Ringkasan Khotbah : 23 April 2000

THE SHOUT OF VICTORY

Nats : I Kor 15:50-58

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno

 

“Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Kalimat pekik seperti ini tidak mudah kita mengerti ke­cuali Tuhan mem­­buka pengertian tersebut sedalamnya pada kita. Ketika Paulus menga­ta­kan kalimat di­atas, ka­­limat itu merupakan suatu pekik sukacita dan nyata dari seorang yang sudah sungguh-sung­guh di­­bukakan sehingga mengerti apa yang sedang terjadi di te­ngah dunia ini.

Di tengah du­nia mo­dern kita seringkali tidak sadar telah diterpa dengan pe­mi­kir­an fil­sa­fat yang disebut nihilisme (satu pemahaman dimana segala sesuatu di­ang­gap nihil/ tidak ada). Dua orang tokoh dari Freiburg University, Edmund Husserl dan mu­rid­­nya, Martin Heidegger me­ne­riak­kan apa yang disebut sebagai “Fenomenologi” yang ak­hir­­nya menjadi satu gerakan yang ber­­na­ma “The spirit of nothingless” (satu semangat ke­ti­dak­adaan). Seringkali pemikiran nihillisme mu­lai de­ngan satu gambaran: ketika orang yang me­ng­a­nut nihilisme melihat sebuah kertas, maka ia katakan bahwa pada kertas ter­se­but ter­dapat lu­bang. Inilah mulainya pemikiran yang disodor­kan dimana mereka me­nga­takan bah­­wa d­isini terdapat yang tidak ada sehingga tidak ada itu me­ru­pakan satu ke­be­radaan. Ini­­lah yang akhirnya menjadi satu pe­mikir­an besar yang mempenga­ruhi se­lu­ruh dunia di­ma­na dunia dibawa pada satu pe­mikiran bahwa kalau kita ada itu se­benar­nya tidak ada dan sebaliknya yang ada itu mungkin tidak ada sehingga ada atau tidak ada itu men­­jadi sa­­tu. Mengapa hal seperti ini dapat mempengaruhi dunia? Kita terus berusaha men­cari mak­­­na namun tidak kita dapatkan. Se­mua yang te­lah kita kerjakan ada­lah sia-sia dan akhirnya hanya akan dibuang di tong sam­pah, se­dang­kan kita akan masuk dalam kematian dan dilupakan. Kita melihat bahwa nilai kerja kita satu lang­kah demi satu langkah akan diganti dengan mesin. Disini manusia akhirnya ha­rus dihadapkan pada satu realita yang paling menyakitkan yaitu ke­matian. Maut men­jadi kunci yang akhirnya menghabiskan selu­ruh daya dan upaya kita.

Dalam kitab Pengkhotbah dari awal hingga pasal 11 akan banyak kita temukan kata sia-sia. Namun seharusnya kita tidak hanya berhenti di pasal 11 karena justru di da­lam pasal yang terakhir (Pkh 12) semuanya dibalikkan. Dalam ayat tersebut dikatakan bah­wa semuanya sia-sia kecuali kita kembali kepada Allah dimasa muda kita. Kitab Peng­khot­bah ingin menyadar­kan kita pada satu realita bahwa jikalau kita terlambat kembali pa­da Allah maka itu berarti kita te­lah membuang hidup kita dan itu menjadi satu lubang ko­song yang kita te­­mui dalam hidup kita. B. Pascal mengatakan bahwa didalam setiap hati manusia terdapat ruang yang tidak pernah dapat diisi oleh siapapun kecuali oleh Allah sendiri. Kebangkitan Kristus bukan sekedar kebangkitan yang numpang lewat di te­ngah se­jarah tetapi ke­bang­kit­an yang mempunyai signifikansi begitu be­sar dan sangat di­sa­­yang­kan kalau dunia tidak mengerti hal ini. Jikalau saudara mengerti hal ini, ma­ka sau­da­ra baru melihat signifikansi dari apa yang Paulus katakan disini. “Hai maut, dimana­kah se­ngat­mu? Hai maut dimanakah kemenanganmu?” Sebab Kristus telah menghancurkan kua­sa ma­ut dan kuasa kematian karena sengat maut adalaha dosadan kuaakematian itu ada­­lah kua­sa hu­kum taurat. Disini kita dapat membayangkan dunia yang dicengkeram di­bawah sengat dosa dan kematian menjadikan dunia tidak berpengharapan dan hancur.

