Minggu lalu kita telah membicarakan tentang pengaruh dan konsep daripada Utilitarianisme yang sudah meracun sistem ekonomi, pekerjaan dan etos kerja di tengah dunia sehingga akibatnya banyak orang salah mengerti dalam menjalankan kerja. Seringkali kalau kita mendengar kalimat, "Jangan mencuri," kita hanya melihat aspek ketiganya saja yaitu aspek material bahwa mencuri hanya sebatas mengambil dompet orang lain, tetapi itu bukan yang Alkitab maksudkan. Mencuri adalah ketika saudara mengambil hak yang bukan hak saudara sehingga akhirnya itu menjadi pencurian, dengan mendapatkan sesuatu yang bukan milik kita tetapi kita miliki dengan cara yang tidak tepat dan tidak halal. Sehingga pencurian bukan sekedar mengutil tetapi justru masuk dalam satu aspek yang sangat mendasar dalam pemikiran Kristen.
"Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan." Ini merupakan prinsip yang Alkitab katakan dan hari ini kita akan melanjutkan dengan aspek kedua yaitu, "Bekerja keraslah!" Disini kita harus balik pada pengertian etos kerja Kristen sesungguhnya yang terdapat dalam Kej 2:15 (prinsip ekonomi/ oikos-nomos), yaitu: "Tuhan Allah mengambil … untuk mengusahakan dan memelihara taman itu," yang kalau kita bandingkan dalam Kej 3:17-19, "… dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu." Rev. Stephen Tong selalu mengatakan bahwa abad 20 merupakan abad yang bodoh karena menjalankan filsafat perusak yang dicipta di abad 19 tanpa koreksi dan secara kritis memperhatikan bahaya yang disodorkan. Salah satu bahaya yang disodorkan oleh filsafat abad 19 adalah Utilitarianisme (asas manfaat) oleh John Stuart Mill. Filsafat tersebut sangat bersifat hedonistik, mencari keuntungan pribadi dengan cara kenikmatan duniawi yang luar biasa ditutup dengan satu slogan yang sangat manis: "Marilah kita memperjuangkan manfaat terbesar bagi orang yang terbanyak."
Maka Utilitarianisme memberikan bahaya yang besar, karena 1). Memicu prinsip egoisme dan mereka menyangkal konsep babwa manusia hakekatnya berdosa, cenderung melawan Allah, tidak suka pada kebenaran dan lebih suka merugikan orang daripada menjadi berkat. Konsep Utilitarianisme yang diterima diseluruh dunia membawa dampak terhadap globalisasi yang menghasilkan penghancuran dunia dan hari ini terjadi kerusakan ekonomi secara global. 2). Utilitarianisme menjadi perusak yang luar biasa karena akhirnya menjadi asas yang mengabsahkan pengusuran dan perugian bagi kaum minoritas. Alasan-alasan dengan menggunakan format mayoritas untuk menyingkirkan kelompok minoritas sehingga mereka tidak mempunyai hak dan kekuatan yang sama dengan kelompok mayoritas. Betapa bahayanya kalau konsep Utilitarianisme diterima oleh seseorang, karena itu akan mengorbankan orang lain dan menghancurkan kelompok lain. Konsep ini harus dikikis dari konsep pikiran manusia, ini harus kita kerjakan dan tularkan pada banyak orang sehingga pikiran kita tidak diracun oleh konsep tersebut. 3). Konsep utilitarian menjadi racun yang besar karena pada akhirnya menimbulkan satu konsep pencurian dengan menggunakan konsep risk and gain, makin besar resiko yang dilalui maka kita makin berhak untuk untung besar. Sehingga muncul konsep ditengah dunia kalau kita gagal akibat orang lain yang mencapai untung, maka itu memang resiko yang harus kita tanggung. Hal ini menimbulkan kerusakan moral dan etika kerja. Yang kuat yang akan menang sudah mensahkan kita boleh menipu orang lain dengan alasan bahwa resiko harus kita tanggung sendiri. Ini akibatnya dunia menjadi rusak didalam ekonomi karena tidak ada batasan moral terhadap hal tersebut.
Setelah kita mengerti konsep tesebut, ada 3 hal dimana kita dapat memikirkan hal ini dengan lebih teliti, yaitu: 1). Etos kerja Kristen yang sesungguhnya dalam Alkitab. 2). Bagaimana kita melihat secara paradoks kondisi dari sebelum dan sesudah kejatuhan (antara natur dengan realita) sehingga kesadaran ini muncul dalam format yang sangat kuat di tengah kekristenan. Satu jiwa paradoks antara keharusan ideal yang Tuhan tetapkan dengan fakta realita yang berlawanan jauh daripada apa yang menjadi natur kerja. 3). Dengan mengerti bagaimana memparadokskan hal diatas maka kita dapat melawan 3 filsafat dunia yang sangat meracuni konsep kerja.
