Ringkasan Khotbah : 15 Agustus 1999
HIDUP BERBEDA
Nats : Efesus 4:20-24
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Dua minggu lalu saya sudah menekankan bahwa kehidupan manusia lama adalah satu kehidupan yang begitu bodoh dan degil dalam arti gagal mengerti dan menangkap kebenaran firman Tuhan, karena kita begitu mengkukuhkan diri untuk berpegang pada pikiran kita sendiri sehingga pikiran kita yang salah tidak dapat diperbaiki dan tidak mampu untuk menerobos serta mengerti esensi kebenaran. Waktu Paulus berkata demikian, ia bukan sekedar berbicara tetapi merupakan refleksi daripada hidupnya sendiri. Ia mengatakan bahwa ia adalah orang yang begitu bodoh sebelum percaya. Puji Tuhan, Tuhan tidak membiarkan kita tanpa harapan dan dalam ayat 20 dikatakan, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus." Itu merupakan ayat pendek yang menjadi titik balik yang Paulus ingin tekankan dan merupakan standart penjelasan yang ia pakai menjadi pijakan untuk membahas seluruh pasal 4 mulai dari ayat 20 hingga pasal 5. Disinilah satu inti kehidupan kekristenan.

Kekristenan adalah orang-orang yang mempunyai keunikan hidup yang dapat menjadikan kita terlihat, dimengerti dan secara realistik berbeda daripada format dunia. Dalam ayat aslinya hanya menggunakan kalimat pendek yaitu, "Engkau tidak sama," yang berarti lebih menekankan ke bentuk plural yang menggambarkan satu persekutuan anak-anak Tuhan. Berarti ini penekanannya bukan sekedar keadaan luar saja tetapi secara esensi atau pribadi, kita berbeda. Sehingga disini timbul pertanyaan yang harus terlontar kepada setiap kita: Apa yang membuat orang Kristen berbeda, dari mananya yang beda dan bagaimana akhirnya saya dapat mencapai keperbedaan tersebut? Tetapi sebelum kita masuk kepada keperbedaan yang sedemikian, pertama saya ingin menanyakan pertanyaan instrospeksi yang justru mundur dari tiga pertanyaan diatas: Mengapa kita menjadi orang Kristen tidak berbeda? Kita harus sungguh-sungguh mempertanyakan pernyataan Paulus dalam ayat 20. Satu kalimat yang keras sebagai instrospeksi bahwa kita berbeda. Kalimat itu sulit keluar dari mulut kita karena faktanya orang dunia tidak pernah melihat saya berbeda. Apa yang mereka kerjakan saya juga kerjakan, pikiran, hidup dan semuanya sama. Dimanakah letak permasalahannya? Ini satu pergumulan serius yang seringkali harus menjadikan kita menguji kembali diri kita pribadi. Dalam hal ini tidak ada satu orang didunia yang dapat mengubah kita secara esensial (antara saya dengan Tuhan dan tidak ada orang lain). Mungkin ada orang yang dipaksa tetapi itu tidak pernah menjadikan dirinya benar-benar berubah karena itu hanya merupakan cetusan mulut yang ketakutan dan itu justru membuat kita benci.

Waktu kita belajar Kristus (dalam bahasa Indonesia sudah diekstensi dengan kalimat yang lebih panjang sehingga kita lebih jelas yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Disini berarti bahwa ketika saya berubah itu karena saya mempelajari Kristus atau ketika saya berpaut kepada Kristus. Saudara, ini adalah satu tuntutan hidup yang memproses hidup kita untuk membentuk satu kehidupan yang diubahkan. Ketika kita menjadi orang Kristen, memakai atribusi Kristen dan menjalankan aktivitas Kristen maka sejauh mana saya belajar Kristus? Ini pertanyaan yang harus kita jawab. Sejauh mana saya mempautkan diri kepada Kristus, mau mengerti Kristus yang sudah menebus jiwa, membayar harga sehingga saya boleh lunas dikembalikan untuk hidup sampai mungkin dapat mencapai suatu titik klimaks dan mengalami satu perubahan drastis dalam hidup saya?

