Surat Efesus ini dapat dibagi menjadi dua bagian dimana bagian pertama dimulai dari pasal satu hingga pasal tiga. Bagian pertama ini berkenaan dengan pengajaran doktrinal sedangkan bagian kedua yaitu pasal empat hingga enam berkenaan dengan aspek praktis dari kehidupan Kristen. Efesus 3 merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian bagian pertama yaitu berkenaan dengan pengajaran doktrinal Paulus dan gagasan di dalamnya serupa dengan konsep dalam Roma 11. Dua bagian tulisan Paulus ini merupakan konsep doksologi yang menutup bagian doktrinal dan dari dua surat tulisan Paulus ini kita melihat ide yang sama dimana Paulus memulai tulisannya dengan prinsip-prinsip pengajaran iman Kristen kemudian dilanjutkan dengan bagian praktis dari kehidupan Kristen sehari-hari. Di dalam surat Roma dikatakan, "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Sedangkan di dalam surat Efesus dikatakan, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin" Ini merupakan dua bagian doksologi yang sejajar yang memiliki pengertian yang sama saat ini kita akan meneliti bagian doksologi Paulus yang terdapat di dalam surat Efesus.
Saudara, jika kita mengamati bagian doksologi Paulus di dalam surat Efesus ini merupakan lanjutan dari pembahasan Paulus sebelumnya dimana Paulus berdoa dengan begitu serius dan demikian berat dihadapan Tuhan untuk jemaat Efesus. Paulus berdoa, "Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya, dan betapa panjangnya, dan tingginya, dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah." Inilah doa Paulus kepada jemaat Efesus dan doa ini penting karena hal yang didoakan ini yang menjadi dasar kehidupan dan pengertian iman yang sesungguhnya bagi setiap orang percaya. Di dalam bagian ini kita masuk ke prinsip yang begitu penting yaitu bagaimana kita bisa mengenal cinta kasih Tuhan dengan sesungguhnya.
Di dalam surat Efesus ini Paulus memakai satu kalimat yang indah sekali yang walaupun secara struktur dapat diletakkan dibelakang tetapi oleh Paulus diletakkan di depan karena ini yang menjadi center poin-nya yaitu bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada apa yang kita doakan atau pikirkan. Bagi saya, kalimat ini merupakan satu kekuatan di dalam kehidupan. Mengapa? Karena ketika kita mau mengenal Tuhan seringkali kita mau mengenal Tuhan dengan konsep dan pola yang salah dimana kita sudah mematok dahulu dengan konsep kita. Kalimat ini jika kita lihat secara sepintas kelihatannya sangat baik dan secara rasional harus mengerti dulu baru kita bisa menerima dan itu adalah suatu konsep yang disebut dengan Epistemological Understanding. Suatu pengertian epistemologi adalah suatu pengertian bagaimana kita mencari keabsahan dan kebenaran sesuatu sebelum kita percaya. Ini baik, jika tidak demikian kita akan membabi buta dan akhirnya akan terjeblos tetapi kalau pengertian atau konsep epistemologis ini akhirnya diekstrimkan dengan tidak mengerti secara mendalam itu berbahaya. Hanya yang menjadi masalah disini adalah bagaimana seharusnya kita mengerti tentang hal ini? Ini yang tidak dikaji secara serius oleh banyak orang.
Kita seringkali mau menguji segala sesuatu tetapi masalahnya cara menguji sesuatu tersebut yang tidak pernah kita uji. Ingat, logika kita terbatas dan memiliki banyak kelemahan demikian pula dengan metodologi empiris. Pengalaman kita dan indera kita apakah memiliki keabsahan untuk mengerti dan mengalami seluruh kebenaran apalagi berkenaan untuk mengerti Tuhan pengalaman dan indera kita begitu terbatas. Disinilah yang menjadi pergumulan Paulus ketika mengatakan, "Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih besar daripada apa yang kita doakan atau pikirkan." Banyak orang gagal melihat ini karena mereka mau mengenal Tuhan yang dapat masuk di dalam konsep logika dan pengalaman. Ini keliru, karena Tuhan yang seperti itu adalah Tuhan yang lebih kecil dari logika dan pengalaman kita. A.W. Pink di dalam bukunya sebelum dia membahas mengenai sifat-sifat Allah di dalam bagian pendahuluannya menulis, "Don’t put God in a box" (jangan masukkan Allah ke dalam kotak).