Dalam Kej 2:15, sebelum manusia dicipta, Tuhan sudah menciptakan alam semesta dan isinya untuk menjadi tempat manusia berdayaguna dan manusia dicipta adalah untuk mengusahakan dan memelihara taman tersebut. Prinsip daripada Ekonomi (oikos-nomos), pengelolaan rumah tangga mengandung beberapa prinsip, yaitu: Pertama, Allah bekerja dan Ia menginginkan manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah juga bekerja. Ketika kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bekerja, Allah yang berinkarnasi adalah Allah yang menunjukkan contoh bekerja sehingga kita seharusnya malu kalau tidak bekerja. Tuhan mencipta kita bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak dunia berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk mengelola dan memelihara taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak menyetujui manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita sedang melanggar natur kita. Tetapi hari ini, natur ini terus dikikis perlahan-lahan supaya seolah-olah kita boleh terus dipermudah bahkan kalau mungkin tidak perlu bekerja. Terjadi satu kesalahan efek dari satu sikap dimana sebenarnya melalui perkembangan teknologi kita dapat mengerjakan lebih banyak hal sehingga tidak dikunci dengan pekerjaan yang dapat digantikan oleh mesin dan kita dapat mendayagunakan pikiran, tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang membutuhkan bijaksana, kemampuan serta ketrampilan yang hanya dapat dikerjakan manusia sebagai mahkluk yang lebih tinggi daripada sekedar mekanik.
Natur kerja yang Tuhan ingin manusia kerjakan harus selalu mengandung dua unsur yaitu mengusahakan dan memelihara sehingga ekonomi dapat berjalan dengan benar. Ekonomi modern sedang menghadapi tantangan besar karena menghadapi ketegangan antara dua beban besar, dimana disatu pihak gerakan rasionalisme dan perkembangan teknologi telah salah mengerti konsep mengusahakan menjadi satu citra eksplorasi yang liar luar biasa sehingga pemeliharaan tidak dikerjakan. Tetapi dilain pihak, ajaran New Age movement mengajarkan ‘back to nature’ dengan hanya memelihara tanpa mengembangkan alam. Memelihara tanpa mengusahakan alam merupakan perusakan pasif terhadap alam. Oikos-nomos didalamnya harus selalu megandung dua unsur yaitu mengembangkan dan memelihara, itulah yang disebut dengan etos kerja Kristen dan kedua hal itu harus dijalankan secara bersama (paradoks). Sehingga waktu saudara menjalankan apa yang Tuhan tuntut dalam Kej 2:15 maka saudara dapat dipakai Tuhan ditengah dunia untuk menyadarkan bagaimana mereka seharusnya bekerja.
Dan yang kedua, natur kerja yang sudah ditata oleh Tuhan begitu rupa, menjadi satu natur yang seharusnya begitu indah dan dapat dikerjakan secara tepat, sekarang oleh manusia dirusak karena manusia melawan dan menghancurkan prinsip yang Tuhan tetapkan. Kalau sebelum manusia jatuh antara ideal dengan realita terjadi keselarasan yang sangat indah tetapi ketika manusia telah jatuh maka tingkat natur ideal menjadi senjang jauh dengan realita yang dihadapi. Bumi, tempat kita garap sudah tidak bersahabat lagi sehingga akhirnya segala pekerjaan yang seharusnya menjadi natur yang cocok dengan jiwa kita sekarang menjadi sesuatu yang sangat menyulitkan dan menyusahkan serta kerja keras dengan berpeluh sampai kita boleh mencapai apa yang kita mau kerjakan (Kej 3:17-19). Idealisme kerja yang Tuhan tanam di dalam diri manusia tidak hilang, tetapi realitanya sekarang bertentangan sama sekali dari fakta itu. Seringkali ketika kita menghadapi situasi seperti ini, hati kita mulai berontak karena disatu pihak natur kerjanya masih menuntut untuk mau bekerja tetapi begitu berhadapan dengan realita kesulitan yang begitu besar, hatinya mulai memberontak bahkan tidak rela karena faktanya begitu susah dan menyakitkan. Itu semua karena kita sedang mencoba melinierkan dan bukannya memparadokskan antara dua hal tersebut. Kalau kita kembali pada Firman Tuhan hari ini, kita tahu bahwa terjadi konflik antara idealisme dengan realita yang tidak kita selesaikan secara paradoks tetapi secara linier. Bagaimana realita yang begitu jelek dan ideal yang begitu indah digarap dan dipertemukan dalam perkembangan pertumbuhan sampai akhirnya mencapai apa yang harus kita kerjakan di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mampu demikian maka akibatnya kita tidak mampu bekerja secara tepat di tengah dunia dan akhirnya konsep kerja kita berubah menjadi konsep materialis.
Ini yang harus kita waspadai karena kalau hal ini terjadi maka langsung ada beberapa filsafat yang akan membuka mulutnya untuk menelan kita. 1). Hedonisme (filsafat Garfield). Garfield adalah satu figur yang sengaja disodorkan sebagai figur hedonisme modern yang selalu menyodorkan filosofi hedonostik dengan slogan dan penampilannya yang menggambarkan kemalasan kerja. 2). Utilitarianisme 3). Humanisme. Filsafat ini sengaja ditiupkan supaya akhirnya menimbulkan dampak orang ingin mendapatkan keuntungan secara membabi buta dan mendapatkan perlakuan yang sangat baik padahal ia tidak bekerja. Orang Kristen harus belajar menempatkan belas kasihan secara tepat. Berdasarkan etos kerja, seseorang berhak mendapatkan upahnya dan hidup secara layak. Dunia kita ini selalu mengalami penyimpangan dalam pola berpikir kerja karena filsafat dunia berusaha menyodorkan konsep-konsep yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebenaran Firman. Bagaimana saudara dan saya, dengan jiwa dan sistem kerja yang kita pakai? Bagaimana saudara dan saya menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan untuk bekerja di tengah dunia secara tepat serta bagaimana kita menularkan prinsip dan etos kerja kepada orang lain, sehingga banyak orang yang disadarkan bahwa cara kerja yang tidak beres akan merusak seluruh masyarakat. Cara kerja yang tepat, yang kembali kepada Firman adalah yang membawa kita kepada kebenaran. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)