Ringkasan Khotbah : 13 Agustus 2000

PENUHLAH DENGAN ROH!

Nats : Efesus 5:17-21

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

 

Kita sudah membicarakan bagaimana Paulus menekankan hidup yang berusaha untuk me­ngerti kehendak Tuhan. Di dalam seluruh inti hidup kita, hal yang paling membahagiakan ada­lah ketika kita dapat berjalan di dalam jalur Tuhan yang sesungguhnya. Pada saat manusia ingin ber­jalan menurut caranya sendiri, maka pada saat itulah ia sedang berbuat kebodohan ka­rena ia ha­rus menghadapi masalahnya sendiri dan itu berarti ia tidak berada di dalam pimpinan Tuhan. Di­situ­lah kita melihat perlunya tidak menjadi bodoh tetapi berusaha mengerti akan ke­hen­dak Allah. Pdt. Stephen Tong selalu mengatakan bahwa kalau kita mengalami kesulitan dan pen­de­ri­taan ka­re­na rencana Allah maka itu adalah anugerah tetapi kita sangat rugi kalau harus me­nga­lami pen­de­ritaan yang tidak ada pahalanya karena kita berbuat dosa dan keluar dari jalur Tuhan. 

Kemudian setelah Paulus menekankan konsep tersebut, ia melanjutkan lagi dengan se­deretan sebab akibat yang sangat terstruktur. Ia memberikan satu gambaran dalam ay. 18: “Ja­nganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah ka­mu penuh dengan Roh.” Lalu berkenaan dengan ini, terdapat tiga ciri bagaimana kita men­jadi­kan hi­dup kita indah (efek dari hidup yang penuh dengan Roh): 1).  Satu hidup relasi yang indah yang pe­nuh dengan sa­tu kemuliaan bagi nama Tuhan, dengan seluruh hati kita diangkat menjadi satu pu­­­jian bagi Tuhan. Se­tiap anak Tuhan ketika berada di dalam rencana dan jalur Tuhan maka pem­­­bicaraan mereka akan indah karena semua yang dibicarakan berada di dalam jalur Tuhan. “Ber­­­kata-katalah se­orang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian ro­ha­ni. Bernyanyi dan ber­soraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” 2). “Ucapkanlah syukur se­nan­tiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Mun­cul satu sikap yang indah terhadap Allah, satu sikap yang berterima kasih atas apa yang Tuhan kerjakan sehingga kita dapat me­nik­ma­ti kehidupan ini. 3). “Dan rendahkanlah dirimu se­orang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Mempunyai satu kegentaran, satu rasa ren­dah hati dan ke­gen­tar­­an di hadapan Tuhan. Ketiga konsep ini tidak mungkin terjadi kecuali ki­ta pe­nuh oleh Roh. Karena penuh oleh Roh membuat kita akhirnya keluar di dalam format buah-bu­ah Roh Kudus (dalam ay. 19-21).

Seringkali kita kemudian ekstrim kedalam konsep yang salah tentang kepenuhan Roh Ku­dus, dan itu membuat kita tidak dapat mengerti dengan tepat, akibatnya buah-buah Roh ter­se­but tidak nampak. Paulus meng­kon­tras­kan kepenuhan Roh Kudus dengan kon­disi se­be­­lumnya yai­tu bagaimana hidup yang mabuk oleh anggur dimana anggur dapat me­nye­babkan ha­wa nafsu. Se­hingga sekarang kita mulai dapat melihat ke­rang­ka ini secara totalitas, dan itulah yang Paulus bi­­ca­rakan di dalam relasi sebab akibat, cara ber­pikir yang sangat terstruktur (epis­te­mo­­logi) yaitu te­­rus menelusur, sehingga apa yang kita bi­ca­rakan tidak berhenti disatu titik tetapi te­­rus akan me­ne­­lusur hubungan relasionalnya. Kalau iman kristen kita dapat menelusur terus hu­bung­­an re­la­sio­nal ini maka kecermatan pengertian kita akan semakin tajam dan kita tidak akan mu­­dah di­per­ma­in­­kan di tengah dunia ini.

Hal pertama yang harus kita tahu supaya kita dapat mengerti kehendak Allah adalah: “Ja­ngan mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu.” Kalimat seperti ini saat ini mung­­­kin tidak terlalu relevan di antara kita karena anggur bukanlah merupakan minuman kita se­ha­ri-hari, dan mungkin diantara kita hanya terdapat satu/dua orang yang pernah mengalami ma­buk oleh ang­­gur. Alkitab mengatakan hal tersebut dalam konteks di tengah jemaat Efesus. Hal ini da­pat kita bayangkan dengan lebih jelas seperti dalam gambaran cerita Asterix, yang pada ja­man itu minum bir merupakan minuman mereka sehari-hari. Se­hingga ketika dikatakan jangan mabuk oleh anggur, maka bagi mereka itu merupakan sa­tu ma­sa­lah karena berkaitan dengan kehidupan me­reka secara langsung.

