Matius 1:21-23 merupakan nubuat yang telah diucapkan 600 tahun sebelumnya dalam Yesaya pasal 7. Kalimat ini digenapi dalam kelahiran atau inkarnasi Anak Allah, yang datang ke tengah dunia dan diberi nama Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa. Disinilah perbedaan antara agama Yudaisme dengan iman Kristen. Orang Yahudi atau agama Yudaisme percaya kebenaran hanya ada dalam Perjanjian Lama tetapi iman Kristen selain percaya Perjanjian Lama juga Perjanjian Baru karena justru dalam Perjanjian Baru inilah inti dari semua apa yang dibicarakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, nubuat-nubuat dan semua pemberitaan termasuk Yesaya 7 baru terbuka secara nyata sehingga disinilah inti dan berita iman Kristen.
Dalam Matius, Alkitab membuka dengan begitu teliti dimana dikatakan saat itu kepercayaan dan kesetiaan Yusuf kepada tunangannya mulai goyah karena tiba-tiba Maria hamil sedangkan mereka belum menikah. Dalam kebudayaan Yahudi, perzinahan bukanlah hal yang sederhana. Sehingga kalau terjadi hal seperti itu maka wanita tersebut harus dirajam atau dihukum mati. Namun karena Yusuf mencintai Maria maka ia mulai berpikir untuk menceraikannya secara diam-diam. Akan tetapi malaikat Allah datang dan mengatakan bahwa Maria tidak melakukan perzinahan dan melanggar tata susila melainkan ia mengalami kehamilan karena Roh Kudus. Berita ini sangat mengejutkan dan sangat sulit diterima Yusuf. Berita seperti ini menerobos semua presuposisi, konsep, kemungkinan pikiran manusia dan saat itulah Allah yang berdaulat sedang menyatakan diri serta sedang berintervensi ke tengah sejarah dan mendobrak semua hukum yang terjadi secara alami dengan melakukan tindakan yang supra natural lebih dari sekedar rumus yang dimengerti manusia. Saat itu Yusuf mengalami perubahan dan mulai mengerti bahwa ia mendapatkan anugerah yang terlalu besar dimana Allah boleh memakai dia dan istrinya untuk menjadi pembawa berita sukacita kelahiran Kristus. Kekristenan tidak akan ada artinya tanpa berita Kristus datang berinkarnasi dan menebus dosa manusia namun saat hal tersebut diberitakan ternyata tidak mudah untuk diterima.
Pada saat kita bersama-sama menghadap meja perjamuan, kita sadar bahwa kita boleh bersekutu hari ini karena Allah pernah menjadi manusia dan bahkan tujuan hidupnya jelas untuk menyelamatkan umatNya dari dosa mereka. Kristus hadir di dunia ini dengan sasaran yang jelas yaitu menuju ke Golgota. Bagi saya tidak ada satu kehidupan yang sedemikian bermakna namun juga mengerikan seperti hidup Kristus. Seringkali manusia hidup tidak tahu arah dan tujuannya akan kemana tetapi sebelum Kristus lahir Ia telah mempunyai sasaran yang tegas yaitu Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan menyerahkan tubuhNya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28).
Ada dua hal yang dapat kita gumulkan saat ini sehubungan dengan mengapa berita ini sulit diterima dalam konsep dan pemikiran kita, yaitu: 1). Seringkali kita bertindak seperti Yusuf yang terjebak dalam satu format dimana kita merasa bahwa kitalah yang mampu untuk mengatasi, menjangkau dan menguasai segala sesuatu termasuk sejarah. Ketika beragumentasi dengan seseorang maka kita sering terjebak dalam apa yang kita sebut dengan common sense (akal sehat) sehingga kita gunakan hal itu sebagai represif atau tekanan masyarakat dengan menggunakan kekuatan mayoritas untuk memaksa orang ikut dalam konsep yang seolah-olah menjadi pendapat umum. Pada saat kita menekankan kekuatan seperti itu maka seolah-olah kitalah yang mampu menguasai dan menjangkau segala sesuatu di dalam kotak yang sudah kita buat. Kita perlu sadar bahwa semuanya menjadi mungkin terjadi karena Allah yang berdaulat. Allah yang berdaulat berarti Allah yang berhak bertindak, kita hanya dapat taat, tunduk dan kita pasti tidak berdaulat. Setelah nubuatan itu genap, Allah mengutus AnakNya turun ke dunia dan ketika Allah sudah menetapkan demikian maka tidak ada satupun yang dapat menghalangi tindakan intervensi Allah yang begitu dahsyat itu.
