Surat Kisah Rasul
merupakan berita bagaimana para rasul dipakai pertama-tama oleh Tuhan untuk
memberitakan keselamatan di dalam Kristus. hal ini dimulai dengan kisah
bagaimana Petrus berkhotbah di hari Pentakosta yang akibatnya 3000 orang
bertobat dan percaya pada Tuhan. Sehingga itu menjadi anugerah yang begitu
besar dimana Kekristenan mulai menyebar masuk ke seluruh Yudea, Asia
kecil, sampai di wilayah jasirah Yunani, dan dalam Kis 28 kita melihat
Paulus tiba di Roma untuk memberitakan Injil di tengah bangsa
Roma hingga akhirnya ia dapat menerobos filsafat dan pusat pemerintahan
Roma. Sehingga merupakan satu hal yang unik sekali kalau kita
memperhatikan bagaimana Injil dan Kekristenan dapat tiba kepada
bangsa-bangsa. Dan jika kita membaca akhir daripada Kisah para rasul,
disitu terdapat satu kesimpulan yang Paulus kutip dari kitab Yesaya: “Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah:
Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan
melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal,
dan telinganya berat mendengar, …”
Maka saat ini saya
mengajak untuk memikirkan, mengapa pemberita injil tidak datang dengan
kekuasaan yang besar tetapi justru sebagai seorang tawanan.
Ketika itu orang-orang Yahudi di kota Roma mau mendengar apa yang
Paulus ceritakan karena mereka tidak mau mendapat salah pengertian tentang
satu aliran yang begitu banyak mendapat perlawanan. Disatu pihak
Kekristenan tidak pernah ingin memusuhi siapapun tetapi ternyata
Kekristenan dimusuhi oleh begitu banyak orang. Sehingga disini timbul satu
pertanyaan, mengapa? Kemarin saya baru berbincang-bincang dengan seseorang yang
mana sebenarnya adalah seorang komunis dan ia mengatakan bahwa waktu mulai
merenungkan dan memperhatikan Kekristenan, ia tidak menemukan satu
alasanpun untuk menghina dan menolak ajaran Kristus, yang datang menjadi
berkat, mengajarkan ajaran yang begitu agung dan di dalam tindakannya Ia
tidak pernah melakukan kekejaman sekalipun. Ini merupakan
pengakuan yang jujur tetapi waktu itu ia mulai berkata, mengapa ia sulit
menerima Kristus. Ketika saya mulai merenungkan pertanyaan tersebut,
saya rasa kita semua harus sadar yaitu kalau kita boleh mengaku, bertobat dan
percaya, itu mutlak adalah anugerah Tuhan. Inilah yang diproklamasikan
oleh para reformator dengan Sola Gracia.
Disini terdapat
keunikan yaitu ketika Paulus datang ke Yerusalem, ia membawa
persembahan bagi orang Yahudi tetapi kemudian ia ditangkap dan akan dibunuh.
Kemudian setelah itu mereka mencari para saksi dan melakukan persidangan,
tetapi hingga dikirim ke Kaisarea dan Agripa, mereka tidak dapat menemukan
kesalahan apapun. Akhirnya waktu dalam keadaan genting, Paulus menggunakan
hak sebagai warga negara Roma dan ia tidak mau diadili di Yerusalem tetapi
minta naik banding ke kaisar yang akhirnya dikirim ke Roma. Dalam keadaan
sebagai tawanan, akhirnya Paulus cukup bebas sehingga ia dapat
menggumpulkan orang Yahudi kemudian berkhotbah dari pagi sampai sore kepada
mereka dan saat itu juga timbul perdebatan diantara mereka yang akhirnya
menghasilkan sebagian orang percaya tetapi ada yang tetap tidak percaya.
Dari sini saya ingin
mengajak kita melihat dua dimensi, yaitu: 1). Dimensi Penerima. Ketika
Paulus tiba di Roma maka mereka harus sadar bahwa itu adalah anugerah
dimana pada kesempatan itu mereka dimungkinkan mendapatkan anugerah luar
biasa, mendengar Injil dan berespon kepada Tuhan. Anugerah Allah mendahului
respon manusia, ini merupakan prinsip pertama. Ketika saya memikirkan hal
ini, saya percaya Tuhan memanggil kita begitu unik dan berbeda sekali. Ada
orang yang bertobat karena setiap minggu di telepon dan diajak temannya ke
gereja, karena ada orang yang dengan setia menyebarkan traktat atau mungkin
karena setiap kali ia berangkat dan pulang kantor harus menunggu bis di
halter di depan gereja. Sehingga cara kita bertobat tidak sama dengan orang
lain karena kita bukan mesin atau robot yang diprogram. Itu alasan bagi
saya, dunia kita boleh maju tetapi saya sangat menentang apa yang menjadi ide
Cyber Church (Gereja Internet) karena itu tidak dapat menggantikan gereja
orisinil seperti kita saat ini. Begitu kita tidak ke gereja dan tidak ada
gereja seperti ini maka seluruh inti gereja yang namanya marturia,
koinonia dan diakonia hilang dari tugas kegerejaan, persekutuan
dan kesaksian kita sehingga kita tidak dapat mengharapkan orang lain
bertobat. Diakonia adalah saling melayani dan kalau di cyber seperti itu maka
tidak ada yang dilayani dan itu semua yang dinamakan virtual fellowship
(persekutuan semu yang tidak original). Tetapi satu prinsip yang jelas bahwa
kita tidak pernah bertobat sendiri tetapi karena Tuhan berinisiatif
menembus hati kita dan mempertobatkan kita. Seberapa jauh kita menyadari
anugerah Tuhan maka sedemikian jauh kita mengerti Tuhan sudah beranugerah kepada
kita dan kita boleh berespon kepada Dia. Biarlah ini boleh menimbulkan satu
kesadaran kalau Tuhan boleh memungkinkan megenalNya, bersyukur dan biarlah
kita menghargai cara unik Tuhan memanggil kita serta ini dapat menjadi
kekuatan kita untuk boleh berpijak pada kesadaran anugerah Tuhan. Bukan
karena kita pandai dan hebat tetapi karena Tuhan mencintai dan
mengasihi kita.
