Ringkasan Khotbah : 20 Desember 1998
Credible servant of God
Nats : Efesus 3:3-4; I Pet 3:15
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Dewasa ini pengaruh subyektivisme yang ditiupkan oleh posmodern yang kemudian masuk ke dalam monistik telah menggeser kebenaran absolut sehingga menjadi kebenaran subyektif. Paulus di dalam Efesus 3 mengatakan, "Yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui daripadanya pengertianku akan rahasia Kristus." Dalam bagian ini Paulus menegaskan bahwa ketika dia menuliskan berita yang ditulis di atas, jemaat mengerti bahwa itu justru menyatakan bahwa Allah sudah menyatakan satu rahasia kepada Paulus sebagaimana yang sudah dibukakan kepada kita. Ketika itu dibuka kepada jemaat Efesus membuat mereka bisa melihat dan bisa mengujinya.

Disini yang ingin digambarkan adalah ketika Firman diberikan, Firman itu menuntut pertanggungjawaban dari penerimanya tetapi Firman tersebut ketika diberikan dia juga memberikan pertanggungjawaban. Disini Paulus tidak memberi peluang kepada setiap orang untuk memberitakan Firman yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Paulus mengatakan ketika dia memberitakan kebenaran maka kebenaran tersebut dapat diuji. Di dalam I Pet 3:15, Petrus mengatakan dengan kalimat yang berbeda namun dengan konsep yang sama. Petrus mengatakan kepada jemaat yang tersebar di seluruh Asia Kecil yang pertama untuk menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan dan kedua, siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. Dengan kata lain, Petrus mau menegaskan kepada jemaat yang berada di tempat yang tersebar jika mereka mau memberitakan iman Kristen maka mereka harus siap sedia kapanpun untuk memberi pertanggunganjawab. Iman Kristen adalah iman yang dapat dipertanggungjawabkan bahkan membuka diri untuk dipertanggungjawabkan. Ketika Petrus mengatakan kalimat ini dia melihat banyak orang-orang Kristen yang berani memberitakan sesuatu tetapi tidak bersedia diuji. Ini sangat berlawanan dengan Firman. Sumber kebenaran tidak pernah takut di uji oleh siapapun dan kapanpun karena kebenaran semakin di uji semakin bersinar keluar.

Itu sebabnya untuk menjadi hamba Tuhan yang memiliki kredibilitas dia harus berani di uji. Alkitab menuntut demikian. Baik surat Efesus maupun surat Petrus kedua-duanya ditujukan bukan kepada pendeta tetapi kepada jemaat. Jemaat Efesus adalah orang Kristen baru yang bukan Yahudi. Jika Tuhan Allah semesta alam berani menyatakan kebenaranNya dan bersedia di uji bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan dan anak anak Tuhan? Setiap kita harus juga berani di uji. Ini adalah sesuatu yang harus di pertanggungjawabkan. Paulus mengatakan, waktu saya menerima wahyu daripada Tuhan, itu rahasia yang dibukakan dan saya tulis kepada kamu. Dan setelah dia tulis dia mengatakan silahkan uji, apakah setelah engkau membacanya engkau melihat pengertian yang mendalam kepada rahasia Kristus. Tapi semuanya ini bukanlah hanya untuk hamba Tuhan seperti Paulus dan Petrus. Ketika Paulus dan Petrus menulis surat, mereka tujukan kepada jemaat biasa dan memang setiap kita harus bertanggungjawab terhadap iman yang kita pegang.

Bagaimana kita menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab? Pertama dari wahyu. Di dalam Efesus 3 setiap hamba Tuhan atau setiap anak Tuhan yang bertanggungjawab dia menyumberkan semua berita dari wahyu Tuhan. Dengan kata lain orang ini harus mengakui secara berdaulat bahwa Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran dan dia bisa memberikan pertanggungan jawab. Paulus sadar bahwa kebenaran yang dia miliki bersumber dari wahyu Allah. Memang ketika Paulus dan Petrus hidup, Kitab Suci PB belum tertulis lengkap dan yang ada baru PL, maka pada saat itu Paulus dan Petrus masih dipakai Tuhan untuk menuliskan wahyu Tuhan sampai seluruh sejarah pewahyuan selesai, yang bersifat kesatuan dimana setiap bagian berhak untuk di uji. Wahyu inilah yang menjadi pegangan yang berhak memberikan kepada kita pertanggungjawaban dan sekaligus minta dipertanggungjawabkan. Jadi kunci pertama, Paulus tidak pernah memberitakan kebenaran dari dirinya sendiri. Dia memberitakan itu dari Firman Tuhan yang menjadi patokan yang berhak untuk di uji. Jadi sebagai orang Kristen kita memberikan jawaban itu bukan rekayasa pikiran tetapi itu mutlak berdasarkan wahyu yang Tuhan berikan.

