Ringkasan Khotbah : 12 April 1998
Kebangkitan Kristus & pengharapan kita
Nats : Matius 27:62-28:20
Pengkhotbah : Ev. Rusdi Tanuwidjaya

Pandangan kita terhadap Alkitab merupakan hal yang serius karena menentukan kemana kita akan melangkah dan bagaimana kita membaca, menilai, dan menafsirkan Alkitab. Sebagai seorang reformed Injili kita percaya Alkitab adalah firman Tuhan. Kesulitannya, di dalam Alkitab kita menemukan banyak ucapan iblis, manusia dan malaikat. Bagaimana kita bisa menjelaskan bahwa ucapan-ucapan tersebut juga adalah firman Tuhan. Untuk menjelaskan hal ini saya mengambil contoh, seorang pengarang, anggap saja si A menulis buku. Di dalam buku yang dia tulis banyak mengutip ucapan dari banyak tokoh. Tetapi hasil akhir dari tulisan tersebut kita akui semuanya adalah karangan si A meskipun di dalam buku tersebut banyak ucapan-ucapan dari banyak tokoh. Demikian pula dengan Alkitab, memang di dalam Alkitab banyak ucapan yang bukan dari Tuhan. Tetapi pada waktu Allah menghendaki ucapan tersebut ditulis itu berarti ucapan tersebut adalah firman Tuhan yang diilhamkan sebagaimana II Tim 3:16.

Dengan dasar presaposisi Alkitab adalah firman Tuhan, maka kita telah meletakkan dasar yang benar. Seluruh ajaran dan hidup orang Kristen dibangun di atas dasar Alkitab. Ini juga sangat membantu kita memahami rencana Allah khususnya berkenaan dengan keselamatan manusia. Mengapa? Ketika Allah ingin menggenapi rencanaNya seringkali berada diluar kemampuan rasio, pengalaman, dan pembuktian manusia yang terbatas. Misalnya peristiwa kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus ini sulit dimengerti oleh manusia. Sebagai orang Kristen kita percaya bahwa Allah mewahyukannya di dalam Alkitab. Sekalipun di dalam Alkitab kita melihat Allah bekerja melampaui akal, pengalaman dan pembuktian manusia yang terbatas. Allah yang tidak terbatas sekarang datang ke dalam dunia yang terbatas menjadi seorang bayi yang kecil dan lemah. Dia datang dengan satu tujuan yaitu mati dibukit Golgota untuk menggenapkan kehendak Bapa. Siapa yang mengira bahwa untuk menyelamatkan manusia, Allah rela datang ke dalam dunia dan mati dibukit Golgota. Di Golgota, kelihatannya Yesus Kristus gagal tetapi justru disitulah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih. Ya, salib adalah tempat yang penuh paradoks dan sulit dimengerti oleh manusia. Tidak heran, bagi orang Yunani salib adalah kebodohan dan bagi orang Yahudi salib adalah batu sandungan. Namun di dalam hikmat Allah salib adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, karena melalui kematian-Nya Kristus sudah mematikan kuasa kematian.

Namun drama keselamatan ini tidak hanya berhenti pada titik kematian Kristus. Alkitab mengatakan Kristus bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa penting dan sentral dalam Kekristenan yang dicatat dalam alkitab. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, Paulus mengatakan sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup di dalam dosamu. Dan lagi, bagaimana kita tahu bahwa dosa-dosa kita sudah diampuni dan kita sudah dibenarkan, jika Kristus tidak dibangkitkan. Jika Kristus tidak dibangkitkan, kelahiran dan kematianNya tidak ada gunanya.

Sayangnya, banyak jemaat yang tidak sadar terhadap sentralitas dan pentingnya kebangkitan Kristus. Ketidaksadaran akan pentingnya kebangkitan Kristus juga dialami oleh orang yang hidup sejaman dengan Kristus. Misalnya, siapakah yang pertama ingat bahwa Kristus akan bangkit? Kita mungkin berpikir Maria Magdalena. Jawabnya, bukan. Memang Maria Magdalena pergi pagi-pagi ke kubur Yesus tetapi bukan karena dia ingat bahwa Yesus akan bangkit, melainkan karena dia ingin merempah-rempahi tubuh Yesus, karena Maria sangat mengasihi Yesus. Tetapi ini tidak berarti dia memahami mengapa Kristus harus mati dan juga dia tidak ingat bahwa Kristus akan bangkit.

Bagaimana dengan murid-murid? Jika kita membaca Alkitab secara teliti, maka kita tahu bahwa murid-murid juga tidak ingat bahwa Yesus akan bangkit. Seharusnya murid-muridlah yang tahu bahwa Yesus akan bangkit karena sebelumnya Kristus berkali-kali memberitahukan akan kematian dan kebangkitanNya. Tetapi ketika Maria Magdalena memberitahukan kebangkitan Yesus Kristus, mereka menganggap apa yang dikatakan Maria hanyalah omong kosong (Luk 24:11). Mengapa? Karena para murid percaya kepada mesias yang berbeda dengan apa yang diajarkan Kristus. Tidak heran jika perkataan Kristus tidak pernah mendapat tempat di dalam hati para murid. Mesias yang mereka percaya bukanlah Mesias yang mati dikayu salib melainkan mesias yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa lain. Itu sebabnya kematian dan kebangkitan Kristus tidak pernah terpikirkan oleh mereka.

