Ringkasan Khotbah : 11 Oktober 1998

PERJANJIAN KERJA 1

Nats : Efesus 2:1-10 (9-10)

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Efesus 2:9-10 ini menjadi bagian konklusi dan penutup dari Efesus 2:1-10. Banyak orang khususnya dari kalangan Injili berhenti hanya pada ayat 8 yaitu hanya dalam konteks keselamatan yang jawabnya ada di dalam ayat 8. Ini tidak salah, memang kita memerlukan keselamatan namun jika kita hanya berhenti pada ayat 8, ini merupakan kesalahan yang fatal. Tidak heran konsep ini mengakibatkan semua kehidupan gereja, semua pelayanan gereja hanya diarahkan untuk menuju satu titik yaitu bagaimana saya bisa diselamatkan. Akibatnya gereja menjadi lumpuh dan tidak menjalankan apa yang Tuhan mau.

Namun, Alkitab tidak hanya berhenti pada ayat 8 tetapi sampai pada ayat 10. Di dalam Ef 2:10, Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita. Keselamatan bukan titik akhir. Di dalam ayat 9-10 Paulus mulai bermain kata dengan mengatakan kalau kamu diselamatkan jangan sombong itu bukan hasil kerjamu tetapi hasil kerja Allah. Kita dikerjakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Disini kerja dikontraskan bukan kita yang berinisiatif. Tapi kerja kita adalah hasil inisiatif Allah. Setelah itu Tuhan menuntut kita untuk kerja yang baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Penjelasan ini memberikan kepada kita totalitas dari inti panggilan kita sebagai manusia. Berdasarkan konsep ini kita mengerti siapa sebenarnya manusia dan apa maksud Tuhan ketika kita diselamatkan. Jawabnya di dalam theologi reformed dikenal dengan istilah Covenant of work.

Kita diselamatkan bukan titik akhir dari tujuan hidup kita melainkan kita diselamatkan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Inilah misi kerja yang menjadi panggilan Tuhan pada kita. Jadi kita dipanggil untuk bekerja. Konsep ini sudah ada sejak manusia belum jatuh dalam dosa (lihat Kej 2:15) yaitu Tuhan mencipta kita untuk bekerja. Jadi kerja adalah keharusan. Menghentikan orang dari bekerja berarti membuat orang mati. Masalahnya, kerja seperti apa yang harus kita kerjakan? Jawabnya disini kita harus kembali kepada Tuhan tentang kerja.

Apakah kerja? Banyak orang bekerja namun tidak tahu definisi kerja. Alkitab memberikan kita definisi kerja yang sangat baik. Kerja adalah menggenapkan rencana Allah di dalam hidup kita (work is accomplishing God in us). Jadi kerja adalah bagaimana saudara dan saya menggenapkan apa yang Tuhan persiapkan untuk Tuhan kerjakan melalui kita sampai selesai. Pengertian kerja ini sangat mempengaruhi seluruh filosofi kerja kita. Jadi apa pengertian kita tentang kerja itu sangat mempengaruhi bagaimana kita bekerja. Bekerja bukan karena sesuap nasi. Bekerja juga bukan karena uang dan yang terakhir bekerja juga bukan karena tanggung jawab terhadap pekerjaan. Memperbudak diri kepada apa yang ada di bawah kita ini merupakan satu kesalahan yang akhirnya membuat kita hidup stress. Saudara, ketika kita melakukan pemilihan kerja, kita harus mempertimbangkan apa yang harus kita kerjakan dan dengan cara demikian kita tahu bekerja bukan dengan motivasi yang salah tetapi kembali kepada inti yang benar.