Seorang filsuf dan sejarahwan jaman itu yang bernama Philo, dalam salah satu bukunya “On Drunkeness,” mengatakan: “Orang yang minum sampai mabuk maka itu bukan sekedar mi­num, te­­­­tapi karena ia mempunyai satu citra atau presaposisi yang memotivasi dia untuk menjadi pe­­ma­buk, dan motivasinya merupakan falsafah hidup yang sangat duniawi. Dari surveynya bah­wa orang-orang yang mabuk adalah orang yang tidak memperdulikan secara esensial makna spi­ritu­a­li­tas kerohanian. Orang yang mabuk adalah orang-orang yang hanya memikirkan hal-hal se­ku­ler ser­­ta hanya mencari kenikmatan duniawi sehingga mabuk menjadi pelampiasan nafsu du­­nia­­wi­nya. Sehingga kalaupun orang-orang itu percaya pada satu dewa maka relasi mereka de­ngan de­wa itu demi kepentingan egois dan mencari kenikmatan duniawi tertentu mereka. Alkitab me­­­nga­ta­­­kan hal yang sama: “Ketika engkau mabuk anggur, maka anggur itu akan membuat eng­kau me­lam­­­piaskan hawa nafsumu.” Ketika mabuk, itu berarti telah terjadi sesuatu yang sudah le­wat ba­tas dan itu menjadi salah.

Abad 21 ini justru menjadi abad yang sangat menakutkan karena format sekularisme dan pe­­­­­­lampiasan nafsu duniawi jauh lebih memabukkan daripada sekedar format abad per­ta­ma. Ma­nu­­sia yang terus dikuasai semangat mengejar semua nafsu duniawi dan kedagingan. Dan saat  ini juga terjadi dan mencemari kekristenan. Jika di abad pertama Paulus memberikan kritik ini ke­­pa­­da jemaat Efesus, itu berarti kondisi jemaat Efesus saat itu sangat berbahaya karena di­ce­mari oleh filsafat-filsafat duniawi. Salah satu trend besar yang sedang me­rom­­bak ci­tra mas­ya­ra­kat, kon­sep nilai dan format moral saat ini adalah dengan format MTV, yaitu satu se­mangat Post­mo­dern yang sedang dikemas dalam satu kemasan seni (musik khususnya) yang di­sebar ke te­ngah du­nia dan tanpa sadar kita sudah terjebak. Pada saat seperti itu tahankah kita me­lewati ke­sulitan pen­cemaran ini? Karena itu kalau kita mengerti ini, maka kita tahu bahwa ayat ini masih re­levan hing­ga sekarang. Memang kita tidak secara langsung berbicara tentang mabuk dan ang­gur se­ca­ra hurufiah, tetapi mungkin dalam format yang lain kita pun sedang mabuk dan dipenuhi oleh ha­wa nafsu pribadi kita. Pelampiasan hawa nafsu itu begitu menguasai kita sehingga ak­hir­nya kita ti­­dak lagi berjalan di dalam jalur Tuhan dan kita tidak mau mengerti lagi tentang ke­hen­dak Tuhan. Sa­ma seperti filasat Philo katakan bahwa sejauh kita dikuasai oleh se­ku­lar­is­me maka hubungan de­ngan Tuhan tidak dapat berkembang dan kita tidak dapat hidup penuh dengan ucapan syu­kur.

Selanjutnya, penuh dengan Roh dapat dipahami dalam dua hal: Pertama, Controling power Roh Tuhan terhadap diri kita. Paulus menegaskan: “Tetapi hendaklah engkau penuhlah oleh Roh.” Roh di­sini menggunakan definit artikel yang menunjukkan bahwa itu adalah Roh Kudus. Dan ma­buk oleh anggur yang akan membuat kita me­lam­­pias­kan hawa nafsu, oleh Paulus dikontraskan de­­ngan bagaimana jikalau Roh Kudus yang me­me­nuhi kita. Dalam kasus orang yang mabuk, kita bu­kan membicarakan tentang banyaknya kuan­ti­tas ang­gur yang ia mi­­num tetapi penguasaan ang­gur tersebut terhadap diri si peminum. Jadi ayat ini ti­dak meng­ko­no­­tasi­kan kuan­ti­tatif sama se­kali. Kontras antara penuh Roh Kudus dengan kon­disi ma­buk bukan di­ide­kan de­ngan banyak­nya anggur dengan banyaknya Roh Kudus melainkan ada­­lah berapa pe­nga­­ruhnya ter­hadap diri kita, karena saat mabuk berarti kontrol hidup kita bukan di­­ta­ngan kita lagi ka­­rena kita tidak sadar ter­hadap apa yang sedang kita kerjakan. Mungkin saat mabuk, kita dapat memukul, mem­­per­ko­sa, membunuh orang bahkan termasuk mem­bu­nuh diri kita sen­diri, karena yang me­ngon­trol ada­lah hawa nafsu. Pengertian ini sangat tegas menggambarkan satu kontras yang me­nun­jukkan bah­wa ide penuh Roh Kudus adalah satu controling power dari pada Roh Kudus. Ba­gai­mana Roh Allah mengontrol kita, semakin penuh Roh Kudus berarti kuasa pengontrolan ada mutlak di ta­ngan Roh Kudus. Ketika mabuk, bagaimana kita dikuasai oleh kuasa pekerjaan setan yang mera­suk sehingga orang tersebut kehilangan kesadaran, karena ia dikontrol penuh oleh kua­sa luar. Te­tapi kalau Roh kudus memenuhi kita, maka kontrol daripada Roh Kudus memimpin kita.

