Ringkasan Khotbah : 19 September 1999
Anugerah Pengajaran di dalam Kristus
Nats : Efesus 4:20-24
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Pada lima minggu lalu kita telah membahas Efesus 4:20-24 yang sesungguhnya merupakan satu kalimat utuh namun karena dalam bahasa Indonesia strukturnya kurang kokoh sehingga tidak memungkinkan penyusunan dengan anak kalimat yang panjang. Dalam bagian ini terdapat satu pemikiran dasar yang tidak boleh dipisahkan yaitu pengertian tuntutan Paulus tentang perubahan dari kondisi manusia lama yang menemui kebinasaan di dalam nafsu yang menyesatkan menjadi manusia baru yang tunduk dalam perubahan roh dan pemikiran. Itulah yang ditekankan Paulus dalam kalimat pertama di ayat 20, yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian." Sebab kalau kekristenan hanya dapat mencapai apa yang telah dapat dicapai dan dianggap baik oleh dunia maka mereka sesungguhnya tidak mengerti dan mempelajari apapun. Padahal kekristenan menyodorkan satu prinsip yang jauh lebih agung dan dalam dari apa yang dimengerti dunia. Dunia tidak akan pernah mengerti konsep mengapa untuk mempunyai pengetahuan, kita harus takut akan Tuhan tetapi justru disitulah rahasia semua pengetahuan yang Tuhan mau bukakan pada kita. Manusia dapat mengerti hal ini kalau ia kembali pada Kekristenan dan disinilah inti bagaimana kekristenan masuk ke dalam satu pengertian bahwa saya harus berbeda dan menjadi manusia baru yang mengalami perubahan pikiran karena roh dan pikiran kita telah dibentuk dan diperbaharui. Perbedaan yang dimaksud disini bukan secara fenomena tetapi secara natur roh dan pikiran kita diperbaharui sebagai anak-anak Allah.

Semua manusia ketika belum diterobos oleh Firman dan kebenaran Tuhan sesungguhnya tidak akan mampu menangkap apa yang menjadi hakekat daripada kebenaran. Hal ini juga dialami oleh Paulus sebelum bertobat sehingga ia mengerti betapa sulitnya manusia yang berdosa menerima satu kebenaran. Selanjutnya saya mengajak untuk melihat apa yang menjadi kunci perubahan yang Paulus ingin sodorkan. Mengapa kita harus berubah, apa yang berubah dan titik apa yang menjadikan kita berubah? Ada tiga hal yang dapat menjadikan kita berubah (ayat 21): 1). Karena kamu telah mendengar tentang Kristus 2). Menerima pengajaran di dalam Dia, dan 3). Dapat menyatakan seluruh kebenaran di dalam Kristus.

1). Mendengar tentang Kristus merupakan kunci anugerah yang begitu besar. Ketika saudara dan saya boleh hadir dalam ibadah, itu bukanlah hal yang kebetulan saja sebab berjuta-juta manusia tidak ikut dalam ibadah Kristen. Hal ini bukan dikarenakan mereka tidak tahu adanya gereja tetapi mereka tidak mau karena pemikiran mereka telah ditutup dengan apa yang disebut dengan close system. Seluruh manusia di dunia harus mengakui bahwa Yesus adalah oknum manusia yang begitu agung, mempunyai tingkat moral yang sangat tinggi dan pengajaran yang sangat agung. Dunia mengakui bahwa Yesus mengajarkan apa yang disebut dengan The Golden Rule (Hukum Emas) yang diakui menjadi basis kebenaran hakekat etika dari hukum-hukum di banyak negara. Bahkan agama lain mengatakan bahwa Isa merupakan satu-satunya nabi yang mempunyai integritas tertinggi dimana Ia sendiri tidak mempunyai cacat kesalahan sehingga pada akhir jaman ia akan menjadi hakim yang sah yang menghakimi semua manusia. Ini merupakan pengakuan yang begitu tegas yang menunjukkan siapa Dia sesungguhnya. Namun ketika itu diungkapkan pada dunia, tetap tidak membuat orang masuk gereja karena ada batas yang menutup mereka.