Dalam seminar Iman Kristen dan Futurologi telah saya katakan bahwa manusia mempunyai semangat dan keinginan untuk menguasai sejarah dengan segala cara dan salah satu format yang dipakai adalah dengan menggunakan Futurologi. Kalau saudara membuka koran maka dengan segera saudara akan menemukan banyak iklan yang mengandung unsur seperti itu. Namun hal yang tidak lazim ini sekarang justru merambah di dunia barat yang terlalu rasionalis. Kalau kita pikir maka untuk apa semuanya itu? Kalau dipikir secara nalar sehat dan bukan secara Kristen maka itu merupakan satu pertanyaan yang sangat absurb yang perlu kita tujukan pada diri kita! Sebenarnya dengan datang ke tempat-tempat seperti itu manusia hanya ingin menipu diri akan hari esok. Dengan kata lain ia berharap akan mendengar berita baik yang diucapkan oleh orang lain untuk mengkonfirmasi masa depan yang aman. Inilah ide yang muncul di dalam diri seseorang yang mencari sesuatu dalam Futurologi.
Model kedua dari arus mistik ini adalah Scientific Futurology (Futurologi ilmiah) yang penuh dengan metode dan statistik dengan beberapa tokohnya yang terkenal yaitu Alvin Toffler, John Naisbitt, dsb. Dalam bukunya Global Paradox, John Naisbitt tahun 1995 memprediksikan bahwa di awal abad 21 seluruh manusia akan mencapai kejayaan atau kesejahteraan dan berkeliling dunia. Sehingga perusahaan boeing Mac Donald Douglas, perusahaan pesawat terbesar di dunia dan juga beberapa perusahaan lainnya melakukan merger, namun akhirnya mereka mungkin telah mem-PHK sekitar 85.000 pegawai. Dengan statistik, seolah-olah mereka merasa berdaulat dan berkuasa menentukan apa yang akan terjadi di hari esok. Itu hanyalah sebuah mimpi karena terlalu banyak faktor X yang tidak dibawah kuasa kita. Terlalu banyak hal, karena dunia ini telah jatuh di dalam dosa. Manusia harus sadar dan bertobat karena Allah yang berdaulat, bertindak atas sejarah. Allah yang berintenvensi, yang berdaulat sehingga sejarah harus ditundukkan kebawah kekuatan kedaulatanNya. Ketika manusia berdosa manusia seringkali tidak terima, enggan karena manusia sedang bersaing kedaulatan dengan Allah.
Saya adalah seorang positive thinkers sebelum menjadi seorang Kristen dan itu telah ditanamkan sejak kecil oleh ayah saya yang waktu itu bukan dari latar belakang Kristen. Ia mempersiapkan saya sejak kecil agar mempunyai ketahanan dan kekuatan untuk menghadapi kehidupan. Sehingga akhirnya saya tumbuh menjadi orang yang begitu berani untuk mengerjakan apapun dan mempunyai semangat dan keyakinan bahwa apa yang saya kerjakan harus terjadi dan tidak mungkin gagal. Namun akhirnya itu diruntuhkan ketika saya harus berlutut di hadapan Tuhan menyadari bahwa Tuhanlah yang mengatur segala sesuatu. Terlalu banyak di luar pikiran dan kuasa saya kalau Tuhan mau bertindak satu kali maka seluruhnya akan selesai. Jangan pernah berpikir kita mampu apapun karena suatu saat itu mungkin hilang dari diri kita. Berapa banyak dalam diri kita ada kesadaran seperti ini sehingga kita mampu merendahkan diri dan mengerti Allah yang berintervensi di hidup kita. Inkarnasi adalah bukti yang terbesar dimana mujizat Allah terjadi di tengah dunia.