Betapa bahagia menjadi orang yang boleh merayakan paskah. Apa sebenarnya arti Pas­kah? Di hari Paskah kita boleh meneriakkan kemenangan yang luar biasa ka­rena Pas­kah me­rupa­kan satu kejadian yang mem­balik seluruh peng­harapan sejarah, nilai hidup dan seluruh kuasa yang selama ini ber­kuasa di tengah dunia. Se­lanjutnya kita dapat me­li­hat beberapa ke­me­nang­an yang akan kita dapatkan dari Paskah: 1). Kuasa Kristus yang me­nang atas kuasa ke­matian menga­lahkan maut itu sen­diri. Di tengah dunia ketika se­luruh perjuangan tidak mam­pu mem­perjuangkan apa yang disebut maut, maka Kristus bang­kit untuk mengalahkan maut. Andai­kata saya ha­ri itu berada disana dan diberitahu bah­wa Yesus bangkit maka itu merupakan satu be­ri­ta yang sulit diterima tetapi harus diterima. Di sepanjang sejarah tidak ada tokoh besar mana­pun yang dapat berkata bahwa ia akan pergi ke Yerusalem, me­nanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, iman-iman kepala dan ahli taurat, di­bu­nuh dan mati namun pada hari ketiga bangkit. Dan ka­li­mat proklamasi itu bukan hanya didengar oleh para murid­Nya namun juga mu­suh-mu­suh­nya yaitu para ahli taurat, orang Farisi, Herodes dan bah­kan oleh Pilatus sehingga ku­bur­­an Yesus di­jaga ketat dari luar. Namun kuasa kebang­kit­an tersebut bukanlah dari luar ti­dak ada seorangpun yang berhak menghambat Kristus bangkit. Ini merupakan satu bukti yang tidak da­­pat dihapus dari sejarah.

Berita dan ajaran Kristen bukan sekedar berita dan ajaran tetapi be­ri­ta Injil ada­lah hi­dup itu sen­diri. Hal ini bukan sekedar teori tetapi Kristus mem­bukti­kan­nya de­ngan meng­han­cur­kan kuasa yang paling besar, dimana seluruh manusia tidak me­mi­liki ha­rapan un­tuk menghadapi­nya. Paskah adalah pekik ke­me­­nangan karena hidup mengalahkan ke­ma­­tian. Itu­lah alasan ke­kris­­­tenan tidak menerima kon­sep dualisme atau keseimbangan an­­tara ke­baik­an dan ke­ja­hat­an te­tapi kita percaya bahwa ma­ut dan kematian ber­ada di­bawah kua­sa kehidupan. Ketika kita kem­bali pada Kristus ma­ka tidak ada ke­matian yang da­pat men­cengkeram manusia. Maka didalam ayat 53 Paulus dengan tegas mem­bu­­ka ra­ha­sia ini pada kita bahwa yang dapat binasa akan di­ganti dengan yang ti­dak dapat binasa dan yang mati atau ber­­sifat daging akan di­gan­tikan dengan yang tidak da­pat rusak, yang nan­ti­nya akan terus ber­ada dalam ke­ke­kal­an. Ini merupakan satu esensi iman Kristen yang mampu menghancurkan kuasa ke­ma­tian dan dosa.

