Ringkasan Khotbah : 07 Februari 1999 (Perjamuan Kudus)
Kebutuhan yang terabaikan
Nats : I Korintus 1:18
Pengkhotbah
: Rev. Sutjipto subenoDewasa ini kita melihat dunia kita sudah kehilangan pengharapan. Semua yang dihasilkan dan dibangga-banggakan oleh dunia terbukti semua itu tidak ada apa-apanya. Di tengah situasi seperti ini Paulus dalam suratnya I Kor 1:18 mengatakan, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." Bagi dunia, berita tentang salib ditertawakan dan dianggap kebodohan karena menurut mereka, "Bagaimana mungkin di tengah dunia ini, ada orang yang rela berkorban untuk menebus dosa orang lain?" Bagi mereka itu tidak masuk akal. Orang berdosa tidak pernah mungkin mengerti apa artinya dosa, dampak dari dosa, pengertian dan essensi dosa. Manusia berdosa tidak mungkin mengerti bagaimana cara lepas dari dosa. Bahkan manusia berdosa tidak mengerti apa artinya cinta kasih yang bisa menolong manusia keluar dari dosa. Akibatnya semua yang Allah kerjakan bagi manusia dianggap menjadi satu kebodohan yang tidak bisa dimengerti sama sekali oleh dunia. Dunia mentertawakan berita Injil tentang salib dan bagi Paulus itu dapat dimengerti karena dunia mempunyai cara hidupnya sendiri.
Tapi, abad 20 ini menunjukkan, semua yang sudah dicapai oleh manusia hanya berhenti di dalam aspek kegagalan yang begitu fatal. Setiap orang ketika meninggalkan kebenaran, mereka bukan melihat kebenaran yang sejati namun justru melihat kebenaran yang palsu. Disini kita melihat dua aspek: Pertama, mengapa orang dunia menganggap bahwa berita salib atau Firman salib menjadi kebodohan? Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran dan pengharapan mereka? Apalagi di tengah-tengah kebudayaan tinggi orang men-jadi sulit mengenal kebenaran. Jawabnya, karena mereka merasa begitu sombong, merasa diri mereka mampu dan mereka membanggakan diri. Mereka lupa bahwa mereka hanya mengembangkan satu kreasi turunan dari Pencipta yang berkreasi asli yang menciptakan satu kreasi yang bisa berkreatifitas. Waktu kreatifitas turunan ini memutlakan diri disini dia sudah membuang kreatif kreator yang asli. Inilah yang membuat manusia lupa akan Tuhan. Pada waktu manusia menganggap dialah kemutlakan sejati, ini yang menjadikan dia gagal mengenal kemutlakan yang sejati seharusnya. Kemutlakan semu telah menggantikan kemutlakan yang sejati. Inilah essensi dosa yang paling mengerikan.
Tapi mengapa ini dianggap sebagai kebodohan? Karena pada hakekatnya dunia tidak sadar bahwa dia yang bodoh dan ini yang tidak dimengerti oleh orang dunia. Jadi pada saat orang yang sebetulnya bodoh lalu menganggap sesuatu bodoh mungkin sekali itu justru dia yang bodoh. Disini Paulus membukakan rahasia, ketika manusia berdosa memutlakan diri dan mulai meninggikan diri pada saat itulah mereka gagal mengerti kebenaran.
Itu sebabnya pada waktu firman Tuhan mengatakan kembalilah pada firman salib, kalimat ini menjadi satu kalimat inti yang menetapkan dan memisahkan manusia menjadi dua bagian. Jadi pada saat seseorang berespon kepada firman salib disitulah titik dimana menentukan orang tersebut bijak atau tidak bijak. Pada waktu orang dunia membanggakan kemampuan mereka, namun akhirnya yang terjadi mereka akan hancur di dalam potensi mereka sendiri. Tidak heran, akibatnya begitu banyak anak-anak muda yang hidup tidak tahu mau kemana. Tapi mereka tidak sadar kalau mereka sedang melakukan segala sesuatu yang akan membinasakan diri mereka sendiri. Secara pendidikan mereka mungkin master atau doktor. Tapi mengapa mereka menjadi bodoh? Karena dunia kita ini sudah kehilangan makna hidup sehingga banyak orang hidup tidak tahu mengapa mereka hidup? Mereka sudah kehilangan yang paling penting dalam hidup mereka dan mereka tidak mempunyai jawaban untuk itu. Mereka menganggap satu kebodohan ketika Tuhan menawarkan firman salib.
