Ringkasan Khotbah : 21 Mei 2000
THE CHILDREN OF LIGHT
Pengkhotbah
:
Rev. Sutjipto Subeno
Saudara,
jika kemarin kita sudah melihat bagaimana Paulus mengkritik satu-persatu aspek
dari kehidupan dunia yang dikotraskan dengan kehidupan sebagai anak Tuhan maka
hari ini kita akan masuk dalam bagian dimana kita melihat bagaimana ia
mengkontraskan satu status yang disebut sebagai anak-anak terang. Dalam ayat 8
dikatakan, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah
terang didalam Tuhan.” Disini Paulus mulai masuk kedalam esensi hakekat yang
diminta dari setiap anak Tuhan.
Di dalam retreat kemarin kita mencoba melihat bahwa seringkali kita mengaku sebagai orang Kristen tetapi pada hakekatnya tidak sadar bahwa mungkin sekali kekristenan kita masih terlalu dangkal, dan bahkan mungkin banyak orang Kristen yang sebenarnya bukan Kristen. Mungkin ada banyak penganut filsafat materialis yang akhirnya menjadi Kristen namun mereka belum tentu secara sungguh-sungguh beriman Kristen. Sebab prinsip hidup, ketaatan, keputusan dan keseriusan perjuangan mereka bukanlah perjuangan iman Kristen tetapi berdasarkan materi. Jika kita telusur lebih jauh lagi, sangat mungkin adanya banyak sisa-sisa Atheis Kristen atau Atheis Praktis yang didalam istilah Louis Berkhof dikatakan sebagai orang-orang yang secara filosofik mereka tidak atheis namun mereka benar-benar atheis murni secara praktek hidup sehari-hari. Jikalau demikian, apakah orang-orang tersebut boleh disebut sebagai orang Kristen? Mungkin secara KTP dapat, tetapi tidak secara esensi, sebab pada hakekatnya ia tidak menyatakan keunikan esensi iman Kristen yang sesungguhnya.
Sehingga
di tengah kekristenan pun, kita masih perlu melihat dimana kekristenan yang sejati
dan yang palsu. Bagian inilah yang ingin dijelaskan secara mendalam oleh Paulus.
Ia tidak mengatakan bahwa kamu dahulu memancarkan kegelapan dan
sekarang kamu memancarkan terang. Kegelapan tidak mungkin dipancarkan karena
merupakan suatu yang non eksisten. Sehingga ketika kita memancarkan kegelapan
berarti kegelapan itu hanya ekstensif saja, dan demikian juga halnya
dengan ketika kita memancarkan terang berarti kita hanya menjadi penyalur
terang dan bukan terang itu sendiri. Tetapi Paulus dalam ayat ini justru
mengatakan bahwa dahulu kamu adalah kegelapan tetapi sekarang kamu
adalah terang, yang berarti ini menyangkut natur esensial daripada orang
tersebut. Ini berarti Paulus mengajak kita berpikir bukan sesuatu di lingkaran
luar tetapi sesuatu yang menyangkut natur inti kita sebagai manusia. Kalau
kita adalah terang, berarti seluruh ekstensi dan esensi kita adalah
terang. Jadi keseluruhan yang dipancarkannya adalah terang karena dari
hakekat dalamnya sendiri adalah terang. Maka iman Kristen bukan sekedar
iman yang ditempelkan di luar karena mengikuti PA, Katekisasi atau kebaktian
tetapi mulai dari dalam diri seseorang dimana hakekat hidupnya diubah
menjadi terang, inilah yang saya katakan sebagai pertobatan yang
sesungguhnya. Paulus menegaskan hal ini karena itulah yang menjadi satu esensi
dasar.
Disini
yang perlu kita lihat lebih jauh tentang terang adalah: 1). Sumber terang adalah
Allah. Paulus mengatakan bahwa kita harus menjadi terang sebab kita adalah
anak-anak terang (ay 8). Disini yang dimaksudkan adalah istilah anak dalam pengertian
esensial (penurunan kesamaan natur) dan bukannya ekstensial
(perluasannya). Sehingga jika kita menjadi anak-anak terang yang sejati maka
kita harus memancarkan terang dan dalam hal ini ada satu relasi yang begitu
ketat antara orang tua dengan anak, yang menyangkut sifat esensinya. Jika Bapa
kita adalah Allah yang berarti terang maka kita sebagai anak-anakNya juga
seharusnya menjadi anak-anak terang. Dan prinsip terang itu sudah mulai
dinyatakan sejak dari Kejadian 1. Mungkin ada orang yang berpikir ketika membaca
dalam Kejadian bahwa terang sudah ada dalam hari pertama namun matahari diciptakan
pada hari yang keempat. Itu karena mereka beranggapan bahwa sumber terang
adalah matahari dan hal tersebut dikarenakan kita terbatas oleh suatu
penampakan diwilayah luar saja. Ketika Kristus berinkarnasi, ia
kembali mempertegas pernyataannya bahwa Ia adalah terang. “Barangsiapa
datang kepadaKu, ia mendapatkan terang hidup.” Ini merupakan satu pemikiran
yang begitu tegas dinyatakan bahwa ketika kita ingin mengerti esensi terang
maka kita harus kembali kepada sumber terang yang sesungguhnya yaitu Tuhan
sendiri. Sehingga jika kita adalah anak-anak terang maka seharusnya kita
memancarkan terang yang bersumber kembali pada Allah. Inilah dasar mengapa
Tuhan menuntut saudara dan saya untuk menjadi terang.
2).
Menjadi garam dan terang. Mat 5:13 mengatakan: “Kamu adalah garam dunia (ay.
13). Kamu adalah terang dunia (ay. 14). Dua hal inilah yang menjadi cara
kekristenan mempengaruhi dunia kita. Cara kerja kedua hal ini berbeda dan
kita seringkali lebih suka memilih yang lebih mudah kita lakukan. Rasa
garam itu begitu unik dan tidak dapat ditiadakan oleh apapun dan ia bekerja
secara permeate, meresap masuk ke dalam suatu tempat. Seperti ketika kita
memasukkan garam dalam sebuah masakan, maka kita akan dapat merasakan
kurang lebihnya rasa garam tersebut walaupun mungkin kita menggunakan
berbagai macam bumbu untuk memasak. Garam ketika dimasukkan, ia harus
hilang atau melebur baru kemudian rasa asinnya dapat dirasakan. Dengan
demikian jika kita menjadi garam maka seharusnya kita juga akan memberikan warna
secara permeate bagi orang yang berada disekeliling kita, yang akan menyebabkan
orang enggan untuk berbuat dosa. Jikalau tidak, berarti kita telah gagal menjadi
garam dunia dan meresapkan iman kekristenan kita. Dengan hidup jujur,
penuh cinta kasih, dengan penuh keadilan dan kebenaran maka sekeliling
saudara akan merasakan ada satu integritas yang disalurkan
(diresapkan) dari hidup saudara ke sekeliling saudara sehingga mereka
akan dapat merasakan keberadaan saudara dan ikut mendapatkan
perubahan dari keberadaan tersebut.
Ketika
kita menyalakan alat penerang maka alat itu pasti akan kita letakkan di tempat
yang tinggi supaya sinarnya dapat menyinari semua tempat (Mat 5). Alkitab
tidak hanya berhenti didalam aspek menjadi garam dunia tetapi kita
juga harus menjadi terang, dan inilah yang ditekankan dalam ayat ini,
bahwa hendaklah kita menyatakan terang karena kita adalah terang didalam
Tuhan. Disatu pihak kita berpermiasi (meresap didalam) bagi orang lain dan dilain
pihak kita beradiasi (memancar keluar). Menjadi terang adalah jauh lebih
susah dan serius karena apabila sinar itu mulai memancar, itu akan
menimbulkan kesilauan dan kegelapan tidak mampu bertahan lagi. Ini yang kemudian
didalam Ef 7 dikatakan: “Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.”
Istilah ‘berkawan’ disini menggambarkan satu kerjasama dengan
orang-orang yang didalam kegelapan. Disini bukan berarti kita tidak
boleh bergaul atau berteman dengan orang yang bukan Kristen atau yang
dalam kegelapan, tetapi lebih menekankan bahwa kita tidak mungkin dapat
bekerjasama secara intents dengan orang yang tidak didalam terang.
Demikian juga halnya dengan pernikahan, didalam firman Tuhan jelas
dkatakan bahwa tidak mungkin seorang yang didalam terang menikah
dengan orang yang tidak didalam terang karena itu merupakan dua
prinsip yang berbeda total dan tidak mungkin dipertemukan. Pada saat terang
itu menjadi terang yang sesungguhnya maka itu akan
menyilaukan dan kegelapan tidak akan mampu bertahan didalam terang karena
ia akan disingkirkan oleh terang. Maka terang selalu menimbulkan satu
tuntutan pertentangan yang begitu besar karena ketika masuk
ia tidak dapat mengkompromikan apapun.
3).
Kriteria terang. Dalam ay. 9 dikatakan, “Karena terang hanya berbuahkan kebaikan
dan keadilan dan kebenaran.” Disini ada satu kata yang sebenarnya sangat
penting tetapi dalam terjemahan Indonesia dihilangkan: “keseluruhan”
atau “keutuhan”. Dalam Yunaninya jelas dikatakan, menggunakan kata
sandang “Pasa” yang artinya “semua keutuhan” kebaikan, kebenaran asasi
dan keadilan. Terang dunia oleh Martin Llord Jones dimisalkan sbb: jikalau
“terang Allah” dipancarkan ke prisma maka akan terpecah menjadi tiga:
1). Goodness (kebaikan/agatos), 2). Righteousness (kebenaran keadilan/ dikaiosune)
dan 3). Truth (kebenaran asasi/ alitheia). Tiga aspek ini menjadi kriteria
yang harus dipancarkan oleh orang Kristen. Disini tuntutan menjadi terang
dunia menjadi begitu nyata di tengah dunia. Dan disini kita melihat
bagaimana Tuhan menuntut anak-anak Tuhan bukan sekedar secara pasif
(meskipun cukup aktif) yaitu kita menjadi garam tetapi Tuhan masih menuntut
hal yang kedua, yaitu secara aktif menjadi sinar yang bersinar untuk menyatakan
kebenaran keadilan Tuhan. Di tengah dunia, bagaimana kita harus menelanjangi
semua kenajisan dunia dan menyatakan kebajikan, kebenaran keadilan dan
kebenaran asasi Allah. Di tengah dunia ini kita seringkali melihat
bagaimana kebaikan sudah didistorsi pengertiannya. Pengertian
atau istilah-istilah yang begitu agung seperti cinta kasih, kebaikan oleh dunia
berdosa dirusak. Anak Tuhan dipanggil bukan sekedar menjadi
garam tetapi juga menjadi terang. Tuhan Yesus dengan keras membuka hal
seperti ini, Ia tidak main-main untuk menyatakan kebenaran, kebajikan
dan keadilanNya yang sejati. Dunia perlu tahu bahwa ia sedang dipermainkan
oleh permainan yang mengerikan sekali. Dunia terlalu berdosa untuk
berbuat kebajikan yang sesungguhnya. Merupakan tugas saudara dan
saya untuk menyatakan kebenaran yang sejati.
Satu
tuntutan terang bukan hanya menyatakan kebajikan tetapi juga keadilan kebenaran.
Dalam firman Tuhan kita melihat kebenaran ada 2 yaitu righteousness dan truth.
Dikaiosune (dikaiosune: kebenaran karena keadilan, yang artinya setelah
ditimbang dan dibuktikan akhirnya terbukti benar); (truth: kebenaran
esensial yang harus diberitakan ke tengah dunia). Dunia kita merupakan
dunