Sebagai umat yang telah ditebus, kita seharusnya memiliki kerinduan mempersembahkan jiwa bagi Tuhan. Sebab jikalau keselamatan yang dianugerahkan tidak membawa kita keluar dari sikap hanya mementingkan diri sendiri kepada memperhatikan orang lain maka sesungguhnya keselamatan itu tidak akan pernah membawa kita masuk dalam kerajaan sorga. Karena Tuhan Yesus tidak pernah menjadikan orang-orang yang percaya kepadaNya hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri. Sejak semula Allah telah menetapkan Yesus Kristus dalam kekekalan supaya di dalam Dia, manusia berdosa dipersekutukan kembali dengan Allah. Namun di dalam Dia juga, Allah telah menetapkan orang percaya sebagai sarana pendamaian masyarakat berdosa kepada Allah. Jadi membawa jiwa kepada Tuhan haruslah menjadi kerinduan kita yang terutama. Disini dapat kita lihat bahwa pusat perhatian kasih Allah sesungguhnya kepada manusia berdosa. Oleh sebab itu ketika saya dan saudara sebagai orang percaya tidak memusatkan perhatian dan menyampaikan berita keselamatan tersebut maka kita sedang tidak di pusat perhatian kasih Allah.
Seorang misiolog Reformed mengatakan, kegagalan gereja dalam melihat tugas yang utama yang dimandatkan oleh Allah sangat terlihat jelas ketika gereja membuat programnya yang seolah-olah antara yang satu dengan yang lain terpisah. Ini merupakan kelemahan gereja. Gereja yang misioner harus membuat semua hal seperti ibadah, konseling, dsb., diarahkan guna membawa jemaat pergi memberitakan Injil. Oleh sebab itu seyogyanya baik gereja maupun kita secara pribadi mengerahkan segenap potensi dan apa yang kita miliki yang merupakan anugerah Tuhan guna dipakai membawa jiwa bagi Tuhan. Saya harap ini menjadi kerinduan kita semua. Pemberitaan Injil bukan tugas hamba Tuhan semata tetapi tugas setiap orang percaya.
Ketika Yesus memberikan amanat pemuridan yang didalamnya penginjilan menjadi hal yang utama, Ia tahu gereja ibarat domba yang berada di tengah serigala dan itu memang tidak mudah. Namun gereja seringkali terlalu mengasihani diri pada saat tantangan dan masalah menerpa sehingga mereka mulai memperhatikan ke dalam. Tuhan tidak menghendaki hal yang demikian! Ia tetap konsisten dengan amanatnya dan memberi jaminan akan menyertai kita sampai kesudahan jaman. Itu artinya jaminan bagi saudara dan saya, dalam situasi kondisi apapun juga sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengasihani, memperhatikan diri dan tidak pergi memberitakan Injil. Memberitakan Injil tidaklah cukup dengan keterlibatan kita berdoa atau memberikan sesuatu supaya pemberitaan Injil lancar. Teori baku dalam misionari memang diperlukan tetapi yang penting adalah pemberitaan kita secara verbal yang menyatakan bahwa dalam Yesus Kristus saja relasi manusia berdosa dipulihkan!
Untuk sampai pada kerinduan tersebut maka ada beberapa hal yang harus kita perbuat dan renungkan. Firman Tuhan hari ini mengajar supaya kerinduan dan beban kita untuk membawa jiwa bagi Tuhan terus dipelihara. Dari ayat ini kita belajar: 1). Milikilah belas kasihan Yesus. Yang dimaksud dengan belas kasihan disini bukan seperti kalau kita melemparkan sejumlah uang kepada orang yang memprihatinkan di traffic light kemudian berlalu tetapi disini adalah suatu ungkapan paling dalam yang mendorong kita untuk menyatakannya secara konkrit kepada manusia berdosa. Belas kasihan ini tidak muncul begitu saja namun kuncinya disini adalah melihat (ay 36). Melihat disini bukan sekedar melirik atau seperti kebanyakan orang melihat tetapi seperti saat Tuhan Yesus melihat Matius si pemungut cukai. Matius adalah seorang pengkhianat bangsa, yang dianggap sampah masyarakat sehingga perlu dijauhkan dan menjadi bahan ejekan. Tetapi Yesus melihat dengan seksama bahwa di dalam setiap orang memiliki potensi besar bagi kerajaan Allah. Dengan kata lain hal itu akan timbul jika kita melihat dengan sungguh bahwa sesungguhnya semua orang itu bukan saja subyek dosa tetapi juga obyek dosa. Yang dimaksud subyek dosa adalah orang dikatakan berdosa semata-mata bukan karena ia berbuat dosa atau melakukan tindakan dosa tetapi karena ia dilahirkan dalam kondisi berdosa sehingga kecenderungannya berbuat dosa. Alkitab megatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Hal ini kita pahami karena manusia diciptakan dalam eksistensi berelasi yang artinya manusia berdosa bukan saja karena telah memberontak terhadap Allah tetapi juga merupakan perlakuan terhadap sesama dan mempersekutukan manusia dengan iblis. Sebagai contoh, saat seorang pengusaha mengaji karyawan tidak lebih hanya 1% dari seluruh keuntungan perusahaannya. Ini merupakan perlakuan yang tidak adil karena ia memperoleh kekayaan dari para pekerja. Namun ia berbuat demikian karena ditekan dan ada banyak biaya siluman yang dikeluarkan sehingga tidak cukup untuk mengaji karyawan. Disini manusia berdosa menjadikan orang lain sebagai sasaran perlakuan dosa. Harus diakui bahwa kita cenderung mengasihi atau berbelas kasihan pada orang yang menaruh perhatian terhadap kita. Jikalau ini yang saudara dan saya lakukan maka kita tidak ubahnya sama seperti orang yang tidak mengenal Kristus.
