Ringkasan Khotbah : 01 November 1998
SOLA SCRIPTURA
Teriakan Martin Luther yang begitu keras terjadi 481 tahun yang lalu karena sedih dan marah melihat gereja sudah melecehkan firman Tuhan. Gereja telah menggeser ajaran tentang keselamatan, pertobatan, kelahiran baru, dan penebusan diganti dengan hal yang tidak benar, yaitu dengan membeli surat indulgensia (surat penebusan dosa). Ajaran ini hanya mementingkan keinginan Paus demi untuk membangun Santo Petrus yang hari ini menjadi salah satu obyek pariwisata terbesar di kota Roma. Itu sebabnya Martin Luther berteriak keras agar gereja kembali kepada Alkitab. Hanya kembali kepada Alkitab kita baru bisa mengerti kebenaran dan Alkitab harus menjadi dasar kebenaran.
Pada tahun 1998 ini setelah 481 tahun kemudian, apakah gereja sudah beres? Apakah hari ini gereja sudah sungguh-sungguh kembali kepada Firman ataukah sebaliknya? Hari ini kita melihat, gereja tetap diwarnai oleh ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab dimana banyak orang berteriak reformasi tetapi tidak tahu reformasi itu apa. Mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan dan tidak mempunyai solusi penyelesaian masalah.
Beberapa saat yang lalu saya membaca kembali bagian dari buku "Institutes of the Christian Religion" John Calvin. John Calvin bukanlah seorang yang berpendidikan teologi secara formal. Dia adalah seorang ahli hukum, namun karena cintanya kepada Tuhan membuat dia belajar Firman dan membaca buku-buku teologi mungkin lebih banyak daripada imam yang belajar teologi. Tidak heran, kalau dia bisa menuliskan prinsip iman Kristen yang begitu solid, padat, menyeluruh, dan terintegrasi untuk menjadi pegangan di dalam gerakan reformasi. John Calvin bukan hanya menulis sistematik teologi namun dia juga seorang ekspositor Alkitab yang kuat. Sistematik teologi yang dibuat didasarkan pada eksposisi Alkitab yang ketat dan dia hampir menafsir seluruh kitab dalam Alkitab.
John Calvin, mengapa dia memilih nama John? Saya tidak tahu. Tapi, jika saya membandingkannya dengan membaca Yohanes 1, saya melihat inilah jiwa yang saya rasa ingin dia utarakan di dalam hidupnya. Yohanes waktu menulis kitab Injil dia mulai dengan Firman. Inilah cara Yohanes mengungkapkan otoritas, asal usul dan dasar dari kemungkinan keberadaan. Seluruh keberadaan alam semesta, perkembangan sejarah dan seluruh perkembangan kemungkinan potensi yang ada mulai dengan kata ‘Firman’ (The Word). Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Ini merupakan ayat yang pendek namun mempunyai satu aspek teologis yang begitu solid. Firman ini menjadi dasar atau sumber dari semua keberadaan yang ada di dalamnya. Firman itu mencipta lalu dari ciptaan itu adanya ciptaan kemudian dan itupun dari Firman. Di dalam ayat 3 mengatakan, "Tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Ini berarti ciptaan dan penurunan ciptaan itu kembali kepada firman. Disini kita melihat pentingnya konsep ‘Sola Scriptura.’