Paulus yang dulunya begitu membanggakan segala yang ia mampu kerjakan sebagai orang Yahudi namun waktu ia mengenal Kristus, semuanya itu dianggap sampah karena pengenalannya akan Kristus yang jauh lebih mulia. Dalam Mat 13:10-13 Yesus mengatakan, "Sebab kepada kamu diberikan anugerah kasih karunia untuk mengerti kerajaan Allah dan kepada mereka tidak." Itu supaya mereka yang mendengar namun tidak mendengar, melihat tetapi tidak melihat dan tidak mengerti. Sehingga kalau saudara boleh mengerti tentang Yesus itu karena anugrah Tuhan terlalu besar bagi kita. Kita tidak akan mungkin mengerti Firman kecuali Tuhan membuka pengertian kita. Paulus adalah orang yang begitu mengerti anugerah, ia tahu kalau ia boleh bertemu dan mendengar Tuhan semata-mata adalah karena anugerah. Kalau kita tahu anugerah maka kita tahu bagaimana kita berespon kepada Dia. Kita seringkali mengabaikan dan menyia-nyiakan karena menganggap kalau kita boleh mendengar, belajar dan mengerti Firman itu biasa padahal itu semua tidak biasa karena semua itu anugerah. Saat membaca Firman, saya tertegun melihat sikap Sakeus, seorang pemungut cukai. Ia tahu siapa dia yang tidak layak kalau Tuhan datang di rumahnya. Orang yang semakin mengerti dan merasakan anugerah maka ia tahu bagaimana ia berespon terhadap anugerah. Sangat disayangkan bahwa terlalu sedikit orang Kristen yang sadar anugerah dan terlalu banyak orang Kristen yang masih menganggap semua anugerah itu begitu saja boleh dilewatkan akibatnya kita tidak pernah mendapatkan kedalaman daripada anugerah dan tidak pernah mengerti sungguh-sungguh kedalaman kebenaran Allah. Ketika anugrah Tuhan itu boleh kita terima, saat itu banyak aspek yang akan dibukakan oleh Tuhan pada kita. Ini adalah hal pertama yang saya harap kita boleh gumulkan dalam hidup kita.

Ketika kita akan menyongsong abad 21, pertanyaan serius yang harus kita jawab adalah seberapa jauh saya berpaut pada Tuhan. Ketika hari ini kita boleh membaca dan memiliki Alkitab, itu seharusnya begitu berharga dimana kita boleh menikmati membacanya tetapi seringkali Alkitab yang harganya mampu dijangkau, kita anggap remeh. Alkitab seharusnya tidak dapat dijual dengan harga semurah itu karena menggunakan kertas yang sangat mahal dengan kualitas sangat bagus sehingga dapat disusun sedemikian tipis. Bagaimana sesungguhnya sikap kekristenan kita? Seberapa jauh kita menghargai warisan anugerah Firman kebenaran Tuhan yang dibukakan pada kita? Kita seringkali lebih cepat membuka koran dan mengejar informasi dunia tetapi tidak untuk Firman Tuhan. Merupakan suatu hal yang tidak wajar kalau seseorang melepaskan anugerah yang besar demi mencari sesuatu yang lebih rendah/ remeh.

2). Seberapa jauh keagungan ketika saya mengenal Kristus itu menjadi bagian yang boleh membuka sistem pikiran kita untuk kembali pada kebenaran yang sejati. Paulus berkata, "Ketika saya boleh mengenal Kristus, itu merupakan sesuatu yang jauh lebih mulia karena itu membuat saya terbuka, terlepas dari lingkup konsep sempit pikiran saya." Kita terbuka dari apa yang disebut sebagai close system pikiran. Dalam Flp 3:9 dikatakan, "…, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan." Ia yang dahulu menegakkan kebenaran berdasarkan kebenarannya sendiri, sekarang sadar dan mengandalkan kebenaran yang dianugerahkan kepadanya berdasarkan iman.

