Ringkasan Khotbah : 18 April 1999
Paradoxical Life
Nats : Efesus 3:21 - 4:1
Pengkhotbah: Rev. Sutjipto Subeno

Minggu ini kita akan membahas hubungan antara apa yang kita tahu dengan praktika dalam kehidupan Kristen. Di dalam Ef 4:1 ini Paulus mengatakan, "Sebab itu aku menasehatkan kamu, …." Kalimat ini bukan sekedar mengatakan, aku menasehatkan kamu dalam arti terserah kita untuk menjalankannya atau tidak. Sebab ayat ini dalam bahasa Indonesia tidak memiliki kata yang tepat yang dapat dipakai untuk mewakili bahasa aslinya. Ayat tersebut dalam bahasa aslinya memiliki arti bukan hanya sekedar menasehatkan, melainkan menasehatkan dengan satu tekanan dan Paulus meminta jemaat sungguh-sungguh menjalankannya. Mengapa? Karena ini merupakan sesuatu yang penting, sesuatu yang mendesak.

Dalam kalimat atau ayat ini kita melihat dua paralel yang akan kita bahas hari ini. Pertama, berkenaan dengan latar belakangnya dan melalui itu Paulus menasehatkan apa? Kedua, sebagai orang yang dipanggil hendaknya hidup para jemaat setara dengan panggilan itu. Kedua kata ini menggunakan kata yang sama "kaleo". Orang yang dipanggil sekarang setara dengan panggilan itu. Struktur yang kedua ini yang dibahas oleh Paulus. Di dalam bagian ini Paulus masuk ke dalam wilayah praktika dari surat kepada jemaat Efesus. Hal ini penting karena seringkali ketika kita masuk ke dalam wilayah praktika dapat menjadi bahaya besar jika kita gagal mengaplikasikan secara tepat dan kita dapat jatuh kepada ekstrim yang tidak tepat. Di dalam bagian ini kita perlu memikirkan bagaimana kita mencoba menghidupkan kebenaran firman Tuhan yang kita mengerti ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Alkitab mengajarkan supaya kita tidak memakai cara linear melainkan kita menggunakan format paradoks dimana kita menggunakan cara mendekatkan sesuatu yang ideal dengan suatu kondisi realita. Kita mendekatkan sesuatu yang mutlak dengan sesuatu yang sedang berproses. Sesuatu yang tetap dengan sesuatu yang bergerak dinamis. Bagaimana dua sifat yang berbeda ini kita relasikan secara tepat, disini kita harus berhati-hati jangan sampai kita kompromi. Jika doktrin yang begitu solid kita geser ke dalam proses maka kebenaran adalah kebenaran dan tidak mungkin berubah. Disini kembalinya ideal mutlak menjadi basis daripada proses yang dinamis yang terjadi dalam sejarah menjadikan kita merelasikan antara dua sifat yang berbeda dimana yang satu terus berubah dan yang satu tidak berubah. Yang satu kekal dan yang satu sementara, yang satu tidak mungkin rusak dan yang satunya dapat rusak. Jadi dua sifat yang berbeda namun kita harus merelasikannya. Masalahnya, bagaimana kita dapat merelasikannya?