Kedua, bagaimana kita dapat menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab (credible). Di dalam ayat 4 ini bukan hanya sekedar wahyu melainkan bagaimana ketika saya menyatakan itu engkau bisa menguji pengertianku akan firman. Artinya waktu kita memberitakan firman seberapa jauh saya mendalami firman dan memberitakan itu dalam pertanggungjawaban firman. Firman adalah firman tetapi ketika saya mengerti firman bisa salah. Disini artinya kita memberikan bukan sekedar jawab tetapi mempertanggungjawabkan jawab. Jadi disini bukan sekedar memberitakan firman tetapi ada kondensasi dari pengertian firman yang mendalam, artinya setiap kita dituntut untuk studi dan baik-baik belajar firman bukan hanya menyentuh kulitnya saja. Di dalam Ef 3:4 Paulus menuntut setiap jemaat membaca, setelah membaca orang akan tahu orang ini betul-betul mengerti firman dan dalam pengertiannya. Jika kekristenan memiliki bobot seperti ini orang Kristen tidak mudah jatuh di dalam berbagai kekacauan pikiran. Biarlah rencana Tuhan digenapkan dan ini baru bisa jika dimulai dengan pengertian firman yang mendalam yang berani dipertanggungjawabkan dihadapan orang.

Ketiga, Alkitab juga menuntut integritas kehidupan. Jemaat Efesus adalah jemaat yang baru menjadi Kristen dan Paulus menegaskan serta menuntut agar jemaat betul-betul menjalankan panggilannya. Jemaat Efesus adalah jemaat yang bukan berlatar belakang Yahudi, mereka oleh orang-orang Yahudi disebut sebagai kafir dan terbuang di tengah-tengah jaman namun sekarang dipanggil untuk menjalankan misi Tuhan mempertanggungjawabkan panggilan yang Tuhan berikan kepada mereka. Dan jemaat Efesus ada di tengah-tengah kota yang memiliki semangat materialis, hedonis dan pusat penyembahan berhala Dewi Diana. Di kota ini ada kuil Dewi Diana yang besar sekali dan di dalamnya ada pelacuran suci. Ini menunjukkan betapa berdosa dan rusaknya moralitas mereka. Di kota seperti inilah jemaat Efesus ada dan Paulus menuntut mereka untuk bertanggungjawab atas iman yang mereka percaya. Dan mereka harus menerima panggilan untuk hidup sesuai dengan panggilan yang diberikan kepada mereka. Jadi disini kekristenan bukan hanya pengertian terhadap wahyu, juga bukan hanya pengertian terhadap kedalaman firman melainkan juga bagaimana pengertian firman tersebut teraplikasi dalam hidup mereka. Sehubungan dengan hal ini Paulus memberikan kepada kita panggilan yang jelas sekali seperti yang tertulis dalam I Kor 11:1 yang mengatakan, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Dua kalimat ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipotong. Jika dipotong, ini sangat berbahaya sekali karena kita bisa menjadi berhala. Kalimat ini mau mengungkapkan kepada kita bahwa Paulus berani mempertanggungjawabkan sesuatu dengan tingkah lakunya dengan apa yang firman tuntut bagi dia. Ini tidak berarti Paulus sempurna tetapi ayat ini mau menunjukkan bahwa semangat menjadi teladan menjadi proses yang terus menerus terjadi dalam hidup kita. Panggilan ini seharusnya menjadi panggilan setiap orang Kristen. Ayat ini juga membuktikan kepada kita bahwa pertanggungjawaban bukan cuma secara logika atau intelektual, juga bukan hanya kedalaman secara pengalaman diri di dalam Kristus melainkan itu juga termanifestasi di dalam hidup yang integral. Satu integritas antara kebenaran dengan kebenaran yang kita jalankan. Disini berarti ada satu tuntutan bertumbuh sehingga setiap saat orang dapat melihat bagaimana saya hidup secara transparan dan terus belajar berproses dan bagaimana kita hidup menjadi teladan. Ini menjadi tuntutan bukan hanya hamba Tuhan tetapi setiap orang Kristen. Memang tidak ada satupun di antara kita yang sempurna namun semangat untuk menyenangkan hati Tuhan ada di dalam hidup kita.

Biarlah ini menjadi beban dan kerinduan kita karena Tuhan sudah menyentuh kita, menebus, mengasihi kita dan Dia yang sudah sungguh-sungguh menyatakan kita sebagai sahabat. Inilah yang mendorong kita untuk menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab dan bisa mempertanggungjawabkan bukan secara membabi buta melainkan berdasarkan wahyu, pengertian yang mendalam serta integritas di dalam hidup kita sehingga kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Saya harap kita memiliki semangat untuk terus belajar firman dengan giat dan menggumulkannya di dalam hidup kita sehingga firman Tuhan tersebut dapat teraplikasi dalam hidup kita. Saya harap kita bisa dipakai oleh Tuhan untuk menjadi jawaban bagi tahun yang akan datang. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)