Ringkasan Khotbah : 31 Mei 1998

PENTAKOSTA

Nats : Kis 2 : 1-36

Pengkhotbah : Ev. Rusdi Tanuwidjaya

Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem. Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). Pada hari ini roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen baru harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban. Lalu apa hubungannya dengan janji Bapa? Disini Roh Kudus menuai hasil pekerjaan Kristus, menggunakannya serta menghidupkannya dalam hati manusia. Roh Kudus datang sebagaimana ditetapkan oleh Bapa. Sepuluh hari lamanya para murid berkumpul setelah kenaikan Tuhan Yesus di tempat yang telah diberitahukan oleh Tuhan Yesus untuk menunggu janji Bapa. Pada hari kelima puluh itulah Roh Kudus dicurahkan.

Roh Kudus dicurahkan memakai simbol yang kelihatan dan kedengaran. Simbol tersebut jangan kita artikan atau samakan dengan pencurahan Roh Kudus itu sendiri. Tanda atau simbol ini hanya memberikan gambaran peristiwa. Tanda atau simbol dari pencurahan Roh Kudus ini ada dua yaitu Pertama, bunyi seperti tiupan angin yang keras. Angin disini adalah gambaran dari keilahian dan seringkali digunakan untuk menggambarkan kuasa dan kehadiran Allah, yang mana kuasa dari anugerah Allah tersebut tidak dapat ditolak. Seperti angin, Allah tidak bisa dikontrol oleh manusia, Ia berdaulat, berkuasa dan tidak dapat ditolak dalam semua pekerjaannya. Demikian juga yang kedua yaitu api. Api juga melambangkan kehadiran Allah di tengah umatNya. Misalnya dengan Musa, Allah menyatakan diri dalam semak yang menyala (Kel 3:1-6). Demikian juga simbol kehadiran Allah dengan umat Israel adalah tiang api (Kel 13:21-22). Perlu kita perhatikan, api di dalam peristiwa Pantekosta disini dinyatakan dalam bentuk lidah. Lidah api disini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi sebagai tugas para murid.

Akibat dari kehadiran Roh Kudus kita melihat mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi dengan Roh berarti dikontrol olehNya (Ef 5:18-20). Di samping dipenuhi dengan Roh Kudus para murid juga mulai berbicara dengan bahasa-bahasa lain. Karunia bahasa lidah disini merupakan kemampuan untuk berbicara suatu bahasa tanpa dipelajari terlebih dahulu (Kis 2:6-11). Kata yang diterjemahkan ‘bahasa-bahasa lain’ (ay 4) sama dengan kata yang dipakai pada ayat 3 untuk menyatakan gejala api yang nampak di atas masing-masing kepala yaitu lidah. Jadi ayat 4 dapat diterjemahkan, ‘mereka mulai berbicara dengan lidah lain sebagaimana yang diberikan Roh kepada mereka untuk berkata-kata.’

Disini kita harus mencatat perbedaan konsep yang dimengerti oleh gereja Pantekosta dan Karismatik, mereka menyamakan Kis 2 ini dengan I Kor 12 dan 14. Padahal kedua bagian Alkitab di atas merupakan dua hal yang berbeda. Dalam Kisah Para Rasul karunia bahasa lidah dimengerti oleh orang banyak yang hadir pada waktu itu. Sedangkan bahasa lidah di dalam I Kor 12 dan 14 tidak dapat dimengerti. Kedua, di dalam Kisah Para Rasul bahasa lidah diberikan dalam konteks kesaksian. Sedangkan dalam I Kor 12 dan 14 bahasa lidah untuk membangun diri sendiri. Ketiga Dalam Kisah Para Rasul jelas tidak memerlukan penerjemah sedangkan di dalam I Kor 12 dan 14 membutuhkan penerjemah. Apalagi kita belum tahu dengan pasti apakah bahasa lidah di dalam I Kor 12 dan 14 ini identik dengan bahasa lidah yang ada saat ini. Siapa yang berani memastikan bahwa bahasa lidah yang sekarang digunakan sama dengan bahasa lidah dengan I Kor 12 dan 14.

