Ringkasan Khotbah : 30 April 2000
DINAMIKA
IMAN
YUSUF
Pengkhotbah :
Ev. Thomy J. Matakupan
Hari
ini kita akan mencoba menelusuri hidup Yusuf dan memperlajari bagaimana dinamika
iman yang Yusuf lewati bersama dengan Tuhan. Beberapa waktu yang lalu saya
membaca sebuah cerita tentang kesaksian seorang yang menjadi ketua dari
sebuah panti asuhan. Orang itu
menceritakan bagaimana suatu kali persediaan makanan mereka mulai
habis. Maka akhirnya mereka bersama-sama berdoa, minta tolong Tuhan
menyediakannya, namun hingga esok paginya ketika jam makan anak-anak
tersebut tiba, makanan itu belum tersedia. Ketua panti asuhan tersebut
begitu yakin bahwa makanan tersebut pasti datang, dan memang pada akhirnya ada
sebuah mobil box besar yang penuh berisi roti datang sehingga mereka dapat
makan dengan kenyang.
Itu
merupakan salah satu contoh yang bersifat spektakuler, bagaimana pertolongan
Tuhan datang disaat semua kemungkinan sudah tertutup. Mungkin orang lain
menganggap bahwa orang itu dapat melakukannya karena dia raksasa iman atau
pengalaman imannya bagus sekali. Dan mungkin kita tidak akan pernah
mempunyai pengalaman semacam itu, tetapi paling tidak setiap orang percaya
pasti pernah mengalami suatu pengalaman iman sekalipun tidak spektakuler
sifatnya. Dari ayat-ayat diatas kita melihat bahwa Yusuf tidak pernah bermimpi
akan mengalami keadaan seperti difitnah oleh istri Potifar, dimasukkan
dalam penjara dan banyak hal lain yang tidak enak sepanjang hidupnya.
Diawal dari hidup Yusuf kita melihat bahwa saudara-saudaranya merasa ia
tidak tahu diri, sebab dari mimpi-mimpinya, mereka merasakan harus tunduk dan taat
kepadanya. Selanjutnya, pengalaman seperti itu mulai menimbulkan rasa tidak
suka dalam diri saudara Yusuf sehingga mereka mulai merencanakan menjual Yusuf.
Disitulah awal dari dimulainya pengalaman hidup Yusuf bersama Tuhan
didalam iman yang tidak dapat dijelaskan secara logika.
Selanjutnya
kita akan mencoba menelusuri lebih jauh kedalam pengalaman hidup iman Yusuf. 1).
Iman tidak mungkin dapat dimanipulasi. Mungkin ada seseorang yang
seolah-olah telah menyerahkan hidupnya secara penuh pada Tuhan namun
ternyata ia mempunyai cukup banyak rupiah sehingga sebenarnya hal itu tidak
menjadi masalah. Ini merupakan satu contoh bagaimana iman coba untuk
dimanipulasi. Padahal kalau kita mencoba memperlajari pengalaman tokoh-tokoh
Alkitab, mereka tidak mengetahui masa depan mereka namun mereka mau taat melangkah.
Kita perlu belajar jujur terhadap hal ini! Didalam seluruh prinsip Alkitab,
kita melihat bahwa iman orang Kristen seharusnya menjadi satu iman yang terus-menerus
mempunyai dinamika didalam usaha mengerti bagaimana rencana dan
kehendak Tuhan digenapi didalam dirinya. Wapadalah jika kita merasa bahwa
iman kita baik-baik saja karena mungkin sekali itu merupakan satu tanda bahwa
hidup iman kita sedang berjalan sangat lambat. Karena sebenarnya ketika
seseorang mulai percaya maka hidup imannya tidak mungkin berhenti sebab
Tuhan sedang menggarap suatu pekerjaan dalam diri orang tersebut (manakah
yang menjadi kehendakNya, dsb.), sehingga orang tersebut dapat
memahami jalan Tuhan. Ketika percaya, kita tidak secara langsung dapat
mengerti rencana dan pimpinan Tuhan tetapi secara bertahap Ia terus-menerus
mengerjakannya didalam hidup kita. Tuhan selalu sibuk dengan
orang-orang yang menjadi umat tebusanNya karena Ia mau pengenapan
rencanaNya sehingga mereka dapat menjadi umat yang serupa dengan diriNya.
2).