Kedua, pengertian diatas sangat berbahaya jika hanya dimengerti dari satu segi saja, ka­re­na kon­trol dari mabuk anggur dengan kontrol Roh kudus langsung kita kaitkan secara pararel mur­ni dan kita akan menjadi salah. Istilah kontrol disini menggunakan kata “pleroo/ pleroma” (fullness) yang ar­­tinya kepenuhan dalam arti ketika sampai dititik penuh, maka kontrol itu men­ca­pai ke­ha­rus­an di­­jalankan, tetapi tetap tidak menghilangkan kesadaran orang yang di­penuhi. Ka­lau sam­pai di fullness, ma­ka kontrol itu sepenuhnya di tangan Roh Kudus, namun itu bukan ber­arti kita di­ra­suk ka­­rena kita tetap da­pat mengambil tindakan. Pa­da saat se­perti itu maka hidup kita ber­ada da­lam pim­­pinan Tuhan dan keindahan hi­dup itu ba­ru mun­cul. Ke­penuhan Roh Kudus mem­buat kita be­­nar-be­nar dipimpin langkah demi langkah dan itu merupakan satu penyerahan diri secara to­tal di ta­ngan Tuhan. Daripada ki­ta ma­buk oleh ang­gur, hidup dibawah penguasaan hawa nafsu, ma­ri kita me­nye­rah­kan hidup kita ke ta­ngan Tuhan, biar kepenuhan Roh muncul di dalam hidup kita. Ke­tika sau­dara berjalan, itu karena Roh Ku­dus menguasai, mengontrol dan me­mim­pin hidup sau­dara, se­hing­ga saudara ta­hu apa yang ha­rus saudara kerjakan di dalam ren­ca­na Allah. Dan itu akan men­­jadi satu urgensi di dalam hidup kita dan tetap men­jalan­kan apa yang Tuhan ingin­kan.

Ba­­gai­­ma­na kita dapat menyeimbangkan antara prioritas hi­dup kita di tengah dunia ini de­­ngan apa yang Tuhan inginkan di dalam rencana hidup kita? Se­ba­gian be­sar keputusan-ke­pu­tus­­an hidup kita dija­­lankan bukan karena Tuhan mendesak kita un­tuk men­ja­lankan kehendak Tuhan tetapi ka­re­­na ur­gensi nafsu daging kita yang mau dipuaskan. Se­hingga di­sini keinginan daging menjadi pe­ngu­asa­an yang memabukkan kita sehingga kita tidak pu­nya la­gi prioritas yang tepat untuk me­ngerti ke­hendak Allah. Fritz Rienecker menulis Linguistic Key To The Greek New Testament me­nga­ta­kan: “Mari kita mulai melihat kepenuhan Roh Kudus dalam aspek Allah meng­inginkan, mengon­trol hidup kita dengan mengirim Roh Kudus kedalam diri kita. Mari kita mengerti ba­gai­ma­na prioritas hidup kita, Allah ingin mengontrol hidup kita dengan mengirimkan Roh Kudus ke­da­lam setiap pri­badi kita.” Setiap anak Tuhan dimeteraikan Roh Kudus karena Ia ingin kita hidup di da­lam pim­pin­an Roh. Dia ingin setiap kita berada di dalam tuntunan Roh Kudus dan bukan ber­jalan menurut ke­inginan prioritas pribadi kita.

Ketika saudara berjalan dan mengambil keputusan, ketika memilih sekolah, memilih pe­­ker­ja­an yang saudara ingin masuki, menentukan dimana saudara ingin tinggal, apa yang men­ja­di per­­timbangan kita? Apakah benar Tuhan mendesak kita untuk mengerjakannya? Akankah kita mu­­lai belajar mau hidup di dalam pimpinanNya, dengan demikian kita boleh belajar hidup te­nang di­­hadapan Tuhan, hidup penuh dengan kedamaian dan tidak perlu takut di­gang­gu oleh apa­pun. Saat itulah saudara dan saya dapat menikmati apa artinya hidup di dalam pim­pinan Tuhan! Mari kita mengevaluasi, akankah kita terus dikuasai oleh nafsu duniawi ataukah hi­dup di da­­­lam desakan dan pimpinan Roh Kudus? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)