Ringkasan Khotbah : 9 Agustus 1998
Diam di hadapan Allah
Nats : Habakuk 2:20
Pengkhotbah
: Rev. Sutjipto SubenoMinggu ini kita memasuki bagian terakhir dari Habakuk 2:20. Dalam ayat 20 ini, Habakuk mendapat jaminan yang paling penting dan paling serius. Ayat ini merupakan jawaban, sekaligus puncak permasalahan bagian sebelumnya tentang penyembahan berhala.
Saat itu, Habakuk di dalam kondisi yang begitu panas dan jengkel karena melihat situasi negaranya, dimana kefasikan dan ketidakadilan merajalela begitu luar biasa, manusia makin hari berjalan menurut maunya sendiri. Ketika Tuhan menghukum mereka, mereka tidak bertobat bahkan mencari Allah lain yang mereka rasa cocok dengan mereka. Mereka manifestasikan kedaulatan mereka dengan cara melarikan diri dari Allah yang sejati lalu membentuk allah palsu yaitu allah yang mereka cipta menurut kreasi mereka sendiri. Dalam keadaan seperti ini maka Tuhan mengeluarkan kalimat terakhir yang merupakan prinsip paling tuntas yaitu "Tuhan ada di dalam baitNya yang kudus." Dari penyataan ini keluar tuntutan, "Berdiam dirilah dihadapanNya, ya segenap bumi!"
Ayat 20 terdiri dari dua unsur yaitu pernyataan Allah yang paling final dan tuntutan Allah yang paling final juga. Hal ini merupakan klimaks dari pada penjelasan Tuhan mengenai apa yang dia akan kerjakan. Mengapa pada detik terakhir Tuhan justru membicarakan, "Aku ada di dalam baitKu yang kudus." Mengapa hal ini menjadi titik tolak atau menjadi pernyataan yang paling final yang diungkapkan oleh Tuhan? Ini merupakan pertanyaan yang serius. Karena ketika Habakuk melihat keadaan yang luar biasa fasik, dalam ps 1:4, Habakuk jengkel sekali dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa orang benar dikelilingi oleh orang fasik dan tidak dapat berbuat apa-apa? Itulah sebabnya keadilan muncul terbalik. Habakuk tidak bisa melihat keadaan seperti ini sehingga ia melontarkan pertanyaan, "Tuhan, berapa lama lagi?"
Saudara, bukan hanya di dalam jaman Habakuk tetapi di setiap jaman pada saat kita merasakan tekanan seperti ini kita mulai merasakan tidak adilnya dunia ini, kita mulai melihat sedemikian jahatnya sekeliling kita lalu kita bertanya, "Tuhan sebenarnya engkau ada atau tidak?" Pertanyaan ini sebenarnya mempertanyakan keberadaan Allah itu sendiri. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan sangat mendasar sekali. Jika pertanyaan ini tidak mendapat jawaban yang tepat dan memuaskan maka akan fatal akibatnya. Karena, jika pertanyaan ini tidak mendapat jawaban maka ia akan jatuh kepada atheisme. Pada waktu ia mengatakan Tuhan tidak ada berarti ia sudah mentuhankan dirinya sendiri. Lebih ringan dari ateisme mungkin ia akan berkata, "Tuhan mungkin Engkau ada, tetapi Engkau tidak mampu berbuat apa-apa." Berarti dengan kata lain dia skeptik. Tuhan keberadaanNya dianggap jauh disana dan tidak ada hubungannya dengan dirinya. Jika seseorang sudah sampai dalam kondisi seperti ini, maka imannya akan runtuh total dan dia akan kehilangan pegangan akan keberadaan Allah dan dia akan seperti layangan putus dan tidak lagi tahu akan makna hidupnya.
Itu sebabnya penting sekali bagi Habakuk untuk menyelesaikan masalah mengenai kepastian keberadaan Allah. Ini merupakan prinsip yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Mengapa? Karena pada waktu seseorang bertanya, "Apakah Allah ada?" Maka jawabannya bisa ada atau tidak ada. Berarti ini sudah mencapai satu titik dimana dia sudah kehilangan imannya. Pada saat seperti itu, maka akan timbul satu kesimpulan dan satu akibat yaitu pada saat yang sama dia pasti akan mentuhankan dirinya sendiri, karena dia yang menjadi penentu Allah ada atau tidak ada. Dengan demikian orang itu sudah kehilangan iman dan mencurigai keberadaan Allah baik secara total ataupun secara skeptik.
