Ringkasan Khotbah : 26 April 1998
Minggu ini kita membahas elemen terakhir dari keenam proses pertumbuhan rohani yaitu kuasa. Kuasa penting untuk menjalankan pengharapan namun banyak orang salah mengerti ketika membicarakan mengenai kuasa. Seringkali kuasa dimengerti sebagai kuasa yang dimiliki oleh manusia dan dipakai untuk kepentingan manusia. Kuasa seperti ini bukan dari Allah dan tidak diajarkan oleh Tuhan karena bersifat antroposentris. Kuasa ini mungkin dikerjakan oleh setan.
Itu sebabnya kita perlu membedakan antara kuasa Tuhan dan bukan kuasa Tuhan. Jika ini belum beres maka kita akan bingung dan bisa disesatkan. Mengapa? Karena ketika kita berbicara mengenai kuasa seringkali dimengerti secara duniawi dan lepas dari kebenaran firman Tuhan. Kuasa seperti ini bukanlah kuasa dari Allah sekalipun kuasa ini besar dan bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat supranatural bahkan melakukan banyak tanda-tanda mujizat. Apalagi di tengah-tengah era gerakan zaman baru dewasa ini. Kekuatan supranatural dan mujizat bukan lagi barang langka. Sejak awal, Alkitab menyatakan bahwa kuasa seperti ini ada, bukan fiktif dan bisa dialami oleh manusia.
Alkitab mengatakan kuasa yang tertinggi adalah kuasa dari Tuhan. Untuk hal ini kita bisa melihat beberapa contoh dalam Alkitab, misalnya antara Musa dengan tukang sihir Firaun; juga antara nabi Elia dengan nabi-nabi palsu di gunung Karmel. Ketika peristiwa ini terjadi kita melihat bahwa kuasa Tuhan lebih besar dari kuasa setan. Jika demikian apakah kuasa Allah dengan kuasa setan hanya lebih besar secara kuantitatif? Tidak, karena di dalamnya ada unsur-unsur tertentu yang secara tajam membedakan antara kuasa yang sejati dari Tuhan dan bukan dari Tuhan. Ini yang pertama-tama harus kita bereskan, jika tidak pikiran kita akan tersesat seperti yang dipikirkan oleh orang-orang gerakan zaman baru termasuk orang-orang Kristen yang sudah tercemar oleh pikiran gerakan zaman baru ini.
Di dalam Matius 7:21-23, Tuhan Yesus menjelaskan kuasa yang muncul dari nabi palsu. Jika kita melihat konteks dari ayat ini yaitu mulai dari ayat 15 mengatakan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas." Kemudian di dalam konteks ayat 21-23, Tuhan Yesus memberikan peringatan. Di dalam bagian ini kita melihat, apa yang membedakan antara kuasa Tuhan dan kuasa setan.
Pertama, kuasa Tuhan berjalan dengan satu integritas, terbuka, tidak main-main dan tidak ada penipuan didalamnya. Di dalam ayat 21 dikatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku Tuhan, Tuhan yang akan diselamatkan, tetapi dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di surga." Banyak orang akan berseru kepada Ku Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat demi namaMu. Bukankah kami mengusir setan demi namaMu dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu. Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, "Aku tidak mengenal kamu enyahlah daripadaKu engkau yang membuat kejahatan." Dalam ayat-ayat ini Tuhan Yesus memberikan atribut kepada nabi palsu sebagai pembuat kejahatan, maksudnya memang profesinya pembuat kejahatan.
Namun orang itu sendiri tidak sadar bahwa ia berbuat jahat. Ini terlihat ketika ia mengatakan, "Bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?" Disini kita melihat bahwa mereka juga memakai nama Yesus bahkan memiliki kuasa yang kelihatannya begitu hebat, tetapi bukan dari Tuhan. Secara fenomena kita bisa terkecoh. Hari ini, jika kita melihat orang yang dikategorikan Matius 7:21-23 mungkin kita akan menilai orang tersebut sebagai orang Kristen bahkan seorang aktivis atau pelayan Tuhan. Mengapa? Karena orang tersebut mempunyai kuasa. Orang tersebut bernubuat, melakukan mujizat dan mengusir setan demi nama Yesus. Celakanya orang itu sendiri tidak sadar bahwa dia melakukan kuasa tersebut bukan dari Tuhan. Kuasa dapat menjadi berbahaya, menipu dan juga bisa menjerumuskan. Itu sebabnya kita tidak boleh menganggap ringan kuasa Setan. Kita perlu mengerti kuasa Tuhan yang sejati yang memiliki integritas kebenaran.