Di dalam Efesus 2:9-10 ini Alkitab memberikan kita tiga wawasan yang sangat baik sekali. Pertama, berkenaan dengan True order atau ordo yang tepat. Alkitab mengajarkan bukan kita yang kerja melainkan Allah yang kerja sehingga kita harus reaktif terhadap pekerjaan Allah. Kita hanya mengerjakan apa yang boleh diturunkan oleh Tuhan. Sumber kerja adalah Tuhan, yang menurunkan kerja adalah manusia. Ini perbedaan antara apa yang diajar Allah dengan apa yang diajar dunia dan agama lain. Agama-agama lain mengajar tuhan atau dewanya bereaksi lebih dahulu. Jadi saya beraksi baru tuhan atau dewa bereaksi. Saya bertindak maka tuhan yang menjawab. Contoh misalnya cerita tentang Elia dengan nabi-nabi baal. Juga di Tiongkok Confusius sangat memikirkan hal ini. Confusionisme bukan agama melainkan satu filsafat. Di dalam Confusius asli sangat memikirkan relasi antar manusia. Confusius menegakkan 5 (lima) relasi dan di dalam lima relasi ini seluruhnya berbentuk struktur atas bawah. Confusius mengajarkan bagaimana relasi atas bawah secara tepat walaupun akhirnya Confusius gagal, karena ketika membicarakan relasi relatif ia tidak memiliki acuan mutlak. Bawah ke atas harus taat dan setia. tetapi di dalam praktek antara yang di atas dengan yang di bawah sama secara status. Ini menjadikan kekacauan antara status dan ordo sehingga menimbulkan eksesnya di dalam relasi yaitu selalu terjadi penindasan antara atasan terhadap bawahan. Di dalam sejarah kebudayaan Tiongkok kita melihat selalu sifat ini muncul dimana atasan selalu menekan bawahan. Jika kita hanya mengerti ordo dari sudut relativitas kita akan terjebak ke dalam kerusakan kekacauan pemikiran antara ordo dengan status. Ordo yang sejati adalah melihat bagaimana saya mengaitkan diri dengan Allah. Dimana Allah menjadi sumber dan saya menjadi reaksinya. Cara seperti ini baru membuat kita mempunyai konsep yang tepat untuk kerja. Jika kita bekerja jangan kita berpikir bahwa ini pekerjaanku, ini hasil kerjaku. Semua yang bisa kita kerjakan, kita lakukan itu adalah karena Tuhan yang memberi anugerah. Semua yang ada ditangan kita bukan milik kita. Semua yang kita miliki merupakan anugerah dari Tuhan. Jadi jika kita bisa bekerja dan bisa melayani itu semua adalah anugerah Tuhan. Dan tugas kita adalah menggenapkan apa yang Tuhan mau saya kerjakan.

Kedua bukan hanya true order (ordo yang sejati), tetapi yang kedua Alkitab mengatakan "Kamu harus mengerjakan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya." Beberapa Minggu yang lalu kita sudah membahas tidak ada pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan kita baik secara logika maupun berdasarkan Alkitab. Jika demikian apakah berarti tidak ada pekerjaan baik? Bukankah Alkitab baru saja mengeluarkan istilah pekerjaan baik. Benar, tetapi Alkitab menyatakan kalimat ini pada bagian akhir dari Efesus 2 ini. Pekerjaan baik disini bukan agar kita diselamatkan melainkan sesudah kita diselamatkan. Kalimat "pekerjaan baik" disini menunjukkan ada pekerjaan yang tidak baik. Dan bekerja yang baik bukan berarti menurut kita baik menjadi baik. Tetapi kerja yang baik adalah kerja yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Dia mau supaya kita hidup di dalamnya. Jadi kalau demikian apakah kebajikan yang sejati itu? Baik yang sejati di dalam kerja bukan kita yang menentukan. Kebajikan asli adalah ketika itu ditetapkan oleh Tuhan. Jika Tuhan mengatakan itu pekerjaan baik maka itu pekerjaan baik. Dan yang Tuhan katakan tidak baik itu tidak baik. Ini bukan hanya dalam urusan sekuler melainkan juga bagaimana kita bekerja di dalam pekerjaan Tuhan. Jangan kita pikir kalau kita melayani, melayani itu baik, tidak semua. Baik terdiri dua macam dimana baik yang sejati harus ditentukan oleh Tuhan yang menentukan, kebaikan bukan baik menurut apa yang kita pikir baik. Jika kita mengerjakan apapun menurut rencana, sudut pandang dan acuan dari Tuhan untuk kita bekerja maka itu baru baik. Tetapi kalau kita melihat baik dari sudut pandang kita maka kita akan tertipu. Marilah kita belajar bergumul dihadapan Tuhan untuk mengerti baik yang asli berdasarkan acuan yang sejati.

