Ringkasan Khotbah : 3 Mei 1998
Elemen keenam pertumbuhan iman Kristen (2)
Nats : Efesus 1:15-23
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Minggu lalu kita membicarakan empat hal yang membedakan kuasa dari Allah dengan yang bukan dari Allah. Pertama, kuasa Tuhan yang sejati adalah kuasa yang terbuka, nyata dan tidak pernah gagal, karena berdiri di atas kedaulatan dan kuasa tertinggi. Kedua, kuasa sejati adalah kuasa yang muncul dari kebenaran Allah dan sinkron dengan kebenaran Allah. Ketiga, kuasa Allah adalah kuasa yang dari mati menjadi hidup, sedangkan dari setan justru menuju kepada kematian. Keempat, kuasa ini dalam Ef 1 diletakkan di dalam segmen yang terakhir dari keenam aspek pertumbuhan kekristenan, sesudah iman, kasih, hikmat, wahyu, dan pengharapan. Jadi kuasa tidak bisa lepas dari kelima elemen ini.

Yoh 1:12 mengatakan, siapa yang menerima Kristus diberi kuasa oleh Tuhan untuk menjadi anak-anak Allah. Kuasa menjadi sangat penting karena: Pertama, faktor ketidakmampuan internal. Alkitab mengatakan bahwa di dalam kondisi impotensi manusia, manusia tidak mungkin tidak berdosa. Agustinus mengatakan, "Salah satu problem serius yang dihadapi manusia berdosa adalah kondisi yang disebut sebagai non posse non pecare (tidak mungkin tidak berdosa). Inilah kondisi manusia yang sudah jatuh. Manusia senantiasa dijerat dan dibelenggu oleh dosa. Rm 3 mengatakan, "Tidak ada seorang pun yang benar. Tidak ada seorangpun yang baik." Kalimat ini telah dibuktikan dalam sejarah bukan hanya oleh orang Kristen saja. Aristoteles di dalam teori kebajikan tertingginya akhirnya membuktikan hampir seluruh kebajikan yang dikerjakan di dalam dunia ini bukan kebajikan asli. ‘Baik’ yang ada di dunia ini hanya ‘baik’ yang relatif. ‘Baik’ di ukur menurut egoisme manusia, sedangkan egoisme itu sendiri adalah kejahatan. Jadi ‘baik’ identik dengan ‘kejahatan’ yang sejati. Inilah kebaikan manusia, dan Tuhan melihat ini sebagai kejahatan. Manusia tidak mampu dan tidak ada kekuatan untuk lepas dari belenggu dosanya. Ini yang menjadikan dunia kita masuk ke dalam impotensi total.

Alkitab mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang durhaka" (Ef 2:1-2). Itulah mati. Mati yaitu hidup, hidup di dalam dosa dan terus berbuat dosa. Taat kepada penguasa kerajaan angkasa, menjadi hamba dosa dan terus diikat oleh dosa. Disini pentingnya kita mendapat kuasa untuk melepaskan kita dari belenggu dosa. Secara manusiawi kita tidak mungkin keluar dari belenggu dosa. Hanya melalui kuasa Allah yang mengangkat, menarik, dan menghancurkan kuasa kematian yang membelenggu kita. Ya, kuasa yang membangkitkan Kristus itulah yang mengeluarkan kita dari kematian menuju kepada keselamatan yang Tuhan berikan.

 

Kedua, karena faktor eksternal kita juga sangat menekan. Dunia kita adalah dunia yang berdosa. Kita berada ditengah dunia ini bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Di satu pihak kita dituntut untuk tidak berdosa, dilain pihak kita begitu kecil, lemah dan tidak mampu. Dari dalam kita mengalami impotensi, dari luar kita mengalami tekanan yang begitu berat, ini menjadikan kita betul-betul tidak berdaya, kecuali ada kekuatan dari luar yang memampukan kita. Hanya kuasa kebangkitan Kristus, yaitu kekuatan dinamit (dunamos) yang diberikan Kristus yang membuat kita keluar dan mampu mengatasi situasi yang paling sulit seperti ini. Hidup di tengah dunia jika kita tidak memiliki kekuatan dari Tuhan, kita akan gagal, runtuh, dan rapuh. Disini kita perlu memikirkan kuasa Allah dan menumbuhkan kuasa Allah di dalam hidup kita.

