Ringkasan Khotbah : 08 November 1998
posisi orang kafir
Nats : Efesus 2:11-13
Pengkhotbah
: Rev. Sutjipto SubenoDua minggu yang lalu kita sudah membahas seluruh gambaran Ef 2:11-22. Di dalam bagian ini kita melihat jemaat Efesus mengalami dua masalah yang berat yaitu pertama bagaimana mereka tahu bahwa mereka sudah menjadi orang Kristen sejati. Kedua, bagaimana mereka tahu bahwa mereka mempunyai satu kebersamaan di dalam kehidupan berjemaat ketika mereka melayani Tuhan sehingga mereka tidak dianggap sebagai warga kelas dua atau sebagai orang yang tidak mempunyai hak untuk menjadi orang Kristen. Mengapa? Karena pada saat itu terdapat ajaran yang tidak beres yang menyatakan bahwa kekristenan adalah keselamatan plus. Ini merupakan bidat! Apa sebenarnya yang dinamakan bidat adalah ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dimana ketika mengajarkan keselamatan tidak sama seperti yang Alkitab ajarkan. Ini berkaitan dengan Kristologi. Jika pengajaran tersebut mengajarkan kristus yang salah maka injil-nya salah, jika injil-nya salah maka kristus-nya salah. Jika kedua-nya salah maka itu berasal dari roh yang salah. Jadi ajaran dikatakan sesat apabila injil-nya lain, roh-nya lain dan kristus-nya lain. Jika Roh Kudus-nya benar, pasti mengajarkan Injil yang benar dan ini berarti juga Yesus-nya benar. Ini yang Paulus peringatkan secara tegas di dalam II Kor 11:4, bahkan yang Paulus tunjuk sebagai bidat.
Ketika Paulus memberitakan Injil, dibelakangnya selalu ada satu kelompok yang sengaja mengacak-acak apa yang Paulus ajarkan. Ini dapat kita lihat di dalam pelayanan Paulus. Mereka mengajarkan keselamatan plus dimana mereka berprinsip kalau orang Kristen yang sejati, percaya Tuhan Yesus namun juga harus sunat. Dalam surat Galatia, jika kita pelajari maka sempat terjadi keributan yang besar sekali antara Paulus dan Petrus. Pada mulanya mereka sama-sama memberitakan Injil tapi sekarang muncul golongan bidat yang mengajarkan kekristenan plus sunat. Ketika golongan ini datang Petrus goncang karena disatu pihak dia orang Kristen tetapi di lain pihak dia orang Yahudi. Dalam situasi ini Petrus mulai bingung, kemudian dia memisahkan diri dari orang yang tidak bersunat dan bergabung dengan orang bersunat. Sekalipun dia tidak bicara dan tidak mengajar namun melalui tindakannya, Petrus sudah kompromi. Ini mengakibatkan Paulus mengecam Petrus karena bagi Paulus ini masalah yang sangat krusial. Ini adalah inti bidat yang mengajarkan kekristenan adalah kekristenan plus perbuatan, kekristenan plus sunat. Masalah yang mirip seperti ini juga muncul di dalam jemaat Efesus yang mengajarkan menjadi Kristen boleh tetapi perlu di sunat, jika belum berarti belum menjadi orang Kristen yang sah. Mendengar ini Paulus marah, maka di dalam ayat 11 mengatakan, "Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu – sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia." Pada abad 20 ini muncul satu gerakan yang berkembang kembali yang disebut Sionisme. Gerakan ini mau mengembalikan posisi daripada orang Yahudi kembali kepada posisi sentral seperti yang diidekan di dalam PL. Ajaran ini kemudian masuk ke dalam satu garis teologi besar yang disebut ‘Dispensasionalisme’. Dalam ajaran Dispensasionalisme orang Israel hingga hari ini dianggap tetap memiliki satu status istimewa sehingga banyak orang berpikir orang Israel itu luar biasa, umat pilihan Tuhan dan warga negara kelas satu. Ini sebenarnya bukan berbasis teologis melainkan berbasis politis. Dengan konsep ini maka hingga sekarang orang Israel dibela habis-habisan. Mereka tidak tahu bahwa Perjanjian Allah sudah dicabut dan diganti dengan Israel yang baru. Sayangnya hingga hari ini banyak orang Kristen dipengaruhi oleh pemikiran Dispensasionalisme. Mereka mengajarkan umat Israel memiliki posisi khusus, semua harus berpusat pada Israel, semua ajaran dunia harus melihat pergerakan Israel, jika suatu kelak nanti orang Israel sudah berkumpul di Yerusalem itulah tandanya kiamat sudah dekat. Padahal orang Yahudi yang menjadi Kristen kecil sekali persentasenya. Mereka dimana-mana membuat kacau dunia dan mereka hanya mengeruk untuk kepentingan pribadi. Kekuatan mereka untuk menginjili kecil sekali dan justru mayoritas bukan orang Kristen.
