja masih ter­ti­dur/ terbuai dan tidak tahu lagi apa yang ha­rus ia teriakkan. Gereja sibuk dengan urusan mereka dan tidak perduli dengan urusan di luar.

Kekristenan tidak seharusnya menjadi pem­­beron­tak yang berteriak-teriak supaya sejarah du­­­nia berbalik arah karena se­jarah du­­nia tetap akan berjalan terus dan dunia kita semakin hari me­­­nuju kehancuran. Yang Tuhan minta supaya kita dapat menelaah beberapa aspek ten­tang apa yang di­­­maksudkan dengan kekristenan yang dibangunkan: 1. Orang Kristen harus memiliki satu ke­­sa­dar­an atau perubahan sikap. Ketika Tuhan mengatakan, “Karena itu, perhatikanlah dengan sek­­sama bagaimana kamu hi­dup,” berarti kesadaran itu harus muncul dari setiap anak Tuhan. Satu perubahan sikap dari ke­hidupan yang bebal atau tidak peduli men­ja­di seseorang yang mam­pu secara tajam melihat apa yang sedang terjadi disekelilingnya. Sehingga disini Tuhan minta diri kita sendiri yang le­bih dulu sadar, peka memperhatikan dan mulai belajar untuk menanggapi se­ga­la sesuatu dengan te­liti. Orang dunia tidak akan mampu untuk menanggapi karena tidak me­miliki kekuatan dan cara pikir dunia yang berdiri diatas satu basis epistemologi yang tidak sah ka­re­na semua di­pikir dari diri sendiri. Tetapi sebagai anak Tuhan, kita akan mampu bertindak ka­re­na Tuhan memberi kekuatan untuk melakukannya dan kita memiliki terang yang berasal dari sum­ber terang. Sehingga pada prinsipnya cahaya itu bukan berasal dari diri kita sendiri me­lain­kan Kristuslah yang bercahaya atas kita. Dan kita sanggup me­nger­ti segala sesuatu dari sumber yang tepat.

2. Kita harus mempunyai kepekaan melihat segala sesuatu dengan ke­mung­kin­an kita meng­­kritisi setiap hal yang terjadi di sekeliling kita. Tuhan membangun dan me­nem­pat­kan kita da­lam satu lingkungan tertentu dimana Tuhan meminta kita mempunyai kepekaan untuk me­lihat apa yang sedang terjadi dan segala informasi yang kita terima dengan sudut pandang ke­kris­ten­an. Disinilah diperlukan satu kemampuan kritis untuk mengerti apa yang sedang terjadi di se­ke­li­ling kita dengan ke­tajaman dari sudut pandang yang seharusnya yaitu iman Kristen. 3. Ba­gai­ma­na kita memandang perjalanan sejarah secara kritis dan relasional (relaional critical under­stan­ding toward history). Se­ja­rah bukan merupakan sesuatu yang berdiri menjadi titik-titik yang tidak ber­hubungan sama se­ka­li melainkan me­rupakan rangkaian perjalanan yang tidak dapat berhenti ter­kait terus dari alfa hing­ga omega. Se­jarah adalah dimana Tuhan mau bekerja didalamnya dan ti­dak seorangpun yang berhak me­lam­pauinya. Manusia adalah orang yang diberikan kebijak­sa­na­an oleh Tuhan untuk melihat se­ja­rah dengan tepat sehingga seharusnya orang Kristen mampu me­lihat dengan peka.

Itu alasan di dalam ay. 15 Paulus mengatakan, “Perhatikanlah dengan seksama, ba­gai­­ma­na kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” Seorang yang be­bal tidak akan dapat belajar apa-apa dari segala sesuatu tetapi jika orang yang bijak maka ketika di­beri infor­masi ia akan bangun dan ia langsung belajar dan berkembang terus, dan itu yang di­sebut pro­ses yang akan berkaitan satu dengan lainnya. Seperti seorang pemain catur yang profesional maka ketika ia akan melakukan satu langkah, ia harus memikirkan dengan benar-be­nar teliti dan harus dapat memprediksi lima langkah selanjutnya. Jikalau permain­an catur, itu ha­nya merupakan permainan saja, tetapi jikalau ini merupakan persoalan hidup maka tidak akan se­de­mikian sederhana. Disini seberapa jauh kita mempunyai satu pandangan kritis me­nin­jau per­ja­lan­an sejarah secara tajam dan menyeluruh. Saya rindu setiap kita tidak men­jadi orang yang be­bal dan hanya masa bodoh ditengah dunia ini tetapi mempunyai satu pe­ma­haman kritis untuk me­nanggap secara tepat karena Tuhan sebagai pencipta sejarah telah menyatakan itu semua da­lam firmanNya. Betapa celakannya jikalau kita sebagai anak Tuhan yang memiliki warisan be­gitu luar biasa namun gagal memakainya. Saya rindu hari ini kita mulai memikirkan kembali dan sa­dar, karena terlalu riskan kita terlena ditengah jaman yang sudah semakin menjelang akhir. Se­ka­ranglah saatnya kita bangun, sa­dar dan mulai bertindak di tengah jaman ini. Mau saudara? Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)