Disamping itu ada juga kuasa yang mengharuskan kuasa Allah itu bertumbuh di dalam diri kita, yaitu panggilan Allah atas diri kita. Ketika kita bertobat menjadi anak-anak Allah ini bukan hal yang sederhana. Banyak orang memperdebatkan doktrin predestinasi, karena doktrin ini dianggap mencapai keegoisan manusia. Padahal ketika Alkitab mengajarkan predestinasi, intinya bukan pada keselamatan melainkan pada panggilan ilahi untuk menjadi saksiNya. Yoh 15:16 mengatakan, "Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu tetap. Tuhan memilih dan menetapkan kita dari sejak awal supaya kita pergi dan menghasilkan buah. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan di tengah dunia ini. Doktrin Reformed bukan hanya doktrin di kepala. Doktrin Reformed Injili mengajarkan agar dengan Teologi Reformed dan semangat Injili kita memenangkan jiwa dan bersaksi bagi Tuhan. Tuhan memanggil anak-anakNya supaya di tengah dunia yang gelap ini ada secercah terang. Kita dipanggil untuk menjadi garam dunia, tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kita ditebus dan dikeluarkan dari lumpur dosa supaya kita menyatakan kebenaran Allah di dalam dunia yang gelap ini. Kekristenan bukan hanya teori melainkan suatu tuntutan untuk kita hidup benar. Itu sebabnya ketika kita percaya, Tuhan sudah memberi kita kuasa untuk kita menjadi anak-anak Allah, agar kita bisa mencerminkan kondisi sifat yang dimiliki oleh Bapa kita di sorga.

Pada jaman ini banyak orang Kristen yang kehilangan misi ini. Salah satu sebabnya adalah karena orang Kristen menghindari satu pernyataan yang ditegaskan oleh Paulus di dalam I Kor 11:1, "Hendaklah engkau menjadi pengikutku sama seperti aku menjadi pengikut Kristus." Dewasa ini banyak orang Kristen bahkan hamba Tuhan seolah-olah hidup lebih rohani kelihatannya, dengan mengatakan, "Jangan lihat saya karena saya lemah dan tidak sempurna, lihatlah Tuhan dan jangan ikuti saya." Disini terlihat seperti rohani tetapi dibalik itu sebetulnya ada satu penegasan yaitu tuntutan untuk kita terhindar dari keharusan menjalankan misi sebagai anak Tuhan. Kita tidak berani menyatakan diri dihadapan orang bahwa saya harus menjadi teladan bagimu. Ketika Paulus mengatakan kalimat tersebut sama sekali tidak bermaksud menyatakan diri bahwa dia sudah sempurna. Tidak! Paulus tetap masih di dalam proses menuju kepada kesempurnaan. Di dunia ini tidak ada orang sempurna kecuali Tuhan sendiri. Namun pada waktu Paulus mengatakan kalimat tersebut berarti dia memperkenankan orang melihat dia untuk dipertimbangkan. Di dalam hal yang kelihatannya sederhana kita bisa menjadi saksi. Memang untuk menjadi saksi Tuhan Alkitab mengatakan tidak mudah. Hal ini perlu dikerjakan secara serius. Kita perlu bersandar kepada kuasa Tuhan sehingga kita dimampukan untuk menjadi saksi Tuhan di tengah dunia yang gelap ini.

Ketiga, kuasa yang memungkinkan saya untuk taat kepada Kristus. Kuasa kebangkitan Kristus adalah kuasa yang mengeluarkan saya, dari jerat belenggu kuasa kegelapan menjadi hamba kebenaran. Hanya dengan kembali kepada kebenaran kita dapat menjadi orang yang bahagia. Namun untuk keluar dari sini bukan hal yang mudah. Kita perlu kuasa Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang Tuhan tetapkan supaya kita boleh kuat dan menjadi saksi Tuhan. Kuasa diberikan untuk membangkitkan kita keluar dari jerat dosa, hidup di dalam ketaatan pada kebenaran, dan menjadi anak-anak Allah untuk menjalankan kehendakNya.

Namun untuk mengerti bertumbuhnya kuasa yang Tuhan sediakan, kita perlu mengerti dua hal; pertama kuasa tersebut adalah kuasa yang bersumber dari Allah. Untuk menumbuhkan kuasa, kita memerlukan kunci kedua yaitu ketaatan menjalankan kebenaran berdasarkan kuasa tersebut. Ketika kita menerima kuasa sebagai anak Allah, Tuhan menuntut kita untuk berjalan dan melangkah dalam kebenaran itu. Waktu kita melangkah di dalam kebenaran maka kita baru sadar bahwa Tuhan sedang membangun kita di dalam kebenaran. Waktu kita taat, ketika itulah kuasa Tuhan akan bekerja di dalam diri kita. Jadi, kuasa dan ketaatan adalah dua hal yang harus kita garap. Kuasa mengakibatkan kita bisa taat, dan saat kita menjalankan ketaatan, kuasa itu semakin besar kita rasakan. Semakin besar kuasa kita rasakan makin membuat kita lebih taat lagi. Ini menjadi putaran yang makin hari makin bertambah besar. Dengan demikian makin hari makin membuat kita bertumbuh dalam kuasa Kristus, bertumbuh dalam kuasa kebangkitan dan menjadikan kita makin hari makin taat.

Biarlah di tengah situasi dewasa ini kita boleh menjadi saksi Kristus. Kita tidak tahu esok seperti apa? Mungkin krisis semakin sulit dan semakin menekan. Namun dalam situasi seperti ini saya berharap Saudara tidak lari dan tidak menjual iman Saudara. Justru ditengah krisis ini saya berharap saudara memiliki kekuatan untuk menjadi saksi dan bersandar kepada kuasa dan pemeliharaanNya. Tuhan menginginkan kita taat kepada Dia. Biarlah ini boleh menumbuhkan iman kita dari sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)