Ringkasan Khotbah : 05 Maret 2000
JANGAN
MENDUKAKAN ROH KUDUS
Pengkhotbah :
Rev. Sutjipto Subeno
Bagian
yang akan kita bahas hari ini dapat dikatakan sebagai kesimpulan atau tuntutan
terakhir dari seluruh gambaran relasi yang diungkapkan oleh Paulus didalam Ef 4
mulai dari ay. 17-32, yang merupakan rangkuman dari dua kondisi yang
dipertentangkan. Kita kembali melihat dalam ay. 23-24 dimana Paulus
menekankan bahwa hendaklah kamu dibaharui didalam roh dan pikiranmu didalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya karena itulah dasar supaya engkau
boleh mempunyai relasi antar manusia yang baik, boleh menjadi berkat bagi orang
lain dan memikirkan pekerjaan Tuhan secara luas. Dan ketika hal tersebut
dikerjakan maka Paulus memberikan hal yang terakhir didalam bagian ini
yaitu, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan
kamu menjelang hari penyelamatan.”
Pada
saat saya mulai merenungkan ayat ini, saya teringat apa yang diungkapkan Paulus
dalam Rm 10:1-2 dimana dikatakan, “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku
kepada Tuhan ialah supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi
kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah,
tetapi tanpa pengertian yang benar.” Kalimat “Janganlah kamu mendukakan
Roh Kudus Allah,” muncul karena itulah yang menjadi motivasi dari
seluruh tindakan yang kita kerjakan di tengah dunia. Orang Kristen kadangkala
tercemar dengan cara berpikir agama atau konsep yang muncul disekelilingnya
sehingga akhirnya kita terjebak masuk dalam konsep yang salah. Padahal
justru disini motivasi seluruhnya terbalik. Ketika Paulus berbicara dalam Rm 10,
ia tahu dan melihat apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang sedang bergiat
tetapi belum mendapatkan keselamatan. Mereka bukanlah orang yang malas atau tidak
bekerja, bahkan ia mengatakan bahwa ia berani menyaksikan bahwa mereka memang
giat untuk Tuhan tetapi tanpa pengertian yang benar. Dan dilanjutkan,
“Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena
mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak
takluk kepada kebenaran Allah.” Berarti mereka giat dan mempunyai semangat
tetapi akhirnya seluruhnya dibuang sebab mereka mendirikan kebenaran mereka
sendiri dan tidak kembali pada kebenaran Allah.
Suatu
kali saya berbincang dengan seseorang yang mempunyai konsep bahwa Tuhan akan
marah dan ia tidak akan mendapat perkenanan Allah kalau tidak melayani dengan
giat. Kita perlu belajar dari Paulus. Paulus adalah Saulus yang mengalami
perubahan didalam konsep dasar hidupnya. Disini kita melihat dua macam orang
yang sama giat dan diwakili dengan satu yaitu diri Paulus sendiri. Paulus adalah
orang yang giat melayani sebab ia tahu ketika masih berdosa, Tuhan mencintai dan
akhirnya menyelamatkannya. Sehingga ia berkata, “Aku mempersembahkan tubuhku
sebagai persembahan yang hidup, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna,
itulah ibadah yang sejati,” dan ia menuntut orang-orang di Roma untuk berbuat
demikian juga. Itu bukan sekedar sebuah perintah tetapi satu syaring, konkritnya
kehidupan yang dinyatakan didalam kehidupannya. Tetapi kalau kita melihat
Saulus, yang begitu giat bekerja bahkan apabila dibandingkan dengan
rekan-rekannya, keseriusan dan semangat kerjanya sangat tinggi. Dan ketika
ia menganiaya orang Kristen, ia berpikir bahwa ia sedang mengerjakan pekerjaan
Tuhan dan akan mendapat nilai besar di sorga. Tetapi justru didalam perjalanan
ke Damsyik, Tuhan menyadarkan bahwa ia sudah menganiaya Tuhan dan akhirnya
ia sadar bahwa apa yang dikerjakannya selama ini tidak menyenangkan hati
Tuhan. Begitu banyak orang yang giat melayani tetapi tanpa pengertian yang
benar, sebab semua yang dikerjakan merupakan konsep mereka sendiri dan tidak
tahu apa yang sebenarannya Tuhan nilai didalam dirinya. Dan ketika mereka sedang
mendirikan kebenarannya sendiri maka dengan sendirinya mereka sedang
menolak kebenaran Allah. Ini bagi saya merupakan satu pergumulan yang serius!
Betulkah kita sudah menyelesaikan apa yang seharusnya kita kerjakan ataukah
seluruh hidup kita akan disia-siakan masuk dalam penderitaan yang kekal?