Selanjutnya kita kembali ke Ef 2:11 dimana dalam ayat ini kita melihat, pertama Paulus menggunakan kata, "Karena itu ingatlah…," Kata ini penting sekali karena ini menjadi tekanan di dalam Ef 2:11. Apa yang harus diingat? Kita harus ingat bahwa pertobatan kita adalah kembali kepada Kristus. Ini ide utama yang harus ada di kepala kita. Di dalam ayat ini ingatlah itu menjadi kata perintah yang dengan penekanan keras. Disini kata ingat seperti orang yang melamun lalu disadarkan "hai ingat." Ingat kamu sudah bertobat, kamu sudah diselamatkan oleh darah Yesus. Dan Paulus ingin mengatakan di dalam ayat ini, ingat mereka boleh menuduh engkau seperti itu. Waktu itu engkau tanpa Kristus memang tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Tanpa harapan, tanpa Allah di dalam dunia tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu jauh sudah menjadi dekat oleh darah Yesus.
Kalau begitu apa yang menjadi kekuatan kita ketika kita boleh menjadi anak Tuhan? Kita tidak lagi dibedakan secara status. Alkitab mengatakan secara ordo ‘ya’ penginjilan di mulai dari Yerusalem kemudian ke Samaria lalu ke ujung bumi. Pemberitaan Injil selalu dimulai dari mulai orang Yahudi baru orang non-Yahudi. Namun secara urutan tidak berarti secara status, karena kamu menjadi hamba kebenaran. Jadi secara status, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, baik tuan maupun hamba, baik laki-laki maupun wanita kita semua sama di dalam Kristus. Kita telah ditebus oleh darah Kristus itu yang menjadikan kita masuk ke dalam satu kewargaan. Kewargaan disini menggunakan kata ‘politik’. Dari kata ini kemudian masuk istilah politik yaitu masuk ke dalam satu konsep kesatuan di dalam satu polis – satu warganegara. Waktu itu satu negara adalah satu kota jadi mereka menggunakan istilah polis. Satu polis ini menjadi satu keutuhan, satu kesatuan yang tidak dibedakan. Inilah konsep warga negara yang pertama. Di dalam Alkitab bahasa Indonesia memakai kata kewargaan Israel. Istilah itu berarti menjadi satu warga di dalam Kristus, karena kita sudah ditebus oleh darah Kristus. Ini seharusnya menjadikan kita mempunyai kekuatan. Karena disatu sisi Tuhan tidak menyayangkan carang yang asli dipotong kemudian diganti dengan carang yang lain. Ini adalah anugerah yang begitu besar. Disatu pihak itu menunjukkan satu keminderan tetapi di lain pihak membuktikan kebesaran anugerah. Ini paradoks yang juga membuat kita tidak sombong. Kekristenan menegaskan adanya satu anugerah yang begitu besar yang telah diberikan kepada semua umat pilihan tanpa pandang siapa kita, apa suku kita, warna kulit, pria atau wanita dsb. Kita dikumpulkan untuk menjadi umat Allah.