Iman yang sejati tidak dapat diukur dengan kelas-kelas tertentu. Yusuf tidak
pernah berpikir bahwa hidup imannya akan menjadi catatan dalam Alkitab, tetapi
satu hal yang ia lihat adalah bahwa Tuhan mengijinkan catatan itu ada supaya
kita boleh belajar darinya. Bagaimana dengan hidup iman kita? Bagaimana halnya
dengan seorang pendeta yang ketika mendoakan orang sakit selalu berhasil
sembuh sedangkan ketika saya mencoba mendoakan maka justru orangnya meninggal?
Iman bukan diukur dari hasil yang spektakuler yang terjadi tetapi dari seberapa
berani orang melangkah, melihat bahwa janji Tuhan itu benar maka disanalah kita
melihat pengalaman hidup iman itu menjadi suatu hal yang riil terjadi.
Iman yang sejati adalah iman yang bergantung sepenuhnya pada janji Tuhan
didalam firmanNya. Sebelum kisah ini dicatatat, sangat mungkin sekali Yusuf
tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi contoh iman yang sangat indah
bagi kita. Dan mungkin ia mengalami pergumulan pengalaman iman yang sama
dengan saudara, saya dan bahkan mungkin para murid Yesus. Satu kalimat yang
membuat saya tertegun adalah ketika dikatakan, bahwa setelah peristiwa
Yesus bangkit, maka Yesus menjumpai para murid kembali di danau Galilea. Mereka
mengalami pengalaman iman yang sama seperti ketika pertama kali mereka
dipanggil. Sepertinya Tuhan sedang menguji kembali bahwa mereka dipanggil
dengan pengalaman yang sama dan melalui itu Ia ingin mengingatkan bahwa
Ialah Yesus. Sehingga dikatakan bahwa sambil makan mereka tidak berani
menanyakan siapakah Dia karena mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan. Dengan
kata lain mereka mengalami pergumulan iman yang sama, dimana mereka bergumul
untuk mengerti siapakah Tuhan Yesus itu dan bagaimana mengerti cara kerja
Tuhan. Iman diukur dari seberapa berani dan percayanya kita bahwa Ia akan mengenapi
janjinya.
3).
Dinamika iman yang sejati adalah dinamika iman yang mengenapkan rencana Allah
dalam hidup kita masing-masing. Dimulai dari seorang anak yang dijual menjadi
budak dan selanjutnya diangkat menjadi tuan atas seluruh rumah Potifar.
Selanjutnya, karena ia tetap memilih mempertahankan kekudusannya maka ia
harus membayar mahal dengan masuk dalam penjara. Dan kemudian ia menjadi
orang kepercayaan kepala penjara Hal demikian itu terus-menerus terjadi. Itu
sebabnya saya berani mengatakan bahwa Yusuf mempunyai seribu satu alasan yang cukup
untuk bertanya pada Tuhan. Tetapi disitu kita lihat bahwa Yusuf belajar mengerti
semua yang ia alami sehingga akhirnya dinamika hidup iman dan pengerjaan
pengenapan rencana Allah harus berkaitan dengan hal itu. Mungkin banyak
dari kita yang merasa sulit menangkap apa yang menjadi rencana Allah dalam
diri kita sehingga kita lebih cepat protes terhadap Tuhan, namun sebelum
kita marah, sebaiknya kita diam dan bertanya dalam hati kita, apakah kita layak
marah karena tidak mengerti janji Tuhan. Rencana Tuhan tidak selalu
membawa kita pada suasana yang bersinar terang dan harum semerbak bak bunga dipadang.
Tetapi rencana Tuhan terhadap Yusuf justru awan kelabu dan lembah
bayang-bayang maut. Itulah sebabnya dalam 1 Petrus dikatakan bahwa apabila
kita harus berdukacita oleh berbagai pencobaan, itu semua adalah untuk membuktikan
kemurnian iman kita. Jikalau orang menolak hak menderita bagi Tuhan maka ia
sedang menghina rencana Tuhan dalam hidupnya dan ia menggagalkan satu berkat
besar yang mungkin terjadi dalam hidupnya, yaitu bagaimana melihat kekuatan
Tuhan didalam hidup orang itu.
Jikalau
ketika kita telah berani melangkah, percaya terhadap janji Tuhan namun seolah
doa kita tidak dijawabNya (membawa kita kepada bayang-bayang kekelaman) sehingga
kita merasa bahwa tangan Tuhan sepertinya tidak memimpin kita, janganlah lupa
bahwa dalam saat seperti inipun Tuhan tetap memberi kekuatan kepada kita.