Waktu di dunia kita begitu takut hidup kita akhirya sia-sia tetapi kita tidak
pernah berpikir bahwa di kekekalan semuanya bersifat mutlak dan bukan
kesementaraan yang semuanya bersifat relatif. Pada saat ini bagaimana kita
dapat menggumulkan secara serius apa yang sebenarnya yang Paulus inginkan dalam
aspek ini, sehingga kalau kita melakukan kebaikan bukan demi seperti
konsep-konsep yang salah yang muncul di tengah dunia.
Mari
kita melihat apa yang menjadi pembeda total didalam seluruh orientasi hidup
kita. Paulus mengatakan, kalau engkau bergiat, maka lakukan semua itu bagi
Tuhan. Disinilah inti iman Kristen! Alkitab mengatakan bahwa kalau kita berbuat
baik justru karena kita boleh mencintai Tuhan. Minggu yang lalu saya membahas
dua perbedaan tuntas dimana ketika seorang Kristen berbuat baik, ia melakukannya
karena mencintai Tuhan. Kita bukan menjadi budak yang ditekan oleh Allah yang
kejam, yang sedang mengancam, sehingga kita perlu bekerja dengan baik. Sikap
seperti ini sangat banyak didalam hidup beribadah dan merupakan satu ketakutan
agamawi. Bagi saya, ini merupakan satu hal yang unik. Satu hal yang menjadi
ukuran terbaik untuk melihat seberapa jauh seseorang mencintai adalah kalau
seseorang semakin mencintai maka ia akan makin perduli, makin peka hatinya dan
tidak ingin menyakiti orang yang dicintainya. Semakin kita mencintai maka
kita akan semakin memikirkan yang terbaik buat orang yang kita cintai.
Sehingga cinta Tuhan berarti kita memiliki kepedulian yang besar terhadap apa
yang kita lakukan memperkenan atau mendukakan Allah. Kalimat itu tidak
mungkin dapat dimengerti oleh siapa yang tidak cinta Tuhan. Berapa besar
pergumulan hidup kita ketika kita menjalankan semua ini? Apakah seluruh
aktivitas kita hanya menjadi manifestasi daripada egois kita ataukah justru membuktikan
seberapa jauh kita mencintai Tuhan.
Didalam
hidupnya, Hizkia selalu melakukan hal yang berkenan kepada Tuhan, bahkan ketika
ia divonis mati. Tetapi justru ketika umurnya diperpanjang 15 tahun, ia tidak
dapat mempertahankan pertanggung-jawabannya. Bagi saya itu merupakan satu
bukti yang disodorkan sejarah dan prinsip, siapa Allah yang kita kenal. Banyak
orang disatu pihak begitu giat melayani Tuhan te-tapi di tempat lain ia
merusak dan berbuat hal-hal yang menyakiti hati Tuhan. Itu sebabnya Tuhan marah
terhadap orang Farisi yang munafik seperti kuburan labur putih, karena ibadah
mereka berbaur antara semangat ibadah kepada Tuhan dengan egoisme. Yesus
pernah mengatakan didalam pengajaran doa Bapa kami bahwa hendaklah dalam hal
berdoa, kita tidak seperti orang munafik yang berdoa di perempatan jalan atau
didalam ruang ibadah, supaya dengan doa semua orang melihat kita, tetapi
berdoalah didalam kamar maka Allah kita yang ada di tempat tersembunyi
akan memberkati. Konsep seperti itu muncul karena semangat doa yang sudah tidak
beres, sebab mereka kalau berdoa bukan memikirkan Tuhan tetapi memikirkan
bagaimana dengan orang lain. Ini merupakan satu doa yang saya rasa sangat keluar
daripada jalur yang Tuhan inginkan, yaitu jiwa yang tidak sungguh-sungguh
dihadapan Tuhan. Saya harap kita berubah, bertobat dan kembali pada Tuhan.
Biarlah ini menjadi hati yang sungguh-sungguh boleh kembali memikirkan dan
menggumulkan, bahwa ketika kita hidup itu semua kita lakukan demi Tuhan.
2).
Yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Ketika orang dunia bekerja
dengan begitu giat, itu semua mereka lakukan supaya mendapatkan pahala atau
berkat dari Tuhan. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa ketika kita bekerja, semua
kita pikirkan supaya ja-ngan mendukakan Roh Kudus yang telah memeteraikan
menjelang hari penyelamatan. Prinsip kerja seperti ini merupakan prinsip kerja
yang terbalik daripada apa yang dunia kerjakan. Dunia memberi kita upah
setelah melihat bagaimana hasil kerja kita. Seperti seseorang yang diminta mengepel
kamar yang luasnya 3x4 m dan setelah selesai, hasilnya bagus maka orang tersebut
diberikan upah Rp 50.000,-. Sehingga nilai kerjanya adalah berdasarkan apa
yang telah ia kerjakan. Namun kalau ada seseorang yang sebelumnya sudah
diberi uang 1 milyar lalu diminta untuk mengepel kamar 3x4, maka kira-kira apa
yang akan ia kerjakan? Saya yakin ia akan bingung akan apa yang akan ia perbuat.
