Ringkasan Khotbah : 21 Maret 1999
Tuntutan Kasih
Nats : Efesus 3:18-19; Why 2:4-5
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

 

Di dalam bagian ini, Paulus menyadari akan bahaya yang besar jika kita membicarakan kemuliaan, tetapi tidak diimbangi dengan aspek kedua yaitu perlunya kasih Allah yang sesungguhnya yang diam di dalam hati kita. Bagi Paulus, aspek cinta kasih ini merupakan satu aspek yang tidak bisa diganggu gugat oleh sebab itu setelah Paulus membicarakan aspek kemuliaan maka selanjutnya dia membicarakan aspek cinta kasih. Pada bagian sebelumnya, Paulus berdoa agar jemaat dapat mengerti kemuliaan Allah akan melimpahi mereka, supaya mereka dapat mengerti dan memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus. Ini merupakan hal yang begitu serius!

Di dalam perjalanan dan pergumulan jemaat, membuktikan betapa seriusnya apa yang diungkapkan oleh Paulus berkenaan dengan ayat-ayat ini. Dia melihat, bahaya sekali jika jemaat Efesus yang setia, yang hidup memuliakan Tuhan tetapi gagal meraih aspek yang paling penting di dalam kehidupan iman yaitu cinta kasih. Berikut ini kita akan membandingkan ayat-ayat yang kita baca dengan Wahyu 2:4-5. Dalam Why 2:4-5 ini mengungkapkan kondisi jemaat Efesus di kemudian hari dimana mereka merupakan jemaat yang sangat tekun, setia, serius, bahkan menjaga ajaran dengan setia. Tuhan Yesus tahu akan hal-hal positif yang ada di tengah-tengah jemaat Efesus (ay 3) namun Tuhan juga tahu akan kelemahan mereka. Itu sebabnya di dalam ay 4-5 dikatakan, "Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, aku akan datang kepadamu dan aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Kalimat ini bukan tanpa alasan. Tuntutan ini merupakan tuntutan yang serius dan bukan hanya sampai pada tuntutan saja, bahkan Tuhan mengancam jika jemaat Efesus tidak kembali pada kasih yang semula maka Tuhan akan datang dan akan mengambil lampu dian dari tempatnya.

Bagaimana dengan Gereja Reformed? Gereja Reformed adalah Gereja yang mau belajar firman tetapi tatkala Gereja mau mengerti firman, bahkan berkorban betul-betul, mau solid di dalam ajaran namun jangan lupa kita juga bisa jatuh dalam problem yang sama dengan jemaat Efesus. Kita dapat menjadi orang yang mengerti firman Tuhan dengan baik, mengerti ajaran yang benar bahkan bertekun di dalam pengajaran yang ketat tetapi kita bisa memiliki kondisi yang kropos di dalam kasih yang semula. Firman Tuhan mengatakan kepada kita, jika kita tidak kembali kepada kasih yang semula maka Tuhan akan mencabut kaki dian yang ada di depan kita.

Itu sebabnya betapa berbahayanya jika kita sebagai anak-anak Tuhan kehilangan kasih yang semula. Jika cinta kasih yang seharusnya memancar di tengah-tengah dunia ini dari anak-anak Tuhan, namun kasih itu sudah hilang, betapa keringnya dunia ini. Disaat kasih sudah hilang maka disana akan muncul kesombongan, dingin, beku dan tidak ada lagi perasaan mau mengerti seseorang apalagi mengasihi orang yang tidak mengerti kita. Paulus sadar ini bahaya besar yang dihadapi jemaat Efesus. Jikalau jemaat Efesus tekun belajar dan juga taat kepada Firman namun mereka tidak memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya, dan dalamnya kasih Kristus, mereka akan mengalami kesulitan luar biasa dan mengerikan dihadapan Tuhan.

Saudara, hari ini kita mencoba merenungkan mengapa Tuhan begitu keras menegaskan perlunya tuntutan cinta kasih yang sesungguhnya muncul di dalam diri kita sebagai anak-anak Tuhan. Pertama, karena kasih merupakan dasar utama seluruh pengajaran Alkitab dan pengajaran Firman. Apa artinya kita bisa melakukan semua hal jika kasih tidak ada. Di dalam Matius 22:34-40 Tuhan Yesus mengatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."’ Itu sebabnya jika kita mengatakan kita menguasai semua ajaran iman Kristen tapi justru kita kehilangan inti yang paling utama maka semua yang kita miliki dan semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali. Berapa banyakkah dalam pertumbuhan iman, kasih kita telah luntur, makin lama makin hilang sehingga kita tidak mampu lagi mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh dan juga mencintai sesama kita. Kita hanya memikirkan diri kita, kesibukan kita, orientasi hidup kita hanya berpusat pada diri. Jadi tidak berlebihan jika Tuhan mengatakan, "Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan!"

Kedua, kasih adalah kasih yang merupakan pribadi daripada Allah sendiri. I Yoh 4:16 mengatakan, "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih dan barang siapa tetap berada di dalam kasih ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." Disini adanya cinta kasih menjadi bukti relasi antara saya dengan diri Tuhan Allah sendiri dan juga menunjukkan adanya kesungguhan saya berpaut dengan pribadiNya cinta kasih itu sendiri. Saudara, Allah bukan memiliki kasih tetapi Allah adalah kasih. Ini merupakan sifat teragung yang mungkin ada di seluruh alam semesta. Tidak ada sifat yang lebih agung daripada cinta kasih Allah. Itu sebabnya jika dunia kehilangan kasih maka dunia telah kehilangan segala sesuatu dan kasih hanya terpancar ketika kita boleh bersatu dengan pemilik diriNya kasih itu sendiri maka kita baru bisa menikmati cinta kasih yang sesungguhnya. Jika kita ada di dalam Dia dan Dia ada di dalam kita maka kasih itu akan terpancar melalui hidup kita, disinilah kasih baru menjadi realita yang konkrit bukan sekedar perkataan belaka. Jikalau kasih Tuhan sudah tidak terpancar lagi melalui hidup kita sehingga tidak dirasakan oleh dunia ini maka Tuhan menuntut kita bertobat dan kembali pada kasih semula. Saya merindukan setiap kita menginstrospeksi diri kita masing-masing seberapa jauh kita sudah memancarkan kasih Allah dalam hidup kita.

