Di sepanjang sejarah, setiap orang yang hidup dalam suatu jaman tidak mungkin akan terlepas dari pengaruh atau spirit jaman tersebut sehingga mungkin kita perlu melihat latar belakang dari Injil Matius diatas. 400 tahun masa antara Kitab Maleakhi terakhir hingga Injil Matius adalah masa dimana Allah tidak membangkitkan seorang nabipun untuk bersuara pada jamannya. Itu bukanlah waktu yang singkat dan hal itu menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam masyarakat religius Yahudi. Secara fenomena bangsa Yahudi setelah dibebaskan dari perbudakan memiliki hidup yang lebih baik, mereka ketat sekali dalam melakukan hukum taurat dan tidak jatuh di dalam penyembahan berhala seperti pada era-era sebelumnya namun apa yang kelihatannya maju belum tentu demikian, bahkan justru terjadi kekeroposan yang luar biasa.
Bangsa Yahudi terdiri dari beberapa kalangan, yaitu: 1). Orang Farisi yang disebut golongan yang kuat memelihara hal-hal religius. Mereka mengarahkan dan mengajar di Bait Allah (Sinagoge). Mereka menganggap keturunan Abraham, bangsa pilihan sehingga memisahkan diri dari lain kalangan. Memisahkan diri sebenarnya memiliki arti yang baik yaitu seperti istilah kudus yang artinya kita dipisahkan atau dikhususkan bagi Allah untuk hidup melayani Dia. Tetapi orang Farisi memisahkan diri karena perasaan sombong yang sudah meracuni mereka. 2). Ahli-ahli taurat. Mereka umumnya adalah orang Farisi yang juga ahli hukum, dimana mereka adalah orang yang mempelajari dan menafsirkan Kitab Suci. Namun selanjutnya tafsiran tersebut dianggap setara dengan Firman Tuhan sehingga akhirnya mereka mengeser Firman Tuhan dan lebih menekankan peraturan-peraturan umum. 3). Orang Saduki. Mereka adalah orang-orang yang tidak setuju terhadap peraturan-peraturan yang dibuat ahli Taurat yang dianggap setara dengan Firman Tuhan. Mereka adalah golongan yang menekankan moralitas yang bukan bersumber dari kerohaniannya yang baik namun mempunyai semangat hidup bebas, tanpa tekanan, bergaul dan bangsa Yunani serta bangsa Romawi yang adalah musuh orang Yahudi. 4). Orang-orang berdosa seperti orang terbuang, pemungut cukai, dsb., yang merupakan bagian terbesar.
Jikalau golongan elite rohani saja sudah sedemikian kering maka dapat dibayangkan betapa rapuhnya kerohanian bangsa Yahudi saat itu. Dari latar belakang tersebut dapat kita ketahui bahwa orang Farisi dengan orang Saduki sebenarnya tidak dapat bergaul bahkan mungkin bertentangan namun untuk menjatuhkan Kristus mereka dapat bersatu. Mereka meminta supaya Yesus memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. Itu sebabnya Yesus berkata pada mereka, "Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak," disini sebenarnya secara sederhana Tuhan ingin memberitahukan supaya mereka peka dan mampu menganalisa situasi serta akhirnya keluar memberi jawaban terhadap jaman. Namun sejauh ini kita melihat banyak orang Kristen yang lebih menguasai pengetahuan lahiriah daripada melihat satu tanda-tanda atau spirit jaman yang sudah menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan. Pada 482 th yang lalu, tepatnya tanggal 31 Oktober 1517 merupakan hari Reformasi. Namun sebenarnya Reformasi bagi saya sudah ada ketika manusia mulai menyimpang dari kebenaran Allah (PL), dimana Tuhan bangkitkan seorang Nabi untuk mengarahkan dan memperbaharui sehingga boleh kembali pada Firman. Seperti yang terjadi dengan bangsa Israel, Tuhan bangkitkan Nuh, Yesaya, dsb. Dan pada waktu Reformasi diadakan, disitu kita lihat ada tanda-tanda jaman dimana hanya nabi-nabi yang diberikan kepekaan oleh Tuhan yang mampu melihatnya.
Kekeroposan juga terjadi dalam abad 5-15 yang merupakan abad pertengahan, sebagai akibat gereja rapuh maka saat itu timbul dua gerakan yang menghantam abad pertengahan dan eksistensi gereja yaitu bangkitnya Renaisance (kebangkitan di dalam kebudayaan) dan Reformasi. Renaisance bangkit karena mereka berpikir, selama 1000 tahun lebih gereja ada, kebudayaan menjadi mandul. Itu sebabnya mereka mengimpikan untuk kembali di dalam era Grika dimana kebudayaan maju. Renaisance mempunyai empat prinsip yang jelas, yaitu: a). Manusia yang menjadi pusat, bukan Allah. b). Yang dianggap alat untuk memahami kebenaran bukan kitab suci melainkan rasio manusia. c). Pusat penelitian manusia bukan dunia yang akan datang melainkan dunia ini. d). Semangat hidup manusia hanya untuk di dalam dunia ini. Akhirnya jaman ini terus berkembang hingga mencapai jaman aufklarung (abad 18) dimana manusia dikatakan sudah dewasa dan puncaknya adalah abad 19-20. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tiga hal yang telah mengeser Allah dari hidup manusia yaitu ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi. Yang kedua adalah Reformasi. Martin Luther merupakan orang yang peka melihat gereja yang mulai menyimpang dari Firman dan keluar dari poros tengah yang sejati. Itu sebabnya Martin Luther berteriak supaya mereka kembali kepada Alkitab (Sola Scriptura). Namun Reformasi baru dapat terjadi jika didahului dengan renovasi hati.