Sama seperti ketika kita melihat pergumulan Kristus dalam taman Getsemani,
maka disana kita melihat bagaimana pergumulan seorang anak manusia yang mau
tunduk dalam rencana Bapa. Berkali-kali Ia berdoa supaya sekiranya mungkin
cawan itu lalu daripadaNya, namun Alkitab mencatat bahwa Bapa menjawab doa tersebut
dengan cara Ia harus tetap meminum cawan pahit tersebut. Sepertinya saat itu
Bapa melepaskan Kristus begitu saja, tetapi justru di dalam kondisi
semacam itulah Malaikat datang dan memberikan kekuatan kepadaNya. Ini
merupakan hal yang tidak boleh kita abaikan! Seringkali ketika kondisi kita
sedang berhasil maka kita begitu mengucap syukur dan merasa Tuhan memberkati
kita sehingga kita dengan senangnya mau menjadi saksinya. Tetapi bagaimana jika
kita berada dalam kondisi menderita? Jangan lupa bahwa dalam kondisi tersebut,
didalam pengertian kita akan rencana Tuhan, kekuatan daripada Tuhan tetap
akan menopang hidup kita. Allah yang membawa kita pada pengalaman dinamika iman
adalah Allah yang mengenapkan rencana dalam hidup kita. Dia serius menata satu
demi satu sehingga akhirnya menuju pada satu keindahan citra Kristus yang
muncul didalam hidup kita masing-masing.
4).
Iman yang sejati membawa kita pada pengetahuan yang riil bahwa Kristus sungguh
hidup. Didalam pengalaman pelayanan yang ada, saya kerap kali melihat betapa
banyak kesaksian yang disampaikan diatas mimbar, yang bercerita tentang
bagaimana Tuhan langsung menjawab doa-doa mereka, namun disitu kita tidak
dapat melihat proses bagaimana seseorang melewati satu kesulitan. Karena
justru ketika kita dapat melihat proses bagaimana seorang anak Tuhan yang
mungkin pernah mengalami suatu kegagalan atau kejatuhan, maka kita dapat melihat
bahwa akhirnya mereka dapat berhasil menjadi seorang pemenang. Kesaksian
semacam itu harus kita dengar dan perhatikan baik-baik bahwa Tuhan sedang
mengerjakan sesuatu dalam diri orang tersebut. Itu sebab didalam catatan akhir
daripada seluruh hidup Yusuf kita melihat suatu pengakuan iman yang
sangat bersifat positif. “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap
aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud
melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu
bangsa yang besar.” Iman yang dinamis adalah iman yang melewati pergumulan bersama
Allah, sehingga orang itu mengerti dengan jelas bahwa Allah itu
benar-benar hidup. Saya tidak tahu berapa banyak pengalaman hdiup iman
kita masing-masing, namun satu hal, jikalau pengalaman hidup itu tidak menambah
pengertian kita akan Allah yang hidup maka mungkin sekali itu bukan pengalaman
iman yang sejati. Hidup iman yang sejati selalu membawa kita pada penambahan
pengertian bahwa Ia sungguh hidup. Allah tidak pernah bekerja tanpa tujuan
tertentu! Didalam koor lagu Kristus hidup (dalam bahasa Inggris) dikatakan
dalam bait terakhirnya: “Kau tanya bukti Dia hidup, Dia hidup dalamku.”
Jika kau menanyakan bukti Dia hidup maka kitalah sebagai saksi yang hidup,
bahwa Ia sungguh hidup didalam hidup kita, sehingga hidupNya menghidupi
hidup kita. Inilah pengakuan iman Kristen!
Mari
kita kembali melihat, pengalaman hidup iman macam apakah yang kita lewati. Tuhan
mau supaya kita mempunyai pengalaman hidup bersama dengan Dia, yaitu satu pengalaman
hidup yang sejati, pengalaman hidup yang mempunyai kualitas dimana setiap kali
melewati masa susah maupun senang tidak akan pernah tergeser. Sehingga kita
boleh berkata bahwa Tuhan, sungguh Ia hidup dan sedang sibuk dengan kita saat
ini. Supaya Tuhan menolong kita untuk tidak mudah mengeluarkan kalimat yang
mengungkapkan kekecewaan dan menolong kita untuk memahami akan hal ini secara
tuntas. Saya berdoa dan berharap, kiranya firman Tuhan hari ini boleh menolong
kita memahami dinamika iman yang akan kita lewati tiap-tiap kali bersama
dengan Tuhan secara pribadi, Ia tidak pernah salah dan Ia sedang sibuk dengan
saudara. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)