2). Kita bukan hanya mendapatkan hidup tetapi juga mendapatkan kuasa ke­me­­­­nang­an ter­sebut. Ketika Yesus bangkit maka Ia menjadi yang sulung dari semua yang akan di­bang­kit­kan. Ini­lah kuasa yang akan mengikuti semua orang yang berada dibawah re­­pre­­sentasi Kristus. Kua­sa itu menyertai kita dan memampukan kita me­naklukkan kuasa ke­matian dan dosa. Seringkali anak Tuhan dalam abad 20 ini kehilangan kekuatan kuasa ini sehingga akhirnya justru terjebak untuk men­­cari kuasa-kuasa lain. Kuasa yang mampu un­tuk mengatur itu semua bukanlah ditangan kita se­­bab manusia adalah mah­kluk yang sub­misif (tidak mempunyai power). Kuasa ke­me­nang­an Kristus adalah kuasa yang mem­bawa kita kembali pada Kristus. Jikalau saudara sudah jelas di­da­­lam pimpinan Tuhan dan be­nar-benar setia dan taat kepada Firman maka halangan badai atau­­­pun tantangan yang be­sar takkan mampu menahan kita karena ada kuasa besar yang sang­gup meng­han­cur­kan­nya. Bahkan ketika para murid mempertanyakan kuasa tersebut Yesus men­ja­wab, se­kalipun iman mereka sebesar biji sesawi tetapi jikalau mereka mengatakan kepada gu­nung supaya berpindah maka iapun akan berpindah. Sehingga disini masalahnya hanya­lah ke­ta­at­an dan bukannya iman yang besar atau kecil. Sungguh sayang banyak orang Kristen yang ti­dak mem­punyai pengalaman iman yang menyertainya sehingga akibatnya me­reka ke­ring dan ikut me­n­­j­adi orang-orang yang merasa begitu tidak mampu dan tidak berani lagi menjalankan ke­hen­dak Allah. Hal itu muncul karena mereka tidak mempunyai relasi yang baik, hidup de­kat de­ngan Tuhan, sehingga kepekaannya untuk mengerti ke­hen­dakNya serta kesadaran akan kuasa yang me­nyertainya tidak ada dan akibatnya me­re­ka lumpuh didalam imannya. Saya mengha­rap­kan di ak­hir abad 20 ini muncul anak-anak Tuhan yang tahu panggilan dan bagaimana berjalan da­lam ke­hen­dak Tuhan. Ini bu­kan berarti bahwa kita semua harus menjadi pendeta, te­tapi ber­jalan ber­da­sarkan ke­taat­an dan pimpinan Tuhan untuk setiap apa yang kita kerjakan maka kuasa Tuhan akan me­nyer­tai kita. Ini yang seharusnya muncul dan menjadi pengalaman rohani kita se­hing­ga kita boleh menjadi saksi Kristus.

3). Kuasa kemenangan itu memberikan pada kita pengharapan yang sejati. Ke-tika kita kem­bali kepada Allah dimasa muda kita maka se­mua itu tidak akan menjadi sia-sia karena pada akhir­nya akan membawa kita kepada satu hasil atau berkat yang be­sar, yang dimana sesudah ke­matian ada satu ke­hidup­an kekal yang menjadi bagian kita. Ter­da­pat beberapa konsep setelah ke­matian namun semua itu hanya dipak­sa­kan karena ma­nusia ingin menghindar dari satu per­tang­gung­jawaban sesudah kematian. Ma­nusia gentar ke­tika ia harus berhadapan dengan titik ke­matian sehingga akhirnya mereka menyangkali fakta kematian dengan berbagai teori. Efek dosa me­­mang harus mati tetapi itu bukanlah akhir karena sesudah kematian kita akan masuk dalam kehi­dupan kekal. Se­lu­ruh peng­harapan akan ditumpukan kepada penggarapan eskatos (eska-tologi) hingga pa­da akhir nanti kita akan dibangkitkan. Dalam ayat 52 Paulus mengatakan bahwa da­lam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita se­mua akan di­ubah. Itulah yang membuat seluruh per­juangan penuh dengan pengharapan. Disinilah orang Kristen yang menjadi satu-satunya yang sang­gup membuka dan memberikan peng­harapan ka­re­na kuasa kemenangan didalam Kristus. Maka teriak kemenangan yang di­teriakkan (the shout of victory) bukanlah sembarangan tetapi mempunyai kuasa dan peng­harapan yang be­nar-benar dinantikan dunia.

4). Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang mematahkan kuasa kebencian dan kuasa dosa. Semakin hari kuasa dosa semakin mengakar dan manusia akan terus ten­gelam di­da­­lamnya, dan itu mempengaruhi cara kerja, pola pikir dan seluruh hidupnya di tengah dunia ini. Re­for­masi sejati adalah reformasi hidup kita kembali pada kebenaran Allah. Ketika Kristus naik di atas ka­yu salib, di Golgota dan bangkit dari kematian, menga­lah­kan kuasa dosa dan ke­ma­tian ma­­ka disitulah terjadinya pertolongan yang sejati, pro­ses satu-satunya yang men­jadi proklamasi ka­­sih yang sejati ditengah dunia yang tidak me­miliki kasih. Salib, kebangkitan Kristus ada­lah kua­sa pekik keme­nang­an dimana dosa diikat dan di­han­cur­kan menjadikan kuasa cinta kasih dimun­cul­­kan. “Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih ber­dosa” (Rm 5:8). Ketika kita masih me­la­wan Tuhan maka saat itulah Ia mencurahkan cinta kasihNya. Ini merupakan berita yang luar bia­sa! Bagaimana Tuhan mengasihi dan kuasa kasih­Nya mene­robos hati yang beku. Saya rin­du anak-anak Tuhan belajar akan hal ini. Menero­bos de­ngan kuasa kebangkitan memang tidak mu­dah tetapi harusnya kita mulai ber­latih se­hingga dengan kuasa kasih tersebut kita di­mam­pukan untuk mencintai orang lain dan bahkan mu­suh yang merugikan dan menghancurkan kita. Berapa diantara kita yang mempraktekkan prin­sip kemenangan Kristus tersebut dalam hi­dup kita?

5). Kuasa kemenangan Kristus memberikan nilai terbesar diseluruh kehidupan kita. Kristus pernah mengatakan bahwa jikalau kita setia dan taat mengerjakan apa yang Tuhan ke­hendaki maka kita adalah ham­ba yang setia sehingga kita boleh masuk da­lam per­jamuannya. Ba­nyak orang dunia me­nger­jakan banyak hal namun apakah yang di­ha­sil­kan­nya? Disini justru ke­ti­ka kita kembali pada Kristus maka kuasa kemenangan Kristus men­jadikan kita mampu untuk me­nger­­jakan ke­selamatan dan pelayanan kita, berdiri te­guh dan tidak goyah, sebab didalam Tuhan pe­­ker­jaan kita tidak sia-sia. Diluar Kristus sau­­dara bagaikan ranting yang tidak berbuah, yang ha­nya akan dipotong dan dibakar. Se­lu­ruh makna dan nilai hi­dup kita baru mencapai nilai yang se­sung­­guhnya setelah kuasa ke­menangan Kristus dite­riak­kan dan disitu kemenangan itu men­­jadi­kan kita begitu ber­sinar terang ditengah dunia yang penuh dengan kegelapan. Peng­harap­an ke­me­nangan ini­lah yang sangat dibutuhkan oleh seluruh dunia. Siapa diantara kita yang mau di­pa­kai Tuhan untuk memberitakan kepada dunia yang ke­hi­langan pengharapan, yang di­ceng­ke­ram ke­terhilangan manusia sehingga nilai ter­ting­gi­nya boleh dikembalikan? Jadi, jangan goyah dan ber­dirilah teguh! Tuhan mau memakai yang minoritas untuk boleh menjadi penyuara di te­ngah ma­yoritas. Amin. ?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)