Untuk mengerti pentingnya konsep Sola Scriptura mari kita melihat terlebih dahulu titik putar pada tahun 1517 dan kemudian kita melihat ke abad 20. Mengapa tanggal 31 Oktober 1517 harus ada letusan? Untuk menjawab hal ini kita akan meninjau bukan hanya secara teologis namun juga secara historis. Tuhan memperkenankan terjadinya titik putar di dalam sejarah ini merupakan hal yang penting. Mengapa? Karena Tuhan ingin mengembalikan gereja pada tempat yang seharusnya. Jika kita melihat sejarah maka tahun 0 adalah tahun dimana Kristus lahir dan tahun diantara sebelum dan sesudah Kristus lahir itu menjadi titik putar. Jika kita hanya mengerti sampai disini, itu berarti kita baru mengerti fakta tetapi belum mengerti pengertian fakta yang sesungguhnya. Untuk mengerti pengertian fakta disini kita mulai bertanya, "Mengapa Kristus lahir?" Disini kita melihat ada signifikansi yang serius terjadi. Itu bukan kebetulan terjadi tetapi karena Allah melihat sudah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya untuk turun ke dalam dunia untuk menyelesaikan problematika dosa (bnd. Gal 4:4)
Hanya di dalam Kristus kita melihat kebenaran yang sesungguhnya dan bagaimana manusia hidup sebagai manusia. Itu sebabnya tidak ada seorang manusiapun yang boleh dicontoh atau ditiru, karena tidak ada seorangpun yang hidup sempurna kecuali Yesus Kristus. Jadi ini menjadi titik putar di dalam sejarah dimana satu arus yang sudah menyeleweng ditarik kembali kepada jalur yang seharusnya. Itu sebabnya di dalam proses sejarah pada saat gereja sudah mulai menyimpang dari kebenaran, Tuhan menegakkan titik putar kembali gereja kembali kepada jalur yang seharusnya yaitu kembali kepada Alkitab.
Pada abad 15 dan 16 merupakan abad dimana Renaisance atau Humanisme mencapai puncaknya. Sayangnya, mereka menggeser Tuhan dari hidup mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu Tuhan. Manusialah Tuhan atas segala Tuhan. Ini berbeda dengan abad 12 kita melihat misalnya lukisan memakai putaran lingkaran suci, bukan itu saja mereka melukis manusia dengan tangan yang terarah melihat Tuhan. Namun pada masa Renaisance kita melihat bahwa konsep ini didobrak oleh satu lukisan yang terkenal luar biasa yaitu Monalisa atau Madona. Lukisan ini mempunyai pengaruh yang luar biasa karena di dalamnya mempunyai signifikansi sejarah. Ada sesuatu yang mau disampaikan melalui lukisan tersebut. Di dalam lukisan ini Leonardo Da Vinci menggambarkan satu wajah dengan senyuman yang sinis luar biasa. Dengan mata yang melihat ke bawah dan tangannya diarahkan ke bawah. Dengan itu dia ingin mengutarakan, "Mari dunia, tidak perlu lagi melihat ke atas. Mari kita melihat ke bawah."
Ini merupakan ide humanisme yang disodorkan mulai dari Renainsance, lalu Masa Pencerahan, setelah itu Modernisasi, dilanjutkan era Post Modernisasi kemudian masuk ke New Age. Ini semua rentetan sejarah yang ditarik dari satu garis yaitu dari ide humanisme. Di dalam humanisme manusia harus mengutarakan diri, menyelesaikan keinginan diri dan mencapai tujuan diri. Ini gagasan yang bermula dari renaisance. Pada abad 13 dan 14 renainsance sudah mencapai jaman yang disebut high renaisance. High renaisance kira-kira muncul pada abad 13, 14 terus hingga abad 15. Semangat humanisme menguasai semua masyarakat pada saat itu dan orang Kristen termasuk Paus hingga ke bawah sebagian besar hanya bepikir, "Bagaimana saya dapat menikmati hidup, menikmati kejayaan dan memperjuangkan apa yang saya mau?" Semua itu harus diusahakan atau dikerjakan oleh manusia, bukan Tuhan yang rencanakan. Pengaruh humanisme ini membuat orang mulai meninggalkan Firman, tidak heran mulai abad 12, 13, 14, dan 15 gereja menjadi semakin hari semakin gelap, semakin meninggalkan Firman Tuhan. Berita khotbah hanya untuk mencari kepentingan dan kenikmatan diri sendiri.
Di tengah-tengah kondisi seperti ini Tuhan tetap membangkitkan sekelompok orang yang betul-betul setia kepada Firman. Orang-orang ini kemudian dipakai oleh Tuhan untuk mengadakan reformasi. Ini bisa kita lihat sejak zaman PL seperti Nuh, Elia dll. Jadi Di tengah-tengah dunia yang begitu rusak, Tuhan masih menjaga dan memelihara sekelompok kecil anak-anak Tuhan yang setia. Demikian juga pada abad ke-15 ketika dunia sudah rusak, humanisme merajalela dan manusia begitu materialis dan mementingkan diri sendiri termasuk Paus dan bawahannya. Namun kemudian seperti Martin Luther, Calvin, Theodore Beza dll. Tuhan bangkitkan untuk membawa gereja dan dunia kembali melihat kebenaran yang azasi.