Seorang teolog mengatakan bahwa dunia boleh tidak percaya adanya mujizat dan menolak segala sesuatu tentang mujizat tetapi dunia tidak dapat meniadakan 2 mujizat terbesar dalam satu pribadi yang tidak mungkin ditolak yaitu kelahiran Kristus sebagai kelahiran dari anak dara dan kebangkitan Kristus yang mengalahkan kuasa kematian kembali ke surga. Dua mujizat ini merupakan mujizat yang dinyatakan di tengah sejarah dan menjadi fakta realitas sejarah yang tidak mungkin ditolak dan dihapus oleh manusia. Saudara, kalau mengerti ini kita tahu bagaimana kita harus berespon kepada Allah. The God of Universe is the God of History (Allah alam semesta adalah Allah yang berkuasa atas sejarah). Biarlah ini boleh menjadikan kita lebih taat dan tunduk.
2). Berita ini sulit diterima oleh manusia karena berita ini berbicara tentang esensi realita manusia yang paling tidak ingin di dengar yaitu dosa. Allah yang berinkarasi, datang menjadi daging adalah untuk menyelamatkan umatNya dari dosa mereka. Kalimat ini telah muncul sejak pertama Yesus hadir di tengah dunia. Yesus datang bukan untuk menyembuhkan, mengajar atau mengerjakan apa saja di tengah dunia ini yang hanya sekedar memenuhi apa yang dipikirkan manusia tetapi Ia datang untuk menerobos keluar dari semua batasan dan menyelesaian problem manusia terbesar yaitu pengampunan dosa. Manusia tidak suka menerima istilah dosa. Dosa bukan sekedar membunuh, berjinah atau mencuri tetapi suatu hal yang sangat esensial yaitu perlawanan terhadap Allah dan kebenaranNya. Kalau orang tua kita yang pernah berbuat salahpun pada waktu ia berkata benar dan kita lawan, kita patut dihukum sedemikian keras maka kalau Tuhan selalu berkata benar, suci dan tidak pernah mencelakakan kita, apa yang harus Ia lakukan pada saat kita melawanNya? Dalam Rm 1:18-32, Paulus begitu ketat membicarakan esensi dosa yang sesungguhnya. Seringkali kita tidak suka dengan istilah dosa karena kalimat itu secara frontal membuat hidup kita ditelanjangi. Saat itu kita langsung terbuka di hadapan Tuhan bahwa kita adalah orang yang melawan Dia. Yoh 8:30-59 membuka konsep ini dengan jelas sekali. Saya mengharapkan kita dapat mengerti dan sungguh-sungguh berespon kembali pada Tuhan karena kita sadar bahwa kita adalah orang berdosa. Seberapa jauh kita rela dibuka realita hidup kita sekalipun itu sangat menyakitkan. Di depan Dia, kita terbuka total dan tidak ada apapun yang dapat kita sembunyikan, dihadapan Dia yang Maha Tahu seluruhnya akan dilihat secara nyata.
Setiap kali perjamuan kudus kita bersama-sama menikmati roti dan anggur untuk mengenang kembali Kristus yang rela datang ke dunia ini dan rela tubuhNya dipecahkan di atas kayu salib, darahNya menetes demi untuk menebus saudara dan saya, orang yang berdosa. Walaupun Ia mengalami dera, cambuk, penderitaan yang berat dan kesengsaraan yang tidak mungkin dimengerti oleh siapapun namun Ia berkata bahwa untuk itulah Ia datang ke dalam dunia supaya saudara dan saya boleh diselamatkan serta boleh kembali dipersatukan dan diperdamaikan kembali dengan Allah. Biarlah hari ini kita boleh kembali disadarkan oleh Tuhan, Ia yang sudah menebus, kita mau berespon hidup melayani seumur hidup berkenan bagi Tuhan. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)