Manusia tidak boleh mentuhankan dirinya sendiri. Apabila hal ini terjadi berarti kehancuran total bagi dirinya. Mengapa di tengah dunia saat ini terjadi kekacauan? Sebab setiap orang ingin menjadi Tuhan, hanya mau bertindak menurut apa yang dia mau dan dia suka. Manusia merasa paling pintar dan bijaksana. Jika setiap orang berprinsip seperti itu, berarti akan terjadi pertempuran yang tidak akan berhenti sampai kapanpun.
Kunci satu-satunya bagi orang yang sudah mencurigai keberadaan Allah yang sejati adalah memiliki kepastian jaminan keberadaan Allah. Ini merupakan penyelesaian yang paling final yang dibutuhkan oleh dunia. Ketika Habakuk mendapatkan situasi yang begitu sulit, Habakuk merasa, "Tuhan tidak bertindak, bahkan tindakan Tuhan begitu mengacaukan dan membingungkan." Maka Tuhan menjawab, "Aku disini, Aku sedang berada di dalam baitKu yang kudus." Ini merupakan kepastian keberadaan Allah. Keberadaan inilah yang menjadikan semua keberadaan bisa berada. Keberadaan Allah menjadi sumber semua keberadaan yang dituntut, keberadaan yang tidak boleh tidak ada, menjadi keberadaan yang sangat hakiki dan bersifat esensial.
Jadi berbicara tentang eksistensi Allah merupakan satu hal yang sangat final dan menjadi jawaban bagi seluruh manusia. Di dalam ayat 20 ini Tuhan tidak berbicara kapan tetapi dia berbicara, "Aku ada disini." Ini merupakan jawaban kekristenan yang sangat esensial. Keberadaan yang tidak bisa diganggu gugat, mutlak dan menjadi sumber dari segala keberadaan. Di dalam situasi apapun dan dalam segala macam ketidakadilan, jaminan Tuhan mengatakan, "Aku ada disini," ini menunjukkan Ia tidak main-main. Keberadaan Allah bukan keberadaan yang perlu dipertanyakan. Keberadaan Allah justru merupakan kepastian yang menjadikan semua keberadaan jadi mungkin. Di dalam kesulitan jika kita mempertanyakan keberadaan Allah ini tidak akan menjadi jawaban yang menyelesaikan permasalahan dan kesulitan kita. Justru di dalam kesulitan jika kita percaya bahwa Allah ada inilah yang membuat kita bisa bertahan di dalam kesulitan. Saudara, mari kita kembali sadar, ditengah-tengah dunia ini, disaat kita mau mengambil keputusan, disaat kita melakukan sesuatu, kunci pertama yang harus diingat ialah Allah ada.
Kunci kedua, kepastian keberadaan Allah bukan hanya untuk dimengerti secara pasif. Ketika Allah berkata, "Aku berdiam di dalam baitKu yang kudus," tidak berarti Allah tidak melakukan apa-apa. Banyak orang salah mengerti Hab 2:20 ketika dikatakan Allah berdiam di dalam baitNya ini bukan gambaran pasif, bukan berarti Allah tidak bertindak. Tetapi ayat ini mau menggambarkan bahwa Allah bertahta di kerajaanNya, Allah berada di dalam baitNya yang kudus itu menggambarkan bahwa Dia sedang bertahta dan berdaulat penuh menjalankan pemerintahanNya. Ini kunci yang menggambarkan bahwa Allah bukan sekedar Allah tetapi Allah yang berinisiatif dan Allah yang berdaulat. Maka jika kita membaca di dalam Hab 2 dan 3 kita akan mendapat kepastian. Disini dikatakan bahwa Tuhan menjamin Habakuk bahwa setiap apa yang Allah katakan pasti terjadi.
Ayat 20 ini menggambarkan bahwa ketika Allah berada di dalam baitNya yang kudus ini bukan menggambarkan kepasifan melainkan justru menggambarkan pemerintahan yang paling berdaulat. Dimana sang Raja akan diam ditahtaNya dan semua yang harus hadir dihadapan Raja. Raja yang sejati akan duduk ditahtaNya lalu semua anak buahNya harus datang, semua raja-raja lain juga harus datang dan bersembah sujud dihadapan Dia. Ini merupakan prinsip dari kedaulatan seorang Raja. Gambaran inilah yang disodorkan oleh Allah kepada Habakuk dengan kalimat, "Berdiam dirilah dihadapanNya."