Dunia kita selalu mempunyai kecenderungan eksentrik. Semangat yang mau menyeleweng dari kebenaran yang semakin lama semakin aneh. Inilah yang disebut dengan eksentrik. Tidak heran, kalau saudara melihat dunia ini tambah lama tambah nyentrik. Istilah nyentrik ini sebetulnya adalah eksentrik. Mau tampil beda tapi bedanya tambah lama tambah gila secara negatif, keluar dari kebenaran. Celakanya orang seperti ini merasa dialah orang yang harus memimpin Zaman. Di tengah-tengah perjalanan sejarah seperti ini Tuhan memimpin kembali sekelompok kecil orang untuk kembali kepada kebenaran. Ini yang kita sebut sebagai konsentris yaitu semangat untuk kembali kepusat atau keinti kebenaran. Ketika dunia sudah mulai relatif Tuhan memimpin kita kembali kepada kemutlakan yang sejati. Inilah yang diteriakkan oleh reformasi 481 tahun yang lalu.
Pertanyaannya sekarang dimana pusat konsentrisitas kemutlakan kita? Melalui Firman Tuhan. Ini menjadi inti pertama yang harus dikerjakan di dalam kekristenan kita. Yoh 1 mengatakan bahwa semua yang jadi tidak akan jadi jikalau bukan karena Firman. dan Firman inilah terang bagi dunia ini. Begitu terang ada maka kegelapanpun hilang. Yoh 1 hanya terdiri dari satu kalimat pendek namun tuntas untuk menyelesaikan semua problema. Disini Yohanes mau membukakan kepada manusia bahwa tanpa Firman, hidup manusia tidak ada arah dan kita akan hidup di dalam kegelapan, kecuali kita kembali kepada terang. Terang itu adalah Firman. Kembali kepada Firman adalah satu keharusan yang tidak bisa diganggu gugat. Calvin di dalam bukunya memberikan satu tema yang cukup menarik dan ketat, ketika dia mengatakan, "Without scripture we fall into error." Seluruh hidup kita tidak mungkin jalan tanpa referensi yang mutlak. Tanpa kemutlakan kita kehilangan pegangan. Calvin mengatakan, hanya kembali kepada Alkitab kita memiliki pegangan. Kembali kepada Alkitab! Kalimat ini sebelumnya diteriakkan oleh Martin Luther. Ketika Martin Luther meneriakkan itu berarti taruhannya nyawa dan hanya karena pemeliharaan Tuhan maka Martin Luther tidak jadi dibunuh hanya ditangkap kemudian disembunyikan. Martin luther hilang beberapa tahun dan di tengah-tengah persembunyiannya dia menerjemahkan Alkitab bahasa latin ke dalam bahasa Jerman.
Inti reformasi adalah menuntut kita Back to the Scripture. Saat ini kita bisa dengan mudah membeli Alkitab. Tapi jangan lupa, banyak tokoh-tokoh seperti Martin Luther dll yang harus mempertaruhkan nyawanya supaya Alkitab dapat dibaca banyak orang. Misalnya William Tyndall yang akhirnya dibakar hidup-hidup. Sekarang kita mudah mendapatkan Alkitab bahkan kita mungkin memiliki lebih dari satu tapi berapa banyak kita sudah membaca Firman Tuhan tersebut mulai dari Kejadian sampai Wahyu? Saudara, mari kita membaca firman Tuhan dengan semangat kritis sehingga kita tidak mudah untuk ditipu oleh dunia yang berdosa, oleh gerakan-gerakan eksentrik yang sedang melanda kekristenan dan dunia ini. Seberapa jauh kita mempunyai semangat ini? Hari ini, mari kita instrospeksi diri kita dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, aku mau belajar FirmanMu dengan sungguh-sungguh." Maukah Saudara? Amin!
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)