Pada saat para rasul dan orang-orang percaya berbicara dalam bahasa lain maka beberapa orang menyindir bahwa mereka mabuk oleh anggur. Mendengar kalimat tersebut maka berdirilah Petrus beserta sebelas rasul yang lain. Kemudian Petrus mewakili para murid berkhotbah. Ini dapat dikatakan merupakan khotbah sulung Petrus. Secara homiletika jika kita melihat ayat 14-36 kita menemukan garis besar khotbah yang baik dalam arti ada pendahuluan (ay 14-21), ada isi (21-35) dan konklusi (36). Khotbah tersebut oleh Petrus diberi judul Yesus adalah Kristus. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi pada waktu itu masih tidak percaya bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang diurapi.

Di dalam bagian pedahuluan, Petrus memperbaiki kekeliruan mereka yang menganggap para rasul dan murid sedang mabuk. Petrus mengatakan bahwa mereka tidak mabuk karena hari baru pukul 9 pagi. Menurut kebiasaan orang Yahudi pada hari raya umat harus berdoa lebih dahulu baru setelah itu makan dan minum. Jadi pada waktu itu masih pagi jadi tidak mungkin mereka mabuk anggur. Lalu apa yang terjadi dengan mereka? Sehubungan dengan hal ini Petrus kemudian mengatakan bahwa hal itu terjadi karena penggenapan nubuatan nabi Yoel 2:28-32 yang menerangkan bahwa Roh Kudus dicurahkan kepada semua orang bukan hanya pada orang orang tertentu saja sebagaimana pada masa PL.

Ayat 21 mengatakan, "Barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan." Ini merupakan ayat terakhir dari nubuatan Yoel yang dikutip oleh Petrus. Kata ‘barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.’ Kata Tuhan di dalam kitab Yoel ditulis dengan huruf besar TUHAN. Kata TUHAN disini menunjuk kepada nama Tuhan Pencipta langit dan bumi. Disini kata TUHAN dikaitkan dengan Kristus. Jadi Tuhan di dalam PL sama dengan Kristus di dalam PB. Ayat ini juga mau memberitahukan bahwa keselamatan itu adalah anugerah bukan karena usaha manusia melainkan karena jasa-jasa Kristus. Di dalam ayat 22 juga kita ketahui bahwa keselamatan bukan hanya anugerah melainkan juga sudah direncanakan dan ditentukan oleh Allah sejak kekal. Di dalam ayat 22 jelas bahwa Allahlah yang sudah menentukan lebih dahulu. Sejak kekal, yang kemudian dinyatakan di dalam proses waktu dimana Kristus datang kedalam dunia dengan tanda-tanda. Akhirnya Kristus diserahkan sesuai dengan rencana dan maksud Allah untuk menyerahkan hidupNya mati menggantikan kita yang berdosa (ay 23). Namun Kristus tidak berada selamanya di dalam kubur maka pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati kemudian 40 hari menampakkan diri kepada para murid, para wanita dan para rasul. Akhirnya Kristus naik ke sorga. Pada ayat 36 ini merupakan kesimpulan dari khotbah Petrus.

Setelah mendengar khotbah Petrus maka orang-orang yang hadir merasa terharu. Kemudian bertanya kepada Petrus apa yang harus mereka perbuat. Petrus mengatakan bahwa mereka harus bertobat dan dibaptis. Maka mereka akan menerima karunia Roh.

Dari kedatangan Roh Kudus ini kita menemukan tiga pelajaran penting. Pertama, pada waktu Roh Kudus hadir mereka dipenuhi oleh Roh Kudus dan bersaksi dengan penuh kuasa. Kedua, Roh Kudus akan membuka telinga yang tuli, mata yang buta, hati yang bebal sehingga mereka dapat mendengar, melihat dan membuka hati mereka untuk Kristus. Ketiga, pada saat Roh Kudus dicurahkan kita melihat adanya kuasa penghakiman yang menghidupkan atau yang mematikan. Ketiga hal inilah yang kita lihat ketika Roh Kudus bekerja di dalam hidup anak-anak Tuhan. Amin. Soli deo gloria.

 

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)