Ketika Habakuk hatinya sedang bergejolak melihat sitausi yang tidak beres dan dia ingin bertanya, "Tuhan, kapan?" Tuhan berkata, "Aku ada disini." Ini menggambarkan Tuhan tidak bisa diatur, kita yang harus diatur oleh Tuhan. Tuhan berdiri dan diam berinisiatif, bukan kita yang berinisiatif. Disini kiti harus mengerti siapa Tuhan dan siapa kita. Tuhan berdiri di dalam baitNya yang kudus dan Dia berada disana dengan kekuatan penuh. Dan saat itulah Dia tinggal menetapkan kapan Dia akan bertindak dan penetapanNya tidak mungkin gagal. Kedaulatan Allah bersifat final. Saudara ini adalah kunci yang menjadi kekuatan bagi kita untuk mengerti bahwa kita hidup ada dibawah perlindungan Tuhan. Tuhan yang diam di dalam baitNya yang kudus dan Dia bertindak dengan inisiatifNya.
Lalu respon apa yang harus kita berikan? Mungkin kelihatannya seperti pasif tetapi merupakan sikap pro-aktif yang penting sekali. Sikap aktif di dalam kepasifan, ini merupakan satu hal yang unik sekali. Ketika Tuhan mengatakan, "Berdiam dirilah dihadapanKu." Kalimat ini bukan hanya untuk Habakuk tetapi juga buat seluruh bumi. Kalimat ini bukan menggambarkan kepasifan manusia dihadapan Tuhan, melainkan berdiam diri dihadapan Allah yang menuntut suatu semangat aktif yang sangat berat. Kalau kita melihat konteks saat itu, dimana Habakuk sedang meluap-luap dengan kejengkelan dan ketidaksukaan terhadap situasi bangsanya. Habakuk tahu bahwa bangsa ini harus ditindak dan dia sudah sampai dalam kondisi yang tidak sabar lagi. Lalu bertanya, "Tuhan berapa lama lagi?" dengan kata lain Habakuk mau mengatakan mau tunggu kapan lagi Tuhan? Habakuk sudah tidak sabar melihat situasi yang begitu mengerikan. Tetapi justru dalam situasi seperti ini Tuhan berkata, "Berdiam dirilah dihadapanKu." Kalimat ini membutuhkan suatu keaktifan yang luar biasa untuk kita bisa menjalankannya. Justru di dalam kondisi Habakuk yang sedang bergejolak Tuhan justru menghendaki Habakuk diam.
Tuhan menginginkan kita berjalan bukan berdasarkan emosi, kemauan dan perasaan kita. Tetapi Tuhan berkata pembalasan bukan wilayah kita tetapi adalah hak Tuhan. (Roma 12). Untuk menjalankan perintah ini dibutuhkan keaktifan untuk pasif. Ini merupakan sifat pro-aktif. Satu sikap yang dimana kita aktif berdasarkan kerangka yang Tuhan inginkan, tidak menyeleweng dari jalur yang tidak seharusnya. Keaktifan kita bukan keaktifan yang menghancurkan tetapi keaktifan yang berada dalam rel yang tepat. Inilah yang dituntut oleh Tuhan agar kita boleh berjalan secara benar. Cara satu-satunya kembali diam dihadapan Tuhan dan berjalan hanya menurut apa yang Tuhan ingin kita kerjakan.
Seringkali kita terpancing untuk emosi, mau lebih cepat bertindak. Terpancing untuk melakukan hal-hal yang justru diluar jalur yang Tuhan inginkan. Hati-hati! Tuhan mengajar kita untuk tidak menjadi inisiator-inisiator yang keluar dari jalur yang Tuhan inginkan. Tuhan menginginkan jika kita mau kreatif, mau aktif kita harus berada di dalam jalur tuhan. Ini kunci yang tepat. Saudara biarlah ini menjadi kunci yang penting dalam hidup kita sehingga kita tidak melangkahi kedaulatan Tuhan, tidak melangkahi bijaksana Allah dan kita menganggap bahwa kita lebih pintar dari Allah. Biarlah kita mau diam dihadapanNya, taat kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang memimpin kita dan Hab 2:20 itulah kunci yang Tuhan inginkan. Amin!
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)