Tuhan memberikan kepada kita keselamatan, membayar dengan lunas bukan dengan
dolar atau emas dan perak tetapi dengan darah dan nyawaNya sendiri, ketika
kita masih berdosa dan seharusnya merupakan orang yang harus dibinasakan.
Dan
selanjutnya baru Tuhan meminta supaya kita melakukan pekerjaan baik yang sudah
dipersiapkan Allah sebelumnya, dan Ia mau kita ada didalamnya. Kalau kita
diselamatkan, itu semua anugerah, kasih karunia melalui iman dan jangan ada
orang yang memegahkan diri karena itu bukan hasil usaha kita, jangan ada
yang sombong karena itu merupakan pekerjaan Allah. Ketika Tuhan sudah menebus
kita dengan darah yang mahal dan anugerah yang besar, kita dimeteraikan
dengan Roh Kudus dan keselamatan yang kekal. Kita bukan mencari keselamatan sendiri
tetapi semua itu sudah kita dapatkan dan dimeterai sampai pada kekekalan. Ketika
Tuhan sudah menebus kita dengan penebusan yang begitu mahal, masih relakah
kita berbuat hal-hal yang jahat untuk menyakiti hatiNya? Seharusnya kita sakit
dan pedih hati karena Tuhan sudah mencintai dan membayar upah kita secara
lunas. Mari kita kembali memproporsikan bagaimana cara Tuhan bekerja sehingga
kita boleh mengerti.
3).
Ketika kita bergumul, biarlah orientasi seluruh hidup dan pekerjaan kita bukan
di tengah dunia tetapi kembali kepada Tuhan. Seringkali orientasi kita
terjebak dalam hal-hal material yang ada didunia dan lebih suka melakukan
sesuatu yang menyenangkan orang lain sehingga akibatnya kita tidak kembali
memikirkan Tuhan. Itu alasan didalam kekristenan kalau kita melakukan
sesuatu, kita lebih suka dilihat orang, yang dapat menunjukkan kepada orang lain
karena kita menanti penilaian orang terhadap diri kita. Barangsiapa hanya
mencari kesenangan manusia maka itu bukan menyenangkan Allah! Maka Paulus
pernah begitu marah didalam Galatia dan mengatakan, “Kalau aku melakukan
semua ini, apakah engkau mau mengatakan bahwa aku mau mencari kesenangan
manusia, apakah aku hanya mau melihat mata manusia, ataukah aku sedang
mengasihi Tuhanku?” Kalimat itu bagitu eksplisit dikeluarkan oleh Paulus. Dia
mau menunjukkan bahwa hidup kita bukanlah untuk dinilai manusia tetapi
oleh Tuhan. Apa artinya semua orang senag terhadap kita sementara Tuhan benci
dan marah terhadap kita? Mari kita mulai kembali menggumulkan untuk siapa kita
hidup dan melayani? Di segala aspek kehidupan, setiap ciptaan, dicipta untuk
pencipta, menurut rancangan pencipta, berdasarkan tujuan pencipta dan hasilnya
dipakai kembali oleh pencipta. Itu merupakan hukum yang sah! Kalau saudara dan
saya dicipta oleh Tuhan, itu bukanlah untuk kepentingan kita tetapi demi
kepentingan pencipta. Dia merancang kita berdasarkan tujuan yang Tuhan ingin
kita kerjakan maka sesudah kita dicipta, kita harus kembali melayani dan
bekerja bagi Dia. Dan seharusnya apabila kita melawan Tuhan, sudah
sepatutnyalah kalau kita dibuang. Jangan mendukakan Roh Kudus Allah yang sudah
memeteraikan engkau menjelang hari penyelamatan.
Dalam
Ef 2:10 dikatakan, “Karena kita ini buatan Allah, yang dicipta dalam Kristus
Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah
sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup didalamnya.” Mari kita menggumulkan
kembali siapa diri kita dihadapan Tuhan. Saya rindu hari ini Tuhan mengubah
seluruh konsep kita, kalau selama ini kita menjadi orang-orang yang begitu
egois, yang hanya memikirkan diri sendiri. Biarlah hidup kitapun boleh
menyenangkan hatiNya. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)