Berikut ini kita akan melihat tiga aspek yang diungkapkan oleh Paulus di dalam ayat yang kita baca ini. Pertama, Allah adalah Allah yang Maha Kuasa (Omnipotence) yang melampaui pikiran dan doa manusia. Tuhan dapat melakukan sesuatu lebih daripada apa yang kita dapat doakan. Tapi ini jangan disalah mengertikan karena ada orang yang bertanya, "Jika Allah maha kuasa, dapatkah Dia membuat batu yang Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya." Saudara, pertanyaan ini sendiri merupakan pertanyaan yang tidak sah karena ketika dia mempertanyakan pertanyaan ini, bagi dia Allah adalah terbatas sedangkan Tuhan adalah Tuhan yang jauh melampaui apa yang kita bisa doakan. Dan kalimat ini bukan hanya menjadi teori di dalam diri kita melainkan kalimat ini juga merupakan bagian pengalaman dalam hidup kita. Allah adalah Allah yang maha kuasa, biarlah ini menjadi satu kekuatan kita di dalam melangkah.
Kedua, Hikmat Allah adalah bijaksana yang terbijak yang mungkin ada ditengah dunia. Allah adalah Allah yang tidak dapat ditangkap hanya dengan 300 cc otak kita. Allah adalah Allah yang maha bijak. Jadi tindakan Allah adalah tindakan yang melampaui semua pikiran dan semua kemungkinan spekulasi manusia. Di dalam hidup kita seringkali kita terjebak di dalam pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak dan kita tidak bisa keluar dari sana. Itu sebabnya kita memerlukan bijaksana. Dalam hal ini kita bisa mengerti pertanyaan ketiga ketika Tuhan Yesus dijebak oleh orang-orang dari golongan Herodian dan orang-orang Farisi berkenaan dengan membayar pajak kepada kaisar. Saudara, orang-orang Herodian adalah orang yang pro pemerintah sedangkan orang Farisi merupakan orang-orang yang anti pemerintah namun ketika mereka menjebak Yesus, mereka berdua menjadi pro untuk melawannya. Mereka berdua datang kepada Yesus dan ingin mengetahui apakah jawaban Yesus akan pertanyaan tersebut? Jika Yesus berkata tidak perlu bayar pajak berarti pro dengan Farisi dan Tuhan Yesus sudah menjadi musuh bagi orang Herodian dan demikian juga sebaliknya. Dalam kondisi seperti ini Tuhan Yesus tidak pro Herodian atau pro Farisi tetapi melalui jawabanNya, Tuhan Yesus telah menyatakan bijaksana yang melampaui pikiran manusia.
Tuhan adalah Tuhan yang mampu mengerjakan sesuatu melampaui apa yang mampu kita pikirkan. Allah adalah Allah yang maha kuasa sekaligus juga maha bijaksana. Intervensi bijaksana dari kuasa Allah ini mulai terjadi di dalam tiga titik bersama-sama yaitu di dalam penciptaan, inkarnasi kehadiran Kristus di tengah dunia ini dan yang terakhir pada waktu penyempurnaan akhir. Tiga titik ini tidak mungkin tuntas atau selesai kecuali kuasa Allah dan bijaksana Allah ikut di dalamnya.
Ketiga, segala kemuliaan bagi Allah (Soli Deo Gloria). Kita sudah membahas bahwa Allah adalah Allah yang maha kuasa dan maha bijak. Masalahnya buat siapa itu semua? Seringkali manusia menjadi begitu egois, begitu humanis dan manipulatif. Begitu mengerti Allah maha kuasa, Allah maha bijaksana lalu semua itu mau di ambil untuk dirinya sendiri. Itu fatalnya manusia. Ketika kita mendapatkan pengertian akan kemahakuasaan Allah dan kemahabijakan Allah seharusnya ini menjadikan kita hidup dengan kekuatan Tuhan. Ini berarti kita hidup untuk mempermuliakan Dia dan dengan demikian kita hidup dipakai oleh Tuhan untuk menjadi orang-orang yang boleh menjadi penyalur mahakuasa dan maha bijaknya Tuhan. biarlah ini menjadi satu kekuatan bagi kita untuk hidup mempermuliakan Dia. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin!?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)