Ketiga, bukan hanya true order, true goodness tetapi juga true work. Kerja yang sejati. Jika ada kerja yang sejati berarti ada kerja yang tidak sejati. Tuhan menginginkan kita bekerja dengan cara kita kerja adalah bekerja seperti yang Tuhan mau kita bekerja. Baru itu dinamakan mengerjakan pekerjaan Tuhan. Bekerja bukan kerja menurut apa yang kita mau itu bukan kerja yang sejati. Kerja yang sejati adalah menggenapkan apa yang Tuhan mau kita kembali kepada rencana Allah. Barulah kerja kita bisa berjalan secara temporer. Kalau kita bekerja di dalam temporer waktu berdasarkan konsep temporer waktu kita akan rusak. Itu sebabnya konsep temporer waktu harus dikembalikan kepada kekekalan sebagai acuan daripada temporer waktu. Sehingga penggenapan totalitas itu akan terjadi di dalam waktu. Dengan demikian penggenapan daripada rencana dinamika sementara itu kembali bereferensi kepada kekekalan Allah. Maksudnya apa yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya Dia mau menggenapkan itu. Dan penggenapan ini dijalankan di dalam dinamika waktu dan perjalanan di dalam dinamika waktu ini harus kembali kepada rencana kekal Allah. Jika kita bekerja dengan prinsip seperti ini baru seluruh kerja kita mempunyai nilai yang luar biasa indah. Biarlah ketika kita bekerja, pekerjaan itu harus kembali untuk kemuliaan nama Tuhan sehingga waktu kita kerja kita tidak stress. Biarlah waktu kita bekerja kita boleh bertanya: Kerja buat apa? Mau apa? Dan cari apa?

Saudara biarlah kita selalu siap kalau Tuhan memberi kerjaan apa (always keep available). Saya rasa kita perlu belajar semangat ini terus menerus. Tapi jangan cari kerjaan sendiri. Saudara saya mengharapkan setiap kita bisa memikirkan apa yang Tuhan mau. Dan hanya keep available mau mengerjakan apa yang Tuhan perkenankan kita kerjakan. Sejauh yang Tuhan mau kembangkan itu jangan tolak itu harus dikerjakan. Tetapi kalau Tuhan tidak memimpin, tidak perlu cari kerjaan. Kita juga harus cari kerja dengan acuan yang tepat. Sehingga akhirnya kita tidak sibuk untuk hal yang tidak ada artinya. Pertanyaannya adalah terakhir setelah selesai bagaimana? Saya bertanggung jawab semua apa yang Tuhan tanggungjawabkan kepada kita. Menggenapkan pekerjaan baik yang bisa kita genapkan secara total untuk kemuliaan nama Tuhan. Dengan semua hasilnya kembali kepada Tuhan, karena memang itu yang Tuhan suruh. Saudara, mari kita gumulkan kembali seluruh etos kerja kita dan seluruh filsafat kerja kita. Mari kita bereskan sehingga kehidupan kita tidak diganggu oleh hal-hal yang tidak perlu. Biarlah kita boleh bekerja secara tepat dan itu menjadikan kita hidup lebih bernilai. Minggu depan kita akan masuk lagi ke dalam detail tentang kerja supaya ide kita tentang kerja lebih kokoh lagi. Amin!

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)