Dalam Alkitab dikatakan, "… tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." Lelah disini mengandung pengertian satu kondisi hidup yang sedang dalam banyak persoalan. Secara politis saat itu bangsa Yahudi berada dibawah penjajahan Romawi dan kekayaannya dirampas penjajah. Dari segi agama, mereka begitu tertekan karena adanya banyak hukum yang harus mereka taati. Sedang kata terlantar disini menggambarkan satu kondisi dimana mereka tidak berdaya untuk keluar dari persoalan secara fisik maupun rohani. Dikatakan oleh Sigmund Freud bahwa hidup itu merupakan serangkaian persoalan demi persoalan dan tidak ada hidup tanpa persoalan. Tetapi di dalam Yesus tidak ada persoalan besar yang tidak terselesaikan dan tidak ada persoalan kecil dimana Ia tidak menaruh perhatian terhadap kita. Yesus berkata, "Mari hai kamu yang lesu dan berbeban berat," disini berarti bahwa ketika kita menyerahkan segala pergumulan hidup, disitu ada kelepasan karena Kristus bukan saja sebagai Juru Selamat tetapi juga pemelihara hidup kita.
Tetapi bagaimanakah dengan orang yang diluar Kristus? Jikalau saya dan saudara mau menyatakan belas kasihan maka mereka akan menemukan jalan keluar di dalam Yesus. Melihat sebagaimana Yesus melihat merupakan kunci untuk menimbulkan belas kasihan pada orang yang masih diluar Kristus. Belas kasihan itu sangat penting karena didalamnya mengandung unsur keterlibatan sehingga memberi otoritas bagi kita untuk berkata-kata dan menyampaikan injil Tuhan. Gereja yang menaruh belas kasihan tidak mungkin menjadi gereja yang berpangku tangan. Belas kasihan penting karena juga mengandung unsur pemberitaan. Kerelaan kita mewujudnyatakan belas kasihan itu tidak mudah dan ada harga yang harus dibayar. Tetapi justru penderitaan inilah yang menjadikan gereja otentik, yang sungguh-sungguh memiliki ciri salib. Belas kasihan juga memiliki alasan strategis dimana pemberitaan injil disampaikan dalam konteks kepercayaan dan solidaritas. Seandainya mereka belum mengambil keputusan untuk percaya namun itu akan menciptakan satu suasana dimana seolah-olah mereka hidup ditengah komunitas Kristen. Ini penting! Adalah satu anugerah yang besar jikalau Allah memakai kita sebagai rekan sekerjanya untuk menyampaikan berita injil.
2). Mulai bertindak segera. Dalam Mat 9:37-38 dikatakan, "…, pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Ini bukan berarti mendorong kita berdoa karena usaha memindahalihkan pemahaman seseorang tentang kebenaran. Pemberitaan Injil merupakan peperangan rohani dalam rangka merebut umat pilihan Tuhan yang ada dalam cengkraman iblis, dari penghukuman kepada hidup dan pembenaran. Ini dimungkinkan jika kita melibatkan kuasa Allah, menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan untuk memberitakan injil. Sehingga ini memberikan pengertian bagi kita bahwa jangkauan pelayanan sangat luas dan kita bertanggungjawab terhadap genarasi kita. Yesus mengajarkan para muridNya supaya meminta kepada tuan yang empunya tuaian, disini artinya kita berdoa supaya: a). Tuhan memunculkan orang-orang disekitar kita termasuk diri kita untuk rela menjadi pekerja di ladang Tuhan. Dan b). Adanya usaha kerjasama diantara semua orang percaya. Hal ini tidak mungkin dapat kita kerjakan seorang diri atau gereja kita sendiri karena jangkauannya begitu luas. Semua ini tentunya memerlukan kerendahan hati dan kerelaan baik secara pribadi maupun gereja untuk mewujudkannya. Disini berarti bahwa ada lintas denominasi, suku dan ras, menjunjung tinggi kebenaran firman Tuhan dan mengaku hanya di dalam Yesus Kristus saja ada jalan keselamatan. Ladang telah menguning itu saatnya gereja mendorong, memperlengkapi dan memotivasi jemaat untuk pergi memberitakan Injil. Kerelaan saya dan saudara memberitakan injil itu adalah anugerah Tuhan karena sesungguhnya siapa saya dan saudara yang kepadanya Allah berkenan memakai. Ini harus menjadi cita-cita utama bahkan menjadi ‘bisnis’ kita membawa jiwa bagi Tuhan.
Yang menjadi kesulitan memberitakan injil adalah karena pola berpikir kita sudah diformat secara salah. Seringkali kita beradu argumentasi dan apabila lawan bicara kita tidak mampu lagi beragumentasi, kita merasa menang. Tetapi hal itu justru menimbulkan kebencian dan ketidakrelaan dalam hati orang tersebut. Kita perlu perlengkapan metode dan doktrin supaya kita dapat memberitakan injil dengan baik tetapi biarkan apa yang kita pelajari, dipakai oleh Tuhan secara wajar dalam konteks budaya kita. Tuhan juga dapat pakai anak kecil atau orang yang mungkin tidak secara sistematis dalam pemberitaan karena bagaimana Tuhan menyelamatkan, menghibur dan menguatkan saudara itulah yang harus disampaikan pada orang lain. Saya percaya Tuhan pakai semua itu sebagai alat ditangannya namun selain itu kita harus terus hidup suci dihadapan Tuhan. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)