Inilah keterbukaan satu konsep pengertian yang membuat kita mengerti apa yang namanya pengetahuan. Kalau seseorang tertutup di dalam konsep pemikiran sendiri, ia akan terjebak dalam kebodohannya sendiri. Dalam Ams 1 dikatakan, "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." Dua aspek ini dikontraskan secara bersama-sama. Satu-satunya yang berhak mendidik adalah Tuhan dan ketika kita takut akan Tuhan maka Ia akan membuka semua yang selama ini melingkupi pikiran kita sehingga kita baru mengerti kebenaran sejati. Kita harus kembali pada sumber pengetahuan sehingga kita mampu mengerti pengetahuan yang bukan dispekulasikan oleh pikiran manusia tetapi pengetahuan yang dibuka oleh sumbernya pengetahuan itu sendiri.

Dunia tidak pernah mengerti kunci merelasikan antara takut akan Tuhan dengan pengetahuan karena mereka telah mendualismekannya dan bahkan ingin menundukkan Allah. Kalau pengetahuan sudah menjadi tuan dan Allah dijadikan budak maka pada saat itulah seluruh pengetahuan rusak dan tidak ada satu pengetahuan yang tuntas dapat kita mengerti. Mari kita balik pada Firman sebelum menjadi fiktim dunia yang sedang memasuki destruksi global. Manusia diberikan oleh Tuhan hak untuk menerobos kemungkinan berdasarkan anugerah dan pimpinan Tuhan. Hal penting yang menjadi bagian saya dan saudara kerjakan adalah bagaimana kita berjuang melewati semua kesulitan untuk dapat dipakai Tuhan! Betapa mengerikan kalau kita sebagai orang Kristen begitu cengeng menghadapi kesulitan, seolah-olah Tuhan tidak ada. Waktu kita menjadi orang yang berada dibawah anugerah dan pimpinan pengajaran Tuhan maka kita akan masuk dalam kebenaran yang nyata, yang Tuhan buka sehingga kita boleh berjalan dalam kebenaran FirmanNya.

Satu-satunya kunci disini adalah ketaatan kita pada Tuhan dan bukan mengandalkan otak atau pengetahuan kita sendiri. Takut akan Tuhan adalah permulaan semua pengetahuan, mulainya saya berubah berdasarkan pembaharuan akal budi dan menjadikan kita dapat menerobos seluruh kesulitan jaman serta dipakai oleh Tuhan untuk memenangkan jaman. Kita bukan dikendalikan situasi, tetapi kita mengendalikan situasi berdasarkan pimpinan Tuhan atas hidup kita. Menyesal dan meratap tidak akan menyelesaikan apapun karena itu hanya membuktikan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang jahat dan tidak adil. Berapa jauh di dalam situasi dan tempat dimana kita diberi hidup, Tuhan beranugerah, dan apa yang Tuhan ingin kita kerjakan berdasarkan takut akan Tuhan maka disitulah saya melangkah. Sudahkah Tuhan membongkar seluruh cara berpikir kita sampai kita menjadi manusia baru yang tidak seperti dunia dapat kerjakan? Dunia hanya mampu tahu hidup yang tanpa Tuhan tetapi anak Tuhan harus tahu hidup yang taat dan takut kepada Tuhan! Itu perbedaan dasar yang tidak dapat diabaikan dan yang membuat seluruh cara dan ketajaman pemandangan kita berbeda dari dunia! Janganlah hak dan harta karun yang Tuhan limpahkan pada kita, dilewatkan begitu saja. Biarlah saat ini kita kembali mendapatkan seluruhnya dan menjalankannya dalam hidup kita. Maukah kita menanggalkan manusia lama untuk kemudian menjadi manusia baru? Disini yang dituntut bukan sekedar reformasi tetapi rekonstruksi, suatu perombakan atau satu pembangunan total! Itulah yang Tuhan tuntut untuk kita kerjakan. Mau saudara? Amin.?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)