Kedua, mereka mengatakan waktu kita menjadi orang Kristen memang betul kita jadi orang Kristen tetapi plus hukum Taurat. Disini bagaimana kita berhak menyebut diri kita orang Kristen? Mereka mengatakan orang Kristen bukan hanya anugerah melainkan juga harus melakukan hukum Taurat dengan tepat. Maka baru engkau menjadi orang Kristen. Tetapi di lain sisi ada orang yang mengatakan jika kita menjadi orang Kristen kita tidak perlu menjalankan hukum Taurat. Jika demikian menjadi orang Kristen boleh hidup berbuat dosa. Jika demikian bagaimana saya menjadi orang Kristen? Kristen plus hukum Taurat atau kekristenan tanpa hukum taurat. Di dalam Ef 2:15, "Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera." Untuk menciptakan keduanya maksudnya dua golongan Yahudi dan non-Yahudi ini menjadi satu manusia baru di dalam dirinya. Dengan itu ia menciptakan damai sejahtera. Disini Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa kuasa hukum Taurat telah dibatalkan. Ini tidak berarti hukum Tauratnya yang ditiadakan, melainkan kuasa hukum Taurat yang membelenggu, yang membuat keselamatan saya tergantung pada hukum Taurat, ini ditiadakan oleh penebusan darah Kristus. Jika demikian, apa bedanya pengaruh antara hukum Taurat sebagai kekristenan plus dengan tidak boleh kita mengabaikan hukum Taurat. Dua hal ini perbedaannya kelihatan sangat tipis tapi sangat menentukan. Orang Kristen yang sudah diselamatkan tidak boleh sembarangan hidup. Dasarnya adalah hukum kasih. Dan kalau demikian orang Kristen harus menjalankan hukum Taurat? Maka jawabnya, ‘ya’ dan ‘tidak.’
Secara logika, saya diselamatkan oleh darah Kristus, maka selanjutnya saya tidak boleh hidup sembarangan, sehingga hal itu berarti kita hidup harus mengikuti Alkitab yang berarti juga hukum Taurat. Namun kalau kita harus menjalankan hukum Taurat bukan berarti bahwa keselamatan harus percaya kepada Kristus plus melakukan hukum Taurat. Menurut logika harusnya memang benar namun hal itu tidak benar, karena keselamatan mutlak hanya oleh anugerah. Tetapi mengapa kita menjalankan hukum Taurat? Hal itu bukanlah karena kuasa hukum Taurat yang mencengkeram kita tetapi justru kebebasan kebenaran yang ada di dalam diri kita untuk menjalankan hukum Taurat. Jadi dimana perbedaannya? Paulus mengatakan barang siapa berada di dalam Kristus dia dimerdekakan dari belenggu hukum Taurat. Jadi, saya yang ada di dalam Kristus melakukan hukum Taurat bukan karena diancam oleh hukum Taurat melainkan karena saya anak Tuhan yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran yang Tuhan berikan kepada saya sinkron dengan kebenaran yang Tuhan berikan di dalam dirinya. Itu berarti menjadikan hukum Taurat menjadi hukum yang Allah berikan berdasarkan kebenarannya yang sekarang juga menjadi kebenaran saya. Hukum yang Allah wariskan kepada kita bukan untuk membelenggu kita melainkan ini menjadi manisfestasi dari sifat kita. Hukum yang sejati adalah Hukum yang merupakan manifestasi kebenaran yang ada di dalam diri kita, baru kita menjadi pelaksana hukum. Kekristenan diselamatkan mutlak karena anugerah sedangkan saya menjalankan hukum karena itulah manifestasi kebenaran Allah yang sudah diturunkan kepada saya un tuk saya lakukan.
Mari kita taat kepada Tuhan dan selanjutnya manifestasi hidup kita berjalan sesuai dengan ketaatan kita kepada firman. Melayani karena manifestasi kebenaran adalah indah sekali dan saya rindu setiap kita bisa bebas menjadi seorang Kristen yang benar. Amin!
?(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)