Memasuki milenium 3 kita akan diajak bertamasya memasuki satu dunia yang penuh dengan teka-teki, misteri, kontradiksi, ilusi serta halusinasi, dan pengalaman puncak di dalam berbagai hal (ekstesi), dunia yang penuh dengan simulasi dan permainan. Di dalam era akhir abad 20 ini, saya setuju dengan seorang penulis yang mengatakan, era ini sangat diwarnai dengan berbagai hal yang ditawarkan kepada manusia tetapi pada saat yang sama juga banyak yang direnggut dari hidup manusia. Pengetahuan dan hal yang lain memang penting tetapi yang dibuang justru hal yang paling penting, sumber pencipta daripada kebenaran yaitu Allah. Itu sebabnya saya pernah mengatakan, bahwa ciri orang bodoh adalah dimana yang terpenting digeser oleh yang kurang penting, yang dibutuhkan digeser oleh yang diinginkan, dan yang kekal digeser oleh yang sementara. Dalam era ini kita melihat beberapa tanda, yaitu: lenyapnya kedalaman arti kehidupan manusia, lenyapnya batas perbedaan antara orang dewasa dengan anak-anak karena transparansi media yang menyodorkan apa yang seharusnya tidak boleh dilihat oleh anak-anak, dunia yang sudah kehilangan religiositas yang sejati ditandai dengan adanya religiositas yang semu (psudo religius) dan yang terakhir adalah hilangnya konsep diri.
Selanjutnya, setelah kita mengetahui maka kita mampu menganalisa dan mencoba mencari jawab terhadap jaman yang kita hadapi saat ini. Dalam ayat 4 dikatakan, "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus." Disini terdapat kalimat yang kelihatannya kontradiksi. Nabi Yunus adalah nabi yang diutus oleh Tuhan dimana ia tahu kalau ia tidak mungkin lari dari Tuhan namun tetap melarikan diri dan melawan kedaulatan Allah. Ketika ia berkhotbah, tidak ada tanda-tanda atau mujizat, yang ada hanyalah mujizat bangsa Niniwe bertobat. Saat Niniwe bertobat, itu menjadi satu penghakiman bahwa kamu angkatan yang jahat, menjadi pengajar-pengajar, mendengar firman, tetapi tidak mau bertobat sehingga pada akhir jaman, bangsa Niniwe juga akan menjadi hakim untuk menghukum bangsa tersebut. Seperti halnya bangsa Israel yang sudah diberikan Firman namun mereka tidak mau percaya justru terus mengeraskan hati. Itu sebabnya suatu kali Tuhan menghukum mereka.
Hingga disini kita tahu bahwa masyarakat religius di dalam kekeroposan. Mari kita berdoa untuk gereja dan masyarakat Kristen di Indonesia supaya jangan menjadi masyarakat Farisi dimana mereka diberikan wahyu dan terdapat hamba-hamba Tuhan namun mereka tidak mau bertobat sampai suatu hari nanti Tuhan akan menghakiminya. Biarlah kiranya ada orang yang Tuhan celikkan, ada satu renovasi pikiran dan hatinya berbalik pada Tuhan serta dengan seluruh cinta kasihnya boleh dipakai dan diurapi untuk berbicara pada jaman ini. Biarlah yang minoritas menjadi berkat yang mayoritas supaya menjadi berkat bagi mayoritas yang lebih luas lagi. Dan yang terpenting adalah bagaimana cahaya Injil Kristus boleh membuka hati kita sehingga kita berserah dan dengan urapan serta kuasa Tuhan menjadi saksi untuk membebaskan orang yang dibutakan pikirannya oleh ilah jaman ini. Para hamba Tuhan hanya merupakan alat yang rapuh yang satu saat dapat jatuh. Bagaimanapun fasih lidahnya tidak mungkin menyingkirkan ilah jaman dari pikiran orang yang sudah dikuasai kalau bukan kuasa Allah walaupun mungkin dengan cara yang sederhana namun hidupnya bersandar pada Tuhan.
Seperti George Muller yang walaupun waktu kecilnya nakal luar biasa tetapi ketika bertobat, Tuhan pakai sehingga ia mampu mendirikan 5 panti asuhan dengan 9700 lebih anak yatim piatu dimana itu bukan pekerjaan yang mudah. Hanya satu hal yaitu taat dan berdoa dihadapan Tuhan dan Ia akan buka jalan, pimpin dan teguhkan. Saya rindu, melalui hidup saya boleh Tuhan pakai sebagai alat yang membawa nilai-nilai kekekalan, menjadi pelita di tempat dimana Tuhan tanamkan beban itu pada saya. Kita harus ingat bahwa hidup adalah catatan, waktu dan kesempatan. Ada waktu Tuhan memberi kesempatan di dalam tanda jaman, kiranya kita peka apa yang Tuhan ingin kita kerjakan, bagaimana kita harus hidup dan dengan kekuatan apa kita menerobos, sehingga Tuhan memakai kita pada jaman ini. kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.