2). Ketika Paulus dapat sampai
di kota Roma, itu merupakan satu anugerah yang unik dan dengan cara yang unik
juga. Ketika mengalami hal seperti itu, ia tidak mengomel, marah dan ketika
ia naik banding kepada kaisar, itu bukan dengan maksud mengadukan bangsanya
dengan Romawi. Secara tampak luar, memang Paulus ke Roma sebagai tawanan
karena naik banding tetapi di dalam perjalanan itu sebenarnya Tuhan sudah
berkata kepada Paulus melalui sebuah mimpi bahwa ia harus naik banding dan
menjadi berkat bagi kota Roma. Ia pergi sebagai tawanan yang mengalami
penderitaan, ketika
ia ke Roma, keadaannya sangat tidak menolong dimana berbulan-bulan harus di
kapal, 14 hari kelaparan bersama dengan penumpang kapal dan hampir mati.
Banyak kesulitan lain tetapi justru melalui kesulitan itu Tuhan memakai dia
untuk memberitakan Injil. Kadangkala Tuhan membawa kita mengerti
anugerah tetapi kita mau menghentikan anugerah di dalam diri kita.
Kita harus sadar bahwa itu bukan cara yang Tuhan mau, kalau Tuhan sudah memberi
anugerah, berkat dan menolong kita bertobat, kita harus ingat bahwa justru
itu tanggung jawab kita untuk berespon, melayani dan dipakai Tuhan.
Dan ketika Ia mau memakai saudara dan saya maka mari kita berpikir
seperti Paulus dan sadar di dalam dalam segala keadaan Tuhan dapat
pakai kita. Seringkali kita mau dipakai Tuhan asalkan caranya
enak, asal kita tidak mengalami penganiayaan karean
pemberitaan Injil yang sejati, tidak mengalami masalah, dsb. Serta
kadangkala kita mau mengatur cara kita melayani tetapi Tuhan mau
memakai kita lebih efektif dari yang kita pikirkan. Mungkin kita berpikir
bahwa kalau kita sehat dapat memberitakan Injil secara lebih
efektif dan berkuasa, namun seringkali justru dalam banyak aspek kalau kita
mengalami penyakit tertentu, itu justru menjadi satu kekuatan bagi kita
untuk mengajar, mendidik, menguatkan dan menghibur orang yang dalam
penyakit yang sama. Seorang yang pernah mengalami kesulitan dan
penderitaan, itu saatnya ia dapat memberitakan injil kepada orang lain yang
dalam kesulitan yang sama.
Kalau kita mengalami
sesuatu dan Tuhan mau pakai kita di dalam keadaan itu, mari Tuhan pakai kita,
jangan kita justru mengomel dan marah. Kita harus sadar bahwa Tuhan dapat
memakai kita dengan cara yang unik berdasarkan kehendak Dia. Mari kita
dipakai Tuhan dalam keadaan kita, jangan pernah menyesali, marah atau
protes kalau Tuhan memperkenankan kita berada dalam satu situasi tertentu,
sebelum kita mengerti benar-benar apa yang Tuhan inginkan di dalam keadaan
kita itu. Justru Tuhan kadangkala membiarkan kita memasuki satu daerah,
situasi dan masalah tertentu demi supaya Tuhan dapat memakai kita secara
lebih efektif di dalam pekerjaan Tuhan. Saya tidak tahu bagaimana Tuhann
akan pakai kita, tetapi biarlah hari ini kita boleh kembali disadarkan
seperti Paulus yang dapat dipakai oleh Tuhan di dalam segala keadaannya
baik dalam keadaan enak maupun dalam keadaan sakit, baik dalam keadaan
merdeka maupun dalam keadaan sebagai tawanan sehingga di dalam keadaan
apapun ia siap dipakai Tuhan dan itu menjadi kekuatan dia membritakan Injil
dan melayani Tuhan. Apa yang sudah kita kerjakan di hadapan Tuhan? Saya percaya
bahwa setiap kesempatan mungkin dipakai untuk menjadi alat Tuhan
memberitakan Injil dan salah satunya saya sedang berdoa, mungkinkah Natal
tahun ini juga dipakai oleh Tuhan untuk kita boleh memberitakan Injil.
Natal adalah satu
peristiwa yang unik sehingga melalui Natal ini bialah kita boleh dipakai
membicarakan Injil Tuhan kepada orang lain. Mungkin saat ini ada orang-orang
yang selama ini sedang menanti Injil Tuhan tiba padanya dimana ia dapat
bertobat sehingga ketika memasuki tahun yang baru ia boleh masuk dengan
satu pikiran, hidup, konsep dan pertobatan kelahiran baru yang Tuhan
berikan kepadanya. Maukah kita dipakai oleh Tuhan untuk menjadi alat Tuhan
memberitakan Injil? Biarlah Tuhan pakai saudara dan saya menjadi alat Tuhan yang
melayani, khususnya disaat kita masih mempunyai beberapa hari menjelang
akhir tahun ini. Mau saudara? Amin.
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)