Gambaran yang Alkitab mau katakan adalah dengan cara memparadokskan. Orang dunia tidak mungkin mengerti ini karena pemikiran mereka bersifat linear. Orang dunia tidak bisa mengkaitkan antara yang disana dengan disini, antara ideal dengan dunia yang berproses, antara kekal dengan sementara. Orang dunia selalu matanya melihat kebawah, ke dunia ini dan merelasikan semua dengan format yang sangat linear jadi sulit bagi mereka merelasikan antara kekekalan dan kesementaraan. Di dalam ayat yang kita baca hari ini kita melihat dua paradoks. Paradoks daripada berkat rohani yang dilimpahkan secara total. Masalahnya, ketika kita mendapat berkat, hidup kita senang atau susah? Jawabnya adalah kedua-duanya. Secara rohani saya mendapat berkat rohani dari dalam surga, dari sini memimpin saya masuk ke dalam sejarah. Jadi dengan kekuatan rohani ini saya melangkah di dalam sejarah. Ketika kita mendapat berkat yang paling besar mungkin pada saat itu kita dalam kondisi yang paling susah. Kapan kita mendapat berkat yang paling besar di dalam hidup kita? Waktu kita bahagia karena mendapat untung yang paling besar atau justru waktu kita paling susah. Ketika kita mendapat pergumulan yang paling berat disaat itulah justru Tuhan bekerja paling besar untuk kita. Alkitab mengajarkan, justru pada saat kita mengalami pergumulan yang paling besar di saat itulah Tuhan bekerja paling besar dan melimpahkan berkat yang paling besar. Bagaimana dunia bekerja dan bagaimana proses dinamis terjadi serta apa yang Tuhan kerjakan di dalam kekekalan itu dua hal yang harus direlasikan dengan tepat. Jika tidak kita akan salah mengerti. Salah satu kesulitan manusia untuk menjadi seorang anak Tuhan yang sejati adalah karena dia tidak pernah mengerti bahwa berkat terbesar bagi dunia ini terjadi justru pada saat Anak Allah harus menderita paling besar, paling menyakitkan dan paling hina. Tidak ada penderitaan, kesengsaraan dan penghinaan yang paling besar selain ketika Anak Allah naik ke kayu salib. Pada saat itulah berkat yang paling besar sedang dicurahkan kepada dunia ini. Manusia tidak pernah mengerti cara kerja paradoks Tuhan kecuali kita kembali kepada apa yang Allah katakan.

Di dalam Ef 4:1 Paulus mengatakan, "Aku menekankan kepada kamu, aku, orang yang dipenjara karena Tuhan." Bagi orang dunia ini merupakan satu kebodohan. Mengapa? Karena orang yang dipenjara dianggap orang yang hina. Konsep ini merupakan konsep linear tetapi bagi Paulus justru dia tahu bahwa saat itulah dia mempunyai hak paling besar untuk berbicara karena dia sudah membuktikan bahwa Tuhan sedang beserta dia sebagai hamba daripada Tuhan. Maka ketika Paulus mengatakan , "Aku menasehatkan kamu…." Mengapa Paulus berani menekankan seperti itu? Sebab dia dipenjara karena Kristus. Paulus dipenjarakan bukan karena bersalah melainkan karena memberitakan kebenaran. Inilah paradoks pertama! Banyak orang Kristen tidak mengerti kuasa daripada paradoks seperti ini. Pengaruh Kristus yang terbesar mempengaruhi adalah waktu dia mati dan bangkit, itu merupakan kuasa terbesar. Kapankah Paulus paling besar berkuasa yaitu pada waktu dia dipenjarakan karena Kristus. Kuasa daripada penderitaan ini tidak pernah dimengerti oleh banyak orang termasuk oleh orang-orang Kristen. Banyak orang Kristen berpikir kalau kita melayani Tuhan baik-baik berarti hidup kita akan baik-baik. Jangan sampai kita dianiaya, diperkosa, dirampok, dijarah, rumah dibakar dan banyak lagi kata jangan. Mengapa? Karena kita tidak rela menderita. Kuasa penderitaan karena nama Kristus ini menjadi basis daripada konsep paradoks di dalam kekristenan. Paulus tidak melihat ketika memberitakan Injil akhirnya dia masuk penjara sebagai satu kegagalan tetapi bahkan Paulus dapat melihat dengan konsep yang berbeda sama sekali. Disini Paulus memiliki konsep penerobosan sehingga mereka bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja di tengah-tengah kita. Ketika kita menderita demi Kristus itu merupakan kekuatan yang tidak pernah dapat dihapus oleh apapun. Seluruh logika bisa dijatuhkan tetapi semua fakta sejarah tidak bisa ditarik kembali.