Ketiga, Tuhan menuntut kita supaya kita kembali pada kasih semula agar kita dapat memancarkan kasih yang semula. Di dalam Yoh 13:34-35 Tuhan Yesus mengatakan, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, … Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Melalui ayat ini mengajarkan bahwa kasih merupakan manifestasi daripada perintah baru dari Tuhan Yesus untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa kita adalah murid-muridNya. Pertanyaannya bagi kita adalah apakah kasih merupakan berita baru? Jawabnya tentu saja bukan. Sejak PL, essensi daripada kasih Allah sudah diberitakan namun dalam perintah Tuhan Yesus ini dikatakan, "Aku memberitakan kepadamu perintah baru yaitu supaya kamu saling mengasihi." Disini letak barunya ialah: "Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikianlah hendaknya kamu saling mengasihi." Disini Kristus mau menyatakan bahwa satu tuntutan cinta kasih yang formatnya ‘baru’ untuk mengidentifikasikan dengan apa yang sudah dialami oleh para murid melalui cinta kasih Kristus kepada para murid. Saudara, sebagai umat Allah kita harus menjadi serupa dengan Kristus. Masalahnya serupa dalam hal apa? Disini serupa di dalam mengasihi, "Sama seperti Aku telah mengasihi …" Kasih Kristus adalah kasih yang rela berkorban melihat dunia yang hilang dan kasih yang begitu menangisi jiwa-jiwa yang terhilang di tengah dunia ini. Jika kita mengatakan, "Tuhan, saya sudah menikmati cinta kasihmu." Masalahnya, seberapa jauh kasih Kristus yang kita rasakan itu telah memancar melalui hidup kita. Apakah kita menangis ketika kita melihat orang-orang berdosa, yang papa dan yang terhilang. Jikalau belum, bertobatlah! Kembalilah! Jika tidak, Tuhan akan mencabut kaki dianmu!

Keempat, Tuhan menuntut kasih itu muncul di dalam hati kita, karena kasih itu merupakan manifestasi daripada diri kita yang sudah diampuni. Kasih seharusnya muncul karena kita sudah terlebih dahulu menikmati kasih Tuhan. di dalam Luk 7:37-42 menceritakan Tuhan Yesus ketika datang kerumah seorang farisi yang bernama Simon. Pada waktu Tuhan Yesus sedang makan bersama dengan orang-orang yang begitu terhormat, masuklah seorang perempuan berdosa. Seorang pelacur yang dengan menangis, pergi di belakang Yesus dekat kakiNya lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya. Melihat hal ini orang Farisi begitu jengkel dan marah, dia pikir Yesus sebagai seorang guru seharusnya tahu perempuan macam apa yang ada dibelakang Yesus. Bukankah perempuan itu adalah manusia yang berdosa. Tuhan Yesus tahu isi hati orang Farisi tersebut, itu sebabnya dalam ay 41, Dia mengeluarkan satu perumpamaan yang begitu indah. Perumpamaan tersebut mengatakan, ada dua orang yang berhutang kepada pelepas hutang. Yang seorang berhutang 500 dinar dan yang lainnya 50 dinar, karena mereka tidak sanggup membayar maka dihapuskannyalah hutang kedua orang tersebut. Dari kedua orang yang berhutang tersebut siapakah di antara mereka yang terlebih mengasihi dia? lalu jawab Simon, "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Dan memang benar jawaban Simon tersebut. Lalu sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon, "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk kerumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kakiKu, tetapi dia membasahi kakiKu dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kakiKu. Engkau tidak meminyaki kepalaKu dengan minyak, tetapi dia meminyaki kakiKu dengan minyak wangi." Dari perumpamaan ini mengajarkan seberapa jauh seorang merasakan pengampunan Tuhan, sedemikian besar pula respon yang akan muncul dari orang tersebut. Seberapa jauh seseorang merasakan kasih Tuhan sebegitu jauh pula dia akan mengasihi Tuhan. bagaimana dengan kita? Seperti Simonkah atau seperti perempuan berdosa? Banyak orang Kristen hari ini yang tidak bertobat sungguh-sungguh, ketika dia menjadi orang Kristen bukan karena dia sadar bahwa dia adalah orang yang seharusnya di buang oleh Tuhan. Dia sama dengan pelacur, dengan pemungut cukai dan dia sama dengan semua orang berdosa lainnya. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang sadar bahwa Tuhan sudah mati dan berkorban bagi dia. Seberapa jauh kita sadar bahwa kita orang berdosa sebegitu jauh pula kita akan membalas cinta kasih Tuhan.

Bagaimana hati kita? Apakah kita sudah beku seperti es yang begitu dingin sehingga tidak mampu lagi menyatakan kasih Tuhan? Ataukah kita masih boleh tersentuh oleh cinta kasih Tuhan yang membakar kita? Mari kita berdoa!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)