Salah satu kesulitan yang paling besar ketika kita menjadi orang Kristen adalah seringkali lebih mudah melihat orang lain yang tidak berubah namun sulit sekali melihat diri sendiri yang tidak berubah. Dalam NYC yang lalu Pdt. Stephen Tong berteriak keras berbicara tentang bagaimana kita seringkali hidup serupa dengan dunia dan gagal berproses, mengerti injil yang sejati, Kristus yang menebus kita, berinkarnasi, Allah yang menjadi daging demi untuk kita boleh diampuni dosanya. Dan saat itu di salah satu session dipimpin oleh bapak Mochtar Riady dimana sampai dalam satu kritikal point ia mengeluarkan satu kalimat, "Saya sampai di titik krisis bertanya kepada diri saya, haruskah saya meninggalkan seluruh profesiku demi untuk menjadi Kristen? Saudara, kalimat itu bagi saya merupakan satu kalimat yang sangat menakutkan sekali karena sudah masuk dalam titik dualisme yang seolah-olah kalau saya menjadi orang Kristen maka semua profesi harus saya tinggalkan demi menjadi Kristen. Ia masuk dalam kritikal point dimana harus masuk dalam satu pergumulan pemilihan yang begitu berat bagi hidup dan seluruh masa depannya. Pada saat seperti itu pertanyaan anak-anak mahasiswa begitu banyak mempertanyakan bahwa kalau ia sebagai konglomerat maka seberapa jauh ia sudah hidup sebagai anak Tuhan, dsb. Saat itu dengan sedih ia mengatakan bahwa ia belum dapat dan tidak sempurna dalam hidup sebagai orang Kristen. Apakah sebagai mahasiswa, cara menyelesaikan kuliah, dalam mengerjakan ujian, dsb sudah benar sehingga engkau menuntut orang lain? Ini merupakan satu problem yang serius. Hal ini bukanlah merupakan dualisme tetapi harus diparadokskan. Tidak perlu meninggalkan profesi sebagai ekonom tetapi ia perlu mengubah menjadi format Kristen. Itu merupakan tugas dia yang sudah diberikan kemampuan, karunia dan semua hal dan ia harus merombaknya walaupun tidak mudah dan pergumulan yang berat. Tuntutan yang sama ini juga harus balik kepada kita. Bagaimana saudara bekerja, berbisnis dan melakukan hal yang lain? Tidak ada orang berubah karena orang lain namun mari kita berubah karena pengenalan kita akan Kristus dan ketika belajar tentang Dia itu merupakan satu moment esistensial untuk menguji hidup kita dihadapan Tuhan. Ini merupakan pertanyaan pertama dan kalau kita tidak dapat menjawab hal ini maka kita tidak mungkin dapat hidup berbeda.

2). Kita belajar Kristus yang salah. Ada orang yang mengatakan benar-benar ingin belajar dan mau mengenal Kristus tetapi hidupnya tidak berbeda sama sekali karena ia belajar Kristus yang salah. Seperti halnya dengan saksi Yehova, mereka tidak mempelajari firman Tuhan secara menyeluruh dan bagi mereka Yesus merupakan ciptaan yang unggul. Sehingga seperti misalnya di dalam Ul 6:4 dikatakan, "Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!" Dalam ayat ini Allah menggunakan kata elohim yang berbentuk plural. Itu merupakan gambaran Tritunggal yang paling mendasar sebelum kita masuk kedalam Mat 28:20 dikatakan bahwa, "Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan anak dan Roh Kudus." Dimana ketiganya sejajar dan semuanya merupakan person yang sama tetapi menggunakan kata atribusi yang singular. Tiga pribadi dengan semua mempunyai artikel tetapi hanya mempunyai satu atribusi tunggal. Kalimat seperti ini mereka tidak mengerti. Sehingga seperti Kristus itu siapa, bagi mereka bingung sekali. Alkitab mengatakan seringkali kita mencoba merekayasa konsep yang akhirnya tidak kembali kepada pengenalan akan Kristus sejati, kita mengerti Kristus bukan seperti yang Alkitab katakan tetapi seperti apa yang kita konsepkan sendiri. Tuhan mengajak kita untuk mengenal Kristus yang sesungguhnya dan bukan Kristus yang lain. Douglas R. Groothuis dalam bukunya The Other Jesus (Yesus yang lain) mengatakan bahwa kita seringkali merasa kenal Yesus tetapi ternyata Yesus yang kita kenal bukan Yesus yang Alkitab nyatakan melainkan Yesus hasil manipulasi dan rekayasa pikiran manusia. Saudara, ini adalah salah satu hal yang sangat perlu diwaspadai. Dalam I Kor 15:3-4 dikatakan, "…, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci." Itulah Kristus yang dinyatakan oleh Firman Tuhan, yang diberitakan oleh para rasul dan Kristus yang diceritakan di sepanjang Injil.