Kedua, bagaimana kita membedakan kuasa Tuhan dengan nabi palsu? Kuncinya adalah apakah dia melakukan kehendak Bapa atau dia sedang melakukan kehendak manusia. Di dalam Matius 7:21 dikatakan bukan setiap orang yang berseru kepadaKu Tuhan, Tuhan yang akan diselamatkan tetapi dia yang melakukan kehendak BapaKu di sorga. Jadi ketika seseorang menjalankan kuasa Allah didalamnya ada unsur ketaatan mutlak kepada Allah. Itu sebabnya semua mujizat baik dari kitab Kejadian sampai Wahyu mulai dari nabi-nabi PL sampai PB semuanya dilakukan karena Tuhan yang perintahkan untuk dia kerjakan. Jadi semua yang dikerjakan harus kembali kepada ketaatan yaitu melakukan kehendak Bapa bukan untuk kepentingan manusia.
Ketiga, kuasa dari Tuhan adalah kuasa yang menghidupkan sedang kuasa dari setan adalah kuasa yang mematikan. Ketika seseorang menjalankan kuasa sesuai dengan kehendak Tuhan maka dia akan memperoleh hidup kekal. Di dalam Injil Matius 7, orang tersebut melakukan kuasa memakai nama Tuhan namun akhirnya masuk neraka. Ini membuktikan dia melakukan kuasa bukan dari Tuhan. Setan bisa menawarkan apapun kecuali memberi hidup kekal, ini prinsip. Setan sangat licik, dia bisa memberikan harta dan kedudukan bahkan Tuhan Yesus sendiri pernah dicobai. Setan berjanji akan memberikan seluruh dunia ini dengan segala kekayaannya jika Tuhan Yesus mau menyembah dia. Setan bisa memberi apapun kecuali hidup, karena inilah yang dia cari. Dia berikan apapun untuk mendapatkan hidup seseorang. Itu sebabnya tawar-menawar dengan setan berarti mencari keuntungan demi kematian. Kuasa dari Tuhan akan memberi kepada kita kehidupan. Dia akan membawa kita kepada keselamatan dan membawa kita kepada ketaatan dan menjadikan kita makin hari makin taat untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Dan waktu kita kembali kepada Allah itulah kuasa yang harus membawa kita kembali kepada kebenaran. Inilah kuasa sejati.
Keempat, kuasa Allah selalu terintegritas dengan kebenaran sedangkan yang bukan dari Allah selalu terkait dengan ketidakbenaran. Kuasa yang sejati dari Tuhan tidak mungkin berlawanan dengan seluruh firman Tuhan. Itu sebabnya untuk mengetahui kuasa itu dari Tuhan atau bukan, kita harus cek dengan firman Tuhan. Tidak boleh keluar dan bertentangan dengan firman. Kebenaran yang sejati akan membawa kita kepada seluruh ekstensi kebenaran yang sejati. Kebenaran yang sejati akan melahirkan turunan yang mempunyai sifat yang sejati. Jadi tidak mungkin ada kepalsuan didalamnya. Oleh sebab itu untuk mengerti kuasa yang sejati kita harus mengerti firman Tuhan secara tepat. Itu sebabnya di dalam Efesus 1:15-23, kuasa diletakkan dibagian terakhir. Bagian ini baru bisa dibicarakan setelah kelima bagian sebelumnya kita bicarakan. Kuasa sejati tidak mungkin lepas dari iman sejati, kasih sejati, hikmat sejati, wahyu sejati, dan pengharapan sejati. Tidak mungkin kita memiliki kelima elemen diatas benar tetapi kuasanya salah.
Saya harap kita menggumulkan kebenaran tentang kuasa ini di dalam hati kita. Tuhan memberikan kuasa itu kepada kita karena itu diperlukan. Tetapi kuasa ini adalah kuasa yang perlu dibedakan dari kuasa yang bukan dari Tuhan. Kuasa ini adalah kuasa yang unik yang hanya dari diri Tuhan sendiri. Kuasa inilah yang boleh menjadikan kita seorang anak Allah yang sejati dan hanya dengan itu kita bisa diproses untuk menjadi anak Allah yang sejati. Mari kita belajar kembali kepada Alkitab agar prinsip dan arah kita jelas dan tidak dipermainkan oleh dunia. Khususnya ditengah-tengah krisis dewasa ini jika kita tidak mempunyai kekuatan dari Tuhan, kita tidak mempunyai kuasa yang menyebabkan kita bisa berdiri tegak menjadi seorang anak Allah. Ini akan menjadikan kita sebagai orang Kristen yang hancur dan akhirnya kembali menjadi orang Kristen duniawi. Banyak orang Kristen yang hari ini runtuh imannya. Hanya dengan kembali kepada kuasa Allah barulah kita bisa berdiri tegak ditengah dunia ini dan mampu menyatakan kebenaran Tuhan di dalam dunia ini. Namun ketika kita kembali kepada kuasa Tuhan ini bukan hal yang instan dan satu hari terjadi dalam hidup kita. Oleh sebab itu kita perlu menggarap dan memprosesnya. Amin!
?(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)