Lalu mengapa Paulus mengatakan, "Bagi kita yang diselamatkan pemberitaan salib adalah kekuatan Allah?" Bagi mereka yang tidak diselamatkan firman salib merupakan kebodohan tapi bagi kita yang diselamatkan firman salib adalah kekuatan Allah. Itu sebabnya dalam I Korintus dikatakan, "Memang yang bodoh dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan yang pintar." Kalimat ini merupakan kalimat sindiran yang luar biasa dari Paulus. Paulus bukan orang bodoh, dia adalah orang yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Dia seorang ahli filsafat, teologi, dan seorang yang begitu cermat dan mempertimbangkan segala sesuatu. Secara literatur jika kita membaca surat Paulus kita akan kagum karena Paulus adalah orang yang begitu luar biasa akurat dalam menggunakan kosa kata. Paulus bisa memilih kata yang tepat dengan tata bahasa yang akurat jauh lebih akurat daripada tulisan Yohanes, Petrus, dan tulisan rasul yang lain yang dipakai oleh Tuhan untuk menulis Alkitab. Kita bisa membandingkan karya Paulus dengan karya literatur-literatur pada jaman itu. Tulisan-tulisan Paulus tidak kalah secara literatur dalam penggunaan kalimat, tenses, tata bahasa, dan kosa katanya begitu tepat, begitu akurat, begitu rapi dan begitu indah kalau dibaca. Juga di dalam filosofi Paulus memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi waktu dia bicara kepada jemaat di Korintus dia mengatakan, "Biar orang bodoh ini dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan orang pintar." Ketika kalimat ini diucapkan oleh Paulus saudara mengerti sendiri yang pintar yang mana yang bodoh yang mana. Ini merupakan satu paradoks yang kita perlu mengerti secara tepat.
Kedua, mengapa Paulus mengatakan, "Orang bodoh melihat firman salib sebagai satu kebodohan? Bagi orang dunia yang akan binasa mereka hanya melihat salib sebagai satu kebodohan tetapi justru bagi kami itu kekuatan Allah yang luar biasa. Pada waktu Paulus mengatakan, "Kembalilah kepada firman salib karena firman salib itulah yang menjadi kekuatan bagiku." Kalimat ini menjadi kalimat yang luar biasa. Calvin menyoroti ayat ini secara khusus di dalam bukunya "Institutes of The Christian Religion" jilib III pasal 3 yang mengatakan, "Prinsip kekuatan Allah daripada firman salib itu menjadi satu pengertian yang harus dipisahkan." Waktu Calvin melihat apa yang diucapkan oleh Paulus ini, dia melihat ayat ini menjadi ayat yang sangat unik di dalam semua pemaparan Paulus yang baik. Calvin melihat pertobatan (repentance) itu harus dilihat dari dua segi. Di satu segi adalah dari segi hukum yang disebut Legal Repantance yaitu pertobatan sebagai hasil daripada pengampunan yang Tuhan berikan kepada kita secara hukum. Ketika saya berhadap an dengan salib maka salib merupakan penyelesaian hukum terhadap dosa saya karena Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Maka tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada saya digantikan oleh Tuhan Yesus itu adalah legal repantance. Saya diselamatkan karena secara hukum ada orang yang menggantikan hukuman saya. Paulus melihat dalam ayat ini sebetulnya aspek hukum itu cuma menjadi satu aspek saja. Jadi kalau kita hanya berhenti pada aspek ini saja maka kita akan mengalami kesulitan yang luar biasa besar untuk mengerti pertobatan yang sesungguhnya. Itu sebabnya Calvin melihat Paulus mengungkapkan satu aspek lain daripada pertobatan yang oleh Calvin disebut dengan Evangelical Repantance (pertobatan injili). Ini merupakan istilah yang khusus dipakai oleh