Konsep tentang Kristus apa yang muncul di kepala kita? Ketika kita mengerti konsep ini maka kita perlu peka melihat apa yang sedang terjadi dan mengenal siapa Kristus yang kita percaya. Ditengah dunia tanpa sadar dengan cara yang begitu halus iman kita dapat diselewengkan. Yohanes menutup injil dengan berkata, "Aku menuliskan semua ini supaya engkau percaya bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang diutus ke dalam dunia ini menebus dosa kita, supaya engkau percaya dan mendapatkan hidup yang kekal." Saudara, itulah esensi daripada kehadiran Kristus dan Kristus yang harus kita kenal, bukan sekedar tukang kayu Yahudi. Terlalu besar perbedaan apa yang dapat dilakukan oleh seorang tukang kayu Yahudi dengan Yesus, Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Saudara, mari kita kembali mengerti kepada siapa aku belajar? Suatu pertanyaan serius, Tuhan, siapa saya, kalau saya menjadi anak Tuhan, menjadi seorang Kristen bagaimana saya berubah? perubahan seperti apa yang harus aku nyatakan di tengah dunia ini karena aku mengenal Engkau, Allahku yang hidup. Aku mengenal Kristus, Tuhan dan Juru Selamatku.

3). Ketika kita belajar seringkali kita mengkukuhkan diri tidak mau diubah. Kalau kita hidup selalu melihat dunia dan merasa bahwa itulah cara terbaik untuk kita hidup maka kita tidak akan pernah melihat kekristenan sesungguhnya, berarti kita tidak pernah menerobos melihat nilai yang lebih tinggi dan kebenaran yang lebih akurat. Ini suatu konsep yang seringkali mengerikan apalagi kita yang di dunia timur kita suka sekali dengan status kuo. Setiap perubahan pasti mengerikan tetapi perubahan harus terjadi karena kita berproses. Kalau kita tidak pernah berubah maka kita tidak akan melihat sesuatu yang lebih baik terjadi dalam hidup kita dan berproses maju. Saya harap jiwa seperti ini muncul dalam hati kita. Ketika kita sudah mapan dan enak dan kita tidak mau berubah itu merupakan titik dimana kita akan binasa. Tuhan meminta kita berubah, berubahlah oleh pembaharuan budimu, seluruh apa yang tuhan tuntut kita berubah dan berubahlah supaya proses hidupmu dapat terjadi. Seberapa saya sadar, rela, dan mau belajar mengenal Kristus serta rela diubah oleh Kristus? Itu pertanyaan yang harus kita jawab di hadapan Tuhan. Setiap kita berhadapan secara eksistensial di hadapan Allah, minta Tuhan mengubah sehingga akhirnya yang Paulus katakan itu terjadi ddialam diri kita yaitu Engkau bukan demikian, engkau memang berbeda. Bialah ini yang boleh kita nyatakan dan tunjukkan di hadapan dunia bahwa kita memang beda, kita lain di dalam semua aspek di dunia ini. Semua pembicaraan di belakang takkan ada arti apa-apa kecuali di titik pertama kita memang sudah rela untuk berubah, mau berkomitmen untuk dibentuk berbeda dari dunia ini. Mau saudara? Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)