Kondisi para murid tidak banyak berbeda dengan kehidupan umat Kristen dewasa ini. Kita banyak mendengar firman Tuhan. Namun berapa banyak firman Tuhan tersebut kita mengerti dengan hati kita sehingga menjadi pergumulan di dalam hidup kita. Pengertian secara akali berbeda dengan pengertian di dalam hati manusia. Seseorang bisa memiliki pemahaman secara akali namun pemahaman ini belum tentu menjadi pemahaman di dalam hatinya. Itu sebabnya, banyak firman Tuhan yang kita dengar namun tidak menjadi realita di dalam pergumulan hidup kita. Alhasil, hidup kita tidak pernah mengalami perubahan oleh firman tersebut. Karena dalam hidup kita memiliki konsep yang sudah berakar dan bertentangan dengan firman Tuhan.

Terakhir, imam-imam kepala dan orang-orang farisi. Merekalah yang sebenarnya ingat bahwa Tuhan Yesus akan bangkit pada hari ketiga (Mat 27:62-66). Sangat ironis sekali justru yang pertama ingat akan kebangkitan adalah para musuh Kristus. Merekalah yang sejak semula berusaha untuk membunuh Kristus dengan menyuap Yudas. Mereka adalah tokoh-tokoh agama yang terkemuka dan terpandang. Tetapi jika mereka tidak kembali kepada kebenaran, mereka akan menjadi penghambat, perusak, dan pembunuh. Bahkan tidak heran mereka menghalalkan berbagai cara untuk mencapai maksud hati mereka yang jahat. Itu sebabnya jika agama tidak kembali kepada kebenaran berarti agama tersebut sedang membuang diri jauh dari Tuhan.

Bahkan imam-imam dan orang-orang farisi ini jugalah yang menyuap para pengawal untuk memberitakan isu dusta yang menyatakan bahwa mayat Kristus dicuri oleh para murid. Informasi mengenai pencurian mayat oleh para murid ini kelihatannya masuk akal. Tetapi jika kita telaah lebih dalam seringkali kita temukan dibalik alasan yang logis justru terdapat ketidaklogisan. Pada waktu mereka menyuap untuk menyebar dusta tentang pencurian mayat Yesus, di sini kita justru melihat ini semakin memperteguh kebangkitan Tuhan Yesus. Jika mereka mengatakan bahwa para muridlah yang mencuri mayat tersebut, masalahnya, dari mana mereka tahu bahwa mayat tersebut dicuri oleh para murid kecuali mereka melihatnya sendiri. Juga, kekuatan apa yang mendorong para murid yang sedang mengalami kemunduran rohani tersebut untuk mencuri mayat gurunya. Apalagi kubur tersebut sudah dimaterai dan dijaga oleh para pengawal. Dan lagi untuk apa para murid mengambil mayat tersebut? Juga alasan bahwa mayat tersebut dicuri ini tidak logis. Mengapa? (1) Batu yang menutup kubur Yesus beratnya sekitar dua ton. (2) Kubur tersebut dijaga oleh para pengawal yang paling sedikit dijaga oleh lebih dari dua orang. Dan suatu hal yang janggal jika semua pengawal tertidur. Lagi pula, andaikata benar para pengawal tertidur dengan nyenyak, lalu dengan kekuatan apa ke-11 murid mendorong batu tersebut hingga tidak menimbulkan suara yang membangunkan para pengawal.

Alkitab mengatakan dengan tegas bahwa Kristus bangkit. Dan kebangkitan inilah yang mengubah kehidupan para murid dari kondisi kerohanian mereka yang bangkrut kepada satu pengharapan yang pasti. Disamping itu kebangkitan Kristus juga menjadi dorongan bagi mereka untuk menggenapi visi dan misi yang Tuhan berikan kepada para murid untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan (Luk 24:44-49; Mat 28:16-20). Perintah dari Tuhan yang sudah bangkit ini juga seharusnya menjadi visi dan misi Gereja. Gereja yang tidak menjalankan visi dan misi ini adalah Gereja yang lumpuh. Kita dipanggil bukan hanya sekedar datang ke Gereja mendengar firman Tuhan, memuji nama Tuhan, mempersembahkan persembahan kemudian bersalaman lalu pulang. Tidak! Allah menempatkan Gereja di dalam dunia agar Gereja menjadi saksi Kristus dan menjalankan amanat agung yang Tuhan Yesus berikan. Kiranya kuasa kebangkitan Kristus meneguhkan pengharapan kita dan mendorong kita untuk hidup menjadi saksiNya di dalam dunia ini. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)