Berdasarkan pengertian di atas, sekarang kita mulai jalankan. Masalahnya, kita menjalankan dengan apa? Jawabnya, yaitu dengan cara berpikir yang berbeda dengan yang dunia pikirkan. Jika Allah sudah menerobos dan intervensi masuk ke dalam sejarah, jika Tuhan yang berdaulat dan berkuasa kemudian terlibat di dalam proses sejarah maka pada saat itulah kuasa penerobosan itu akan menjadi kuasa perubahan yang merubah hidup kita. Jadi, pada poin yang kedua ini Paulus bukan hanya memaparkan bahwa dia adalah orang yang dipenjara karena Kristus tetapi justru poin yang kedua ini yang ingin ditekankan oleh Paulus kepada jemaat supaya jemaat sebagai orang yang dipanggil oleh Tuhan hidup setara/ sepadan/ sesuai dengan panggilan mereka. Hal ini berkaitan dengan konsep paradoks. Saya adalah orang yang dipanggil tetapi saya harus berjalan di dalam proses yang sepadan dengan panggilan saya. Panggilan kita kekal. Kita sudah disebut orang kudus, kita sudah disebut orang benar, kita sudah diselamatkan dan kita sudah menjadi anak Allah tetapi pertanyaannya, apakah hidup kita sudah sepadan dengan panggilan itu? Kalau kita disebut orang kudus, sudahkah kita menjadi orang kudus? Jika saya disebut anak Allah, apakah hidup kita sudah mencitrakan hidup sebagai anak Allah? Disini kita melihat paradoks yang harus kita sadari. Ini merupakan kesalahan yang fatal kalau kita linearkan! Banyak orang menjadi stress karena memikirkan kita adalah orang benar maka kita harus sempurna benar. Saya orang kudus maka saya harus kudus sempurna. Ini merupakan kesalahan yang besar karena konsep linear tidak tepat diterapkan disini. Yang benar adalah kita harus membedakan yang disana dengan yang disini. Waktu kita menjadi orang kudus, maka kita menjadi orang kudus disini. Maka proses harus menjadi titik acuannya. Ini dua hal yang tidak boleh dicampuraduk. Jika kita mencampur aduk yang disana dengan yang disini, ini merupakan kesalahan yang fatal. Tapi ini juga tidak berarti karena di dunia ini kita tidak mungkin bisa sempurna sehingga kita menurunkan standar kualitas kebenaran. Kita tidak boleh menurunkan kualitasnya karena itu tuntutan yang sempurna yang Tuhan minta sekalipun ketika di dunia ini kita tidak mungkin sempurna. Kita hanya ada di dalam proses menuju pada standar kemutlakan kebenaran Tuhan. Jadi disini maksud Paulus adalah bagaimana jemaat sebagai orang yang sudah dipanggil hendaklah memproses menuju panggilan tersebut. Kata "Tetaplah engkau sepadan dengan panggilanmu", kata sepadan dalam bahasa aslinya berarti ‘sedang menggarap sampai serupa’ itu kata yang dipakai. Jadi dua kata diatas dipadukan menjadi kata "sepadan." Jadi dalam bahasa aslinya istilah sepadan ini bukan sesuatu yang statis melainkan suatu proses yang setara dengan panggilan tersebut. Disinilah kita mengaplikasikan pengertian firman Tuhan yang kita mengerti menuju pada aplikasi kehidupan praktis. Disini kita mengerti bagaimana merelasikan konsep kekristenan yang ideal dengan bagaimana proses praktika hidup kita disetarakan. Hal ini menuntut saudara dan saya bertumbuh setiap hari menuju panggilan yang tepat, bagaimana kita harus lebih baik dari hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini sehingga kita terus menerus berada dalam proses kepada ideal yang Tuhan tetapkan. Saudara, inilah panggilan paradoks di dalam hidup Kristen.

Marilah kita mulai menapaki satu demi satu, step demi step dari pada tugas panggilan praktika kita dengan menggunakan pendekatan paradoks. Mari kita bertumbuh di dalam hidup kita bukan dengan satu teori yang kita idealkan tetapi kita betul-betul mencoba menggabung ideal dengan proses hidup yang terus-menerus diproses. Dengan demikian kita terus bertumbuh setiap hari. Hanya dengan cara ini kekristenan mencapai apa yang Tuhan inginkan di tengah dunia. Saudara, saya harap kita bisa mengerti hal ini sehingga hidup kita setiap hari dapat menjadi semakin baik. Amin!?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - RT)