Calvin. Ketika Calvin menggunakan kalimat ini ia melihat, pada waktu seseorang melihat firman salib maka disitu ada tuntutan satu respon terhadap anugerah yang disebut oleh dia Evangelical Repantance. Bagi Calvin, disini Paulus mengungkapkan satu aspek yang unik luar biasa. Ini merupakan satu pertobatan yang sungguh-sungguh karena kita mengerti isi injil dan aspek perasaan injil yang sesungguhnya yiatu bagaimana saya berespon terhadap anugerah Tuhan kepada kita. Tuhan Yesus mati di kayu salib bisa kita baca di dalam sebuah buku tetapi bagaimana seseorang mengalami pertobatan sejati bukan cuma sekedar fakta sejarah atau kita baca dari buku namun bagaimana secara pribadi kita berespon terhadap anugerah yang Tuhan Yesus lakukan terhadap saya. Ini yang dikatakan Calvin sebagai evangelical repantance, bertobat karena sadar ini adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Tanpa anugerah kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus lakukan. Hanya seseorang yang disentuh oleh Allah bisa mengerti betapa besar Tuhan sudah berkorban. Respon terhadap anugerah yang Tuhan berikan kepada kita itulah yang menjadikan kita berubah. Itu justru menjadi satu dunamos, satu kekuatan seperti dinamit yang besar sekali yang membuat kita bertahan menerobos di tengah-tengah jaman yang gelap ini. Orang Kristen melihat dunia ini begitu gelap namun setelah pintu dibuka kita melihat anugerah yang Tuhan berikan begitu cerah dibelakang. Pengharapan Kristen adalah pengharapan yang memberikan selalu kekuatan untuk menerobos keluar. Itu alasan Paulus bukan mengkontraskan antara kebodohan dengan kepintaran. Orang dunia melihat firman salib menjadi kebodohan tetapi orang percaya melihat itu sebagai satu kekuatan. Jadi kebodohan yang dianggap oleh dunia dikontraskan dengan kekuatan daripada Allah yang diberikan kepada kita sebagai orang percaya. Saudara, di tengah-tengah dunia seperti sekarang ini yang kita butuhkan adalah dunamos, yaitu satu kekuatan Allah yang menolong kita untuk menerobos. Orang-orang dunia ingin merombak dunia, mau memperbaharui dunia, dan mau menjadikan dunia bahagia. Tapi akhirnya cuma berhenti dalam satu keputusasaan (hopeless).
Orang Kristen tidak dipanggil untuk merubah dunia ini menjadi dunia yang tidak ada dosanya atau berubah jauh menjadi lebih baik. II Timotius 3 mengatakan tidak. Orang Kristen adalah orang yang riil mengerti dunia. Kita dipanggil oleh Tuhan bukan untuk membuat dunia ini berubah arah tetapi Tuhan memanggil kita untuk menjadi saksi supaya dunia lebih mengerti kebenaran di tengah ketidakbenaran yang sedang menerpa dunia. Tuhan Yesus berkata kamu ada di dunia seperti domba di tengah-tengah serigala. Alkitab mengajarkan dunia ini makin lama makin jahat, makin mengerikan, semakin hancur. Dunia sedang menuju ke neraka dan itu tidak bisa dihambat. Tapi bagaimana orang Kristen bisa berjalan di tengah-tengah itu, ini yang saya harapkan boleh terejadi dalam hidup kita.
Mari kita belajar menjadi orang Kristen yang bisa menjadi saksi di tengah dunia. Kita perlu berdoa agar orang Kristen memiliki kekuatan Allah yang memampukan kita untuk menerobos di tengah-tengah jaman. Dengan demikian orang Kristen dapat berperan di tengah-tengah dunia ini. Apalagi di tengah-tengah situasi seperti saat ini saya mau setiap kita memiliki kekuatan untuk menerobos sehingga kita dapat berespon menjalankan rencana Allah dan menjadi saksi di tengah dunia ini. Kiranya Tuhan memakai kita. Amin!
?(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)