Ringkasan Khotbah : 26 Desember 1999
FACING THE YEAR 2000
Nats : Matius 28:19-20
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

Dengan adanya perkembangan komputer (internet) maka seluruh dunia se­per­ti­nya dapat dijangkau dengan sangat dekat dimana kita dapat berkomunikasi dengan mu­­rah dan cepat, dan bukan hanya itu, bahkan kita dapat melihat secara audio visual. Namun saat ini ketika akan memasuki tahun 2000, banyak orang ke­takutan kalau se­lu­ruh komputer berhenti beroperasi karena tidak mengerti meng­hi­tung tahun 2000. De­mi­ki­an juga halnya dengan bank-bank pada tanggal 31 Des 1999, se­telah bank tutup me­re­ka harus mencetak dan memback up data semua nasabah demi ti­dak terjadinya hal-hal yang tidak terduga dan itu semua akan menghabiskan kertas, biaya, listrik dan operasional yang sangat banyak. Bukankah hal-hal seperti ini dapat mem­buat kita memasuki tahun 2000 dengan ketakutan luar biasa. Dilain pihak, kita ju­ga menghadapi ketakutan melihat peperangan dan kekacauan semakin banyak sehingga hal itu menimbulkan satu pertanyaan, mungkinkah tahun yang akan datang dunia dapat le­bih tenang ataukah akan lebih banyak pembunuhan, penghancuran dan kekacauan? Tetapi paradoksnya, semakin ba­nyak ketakutan kita memikirkan tahun 2000 maka ada banyak orang yang hari ini sa­ngat optimis terhadap kemajuan yang akan datang. Ditengah situasi demikian, kalau ki­ta menjadi orang yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam permainan pal­su manusia maka akhirnya kita akan menghadapi masa depan dengan sangat tidak me­ngerti apa yang harus kita lakukan.

Hari ini kita akan belajar bagaimana Tuhan mengajar kita menghadapi dunia dan situasi masa mendatang. 1). Tuhan mengajar kita untuk riil melihat semua dimensi de­ngan tajam dari sudut pandang Tuhan terhadap dunia ini. Mari kita mengerti per­kem­bang­an dunia dari sudut pandang Tuhan sehingga kita tidak perlu ditipu dengan ber­ba­gai macam mimpi disiang hari dengan meniadakan semua gejala yang ada tetapi dilain pi­hak kita juga tidak berhak ditakut-takuti begitu rupa hingga akhirnya tegang dan tidak da­pat berpikir lagi secara normal. Dunia tidak mengerti karena sedang sibuk dengan pe­mi­kiran dan caranya yang sudah rusak akibat dosa. Maka ketika Tuhan mengajak kita me­lihat dari sudut pandangNya, disitulah kita mempunyai visi dan kemampuan me­ne­ro­bos diatas fenomena yang terjadi dan bagaimana kita tetap mengerti dan melihat situasi, la­lu dengan cermat menapak. Mari kita kembali merenungkan apa yang Kristus pe­rin­tah­kan pada kita dalam Mat 28:19-20. Sebelum Tuhan Yesus kembali ke Surga, Ia mem­­berikan perintah yang kita kenal sebagai amanat agung Tuhan Yesus dimana di­mu­lai dengan kalimat “Karena itu pergilah!” Kalimat ini bagi saya merupakan satu hal yang sangat menantang dan saya harap ini menjadi jiwa Kekristenan. Tuhan memanggil ki­ta bukan untuk menikmati kekristenan tetapi untuk pergi, menghasilkan buah dan bu­ah itu tetap, itulah yang Tuhan tetapkan bagi setiap kita. Kristus menuntut kita mem­pu­nyai jiwa maju dan berkembang, seperti lagu Halleluya Chorus yang diciptakan oleh Handel yang menandakan bagaimana kita dapat memuji Tuhan dengan jiwa dan di­na­mik yang keras. Dunia kita semakin hari semakin cepat, agresif dan mau melanda se­lu­ruh­nya bagaikan air bah yang mau menghancurkan apapun yang ada didepannya, bagai­ma­na dengan sikap kekristenan? Apakah Kekristenan menjadi orang-orang yang pasif? Se­makin saudara menyadari berapa mahal jiwa dan hidup saudara maka itu membuat eng­kau semakin dipakai Tuhan semakin hari. Karena kalau iman Kristen kita tidak ber­t­umbuh dengan baik dan mempercepat jarak kita maka kita akan menjadi orang-orang yang lambat di dalam kehidupan kita.

2). Bagaimana kita boleh sungguh-sungguh berpikir dan menggumulkan pe­rin­tah kedua dari Kristus yaitu, “Jadikanlah semua bangsa muridKu.” Mari kita men­ja­di orang-orang yang Tuhan pakai tidak hanya berhenti dalam diri atau gereja kita tetapi bo­leh dipakai menjadi berkat bagi banyak orang sehingga mereka boleh mengenal Tuhan. Saya kagum ketika bertemu dengan pasangan suami istri dari Jepang dimana ge­re­ja mereka adalah gereja yang terus-menerus mengirimkan misionari ke luar negeri. Se­hingga gereja seperti ini merupakan gereja yang akan bertumbuh karena pang­gil­an­nya bukan hanya sebatas dalam gerejanya tetapi keseluruh dunia. Saya berharap setiap ki­ta mempunyai beban ini secara besar di dalam hati kita dan mari kita mempunyai visi yang semakin hari semakin diperluas oleh Tuhan. Dan di dalam panggilan kedua ini sa­ya berharap Tuhan juga mendorong kita untuk dapat memuridkan orang lain. Tuhan me­mangggil kita untuk pergi bukan sekedar untuk menginjili orang lain tetapi untuk me­muridkan orang lain, menjadikan semua bangsa murid Tuhan. Ini adalah panggilan yang Tuhan minta kepada setiap kita.

Dalam abad ini kita akan berhadapan dengan situasi yang sangat berat karena orang sulit menjadi murid tetapi ingin menjadi guru/ boss. Banyak orang yang hanya mau mendengarkan apa yang ingin mereka dengar dan mau memerintahkan segala se­suatu serta tidak pernah mau belajar sesuatu. Jiwa belajar biarlah menjadi jiwa yang sung­guh-sungguh boleh memperngaruhi diri kita. Setiap murid Yesus tidak ada yang lang­sung diutus pergi, melainkan harus belajar bersama Kristus, baru setelah itu ada peng­utusan. Setelah Paulus bertobat, iapun harus belajar, pergi ke arab (3 th) dan ke­mu­dian ia bersama Barnabas melakukan pelayanan pertama kali ke kota Anthiokia, se­hing­ga akhirnya kota tersebut menjadi pusat kekristenan yang berkembang dan jemaat di­sana disebut sebagai orang Kristen pertama kalinya. Pauluspun harus men­ja­lani masa belajar 12 tahun dan setelah itu selama sekitar 23 tahun ia melayani serta meng­hasilkan penulisan Alkitab 13 buku dalam PB. Bagaimana Kekristenan dapat me­muridkan, menyadarkan dan mengajarkan kepada orang lain kalau Kekristenan su­dah begitu lumpuh, tidak mengerti dan mempermainkan Injil. Bagaimana dalam diri ki­ta ada satu kerelaan mau bertumbuh? Mari kita sadar, dunia kita terus maju dan ber­tum­buh sehingga bagaimana kalau kita secara iman tidak bertumbuh dapat melawan du­nia kita? Tuhan menjadikan kita murid supaya kita dapat memuridkan orang lain.

3). Baptislah mereka dalam nama Bapa dan anak  dan Roh Kudus. Kalimat ini seringkali disalahmengerti dimana orang dengan mudahnya membaptis padahal orang tersebut belum mengerti apa arti sesungguhnya daripada baptisan tersebut, se­hing­ga ini merupakan satu sikap yang terlalu mendangkalkan pengertian Firman. Bap­tis­an sesungguhnya mempunyai arti dimana saudara diminta berdiri dan me­nga­ku percaya bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Juru Selamat, Alkitab adalah sa­tu-satunya kebenaran dan percaya bahwa saudara harus menjadi anak Tuhan yang setia me­la­yani, serta hidup sebagai saksi yang menjaga kehidupan ke­su­cian dan sikap di hadapan Tuhan dan jemaat. Itulah yang menjadi inti dari proklamasi bap­tis yang menyatakan bahwa anugerah Tuhan turun keatas saudara, merubah cara ber­pikir, membentuk hati dan pikiran sehingga saudara berubah dari dunia ini karena anugerah Tuhan mendahului. Baru setelah itu kita memproklamasikan di tengah jemaat bah­wa anugerah Tuhan sudah turun atas saudara. Itu alasannya gereja Reformed tidak sem­barangan dalam membaptiskan orang dan kita menuntut mereka untuk melakukan ka­tekisasi sehingga mereka mendengar, mengerti dengan sungguh-sungguh dan ke­mu­di­an baru dibaptis. Baptisan adalah perintah Tuhan supaya orang Kristen, siapapun dia yang mendengar berita kebenaran, tiba pada satu tingkat berani memproklamasikan diri di hadapan jemaat dan masyarakat bahwa kita adalah anak Tuhan yang siap men­jalan­kan apa yang Tuhan inginkan. Waktu kita berjanji di hadapan Tuhan berarti Tuhan akan menghakimi apa yang kita ka­takan dan janji itu menjadi komitmen dihadapan Tuhan yang harus dipertanggung­jawab­kan di dalam hidup. Itu prinsip! Inilah pengertian yang sesungguhnya bahwa bap­tis­an bukan berhenti di dalam tindakan baptisan itu sendiri tetapi di dalam pe­lak­sana­an­nya terdapat isi dan bobot yang begitu besar yang Tuhan minta setiap kita mela­ku­kan­nya. Tuhan meminta kita mempunyai komitmen sesuai dengan baptisan kita se­hing­ga dimana terdapat tindakan baptisan yang tidak menuntut komitmen iman maka disitu tidak ada ke­ab­sahan baptisan. Saya harap kita jemaat Tuhan jangan lagi malu menyatakan diri se­ba­gai orang Kristen karena itu justru identitas yang begitu mulia yang orang lain perlu pu­nya tetapi mereka tidak sadar kalau mereka perlu.

4). “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan ke­pa­damu.” Ini jiwa dan tuntutan terakhir! Tahun 2000 nanti kita akan menghadapi satu si­tuasi yang sangat pelik dimana iman Kristen di tengah dunia akan semakin meng­ha­dapi tantangan yang sangat berat, akibatnya ketika kita mau maju dan mau menjalankan apa yang Tuhan perintahkan, sepertinya ada satu tahanan yang begitu besar yang mem­bu­at seolah-olah kita tidak dapat masuk. Ditengah situasi demikian, Tuhan mau kita te­tap beritakan dan ajarkan semua yang telah Ia perintahkan kepada kita. Dalam II Tim 4, Paulus sudah memberi peringatan bahwa dunia akan menghindar dari ajaran sejati yaitu Firman tetapi mereka akan membuka telinga mereka bagi dongeng. Maka di dalam si­tuasi demikian akan terjadi ketegangan di dalam Kekristenan sebab banyak Kekristenan ha­ri ini yang hanya mau mengajarkan hal yang mudah diterima masyarakat. Itu alasan mim­bar disini dari sejak pertama berdiri untuk setia mengeksposisi Firman Tuhan.

Saya rindu kita mulai belajar baik-baik selama masih ada kesempatan, karena mung­kin satu hari nanti kesempatan ini hilang. Mari kita benar-benar memberitakan apa yang Tuhan perintahkan untuk diberitakan, mau setia kepada Firman dan bukan mem­beritakan mulut ataupun ide kita sendiri. Tuhan tidak pernah mencabut amanat agung ini dari 2000 tahun yang lalu, dan hingga sekarang tetap relevan serta perlu bagi du­nia ini. Mari kita memasuki tahun 2000 dengan kesetiaan, “Karena itu pergilah, ja­di­kan­lah se­mua bangsa muridKu dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku­perintahkan ke­pa­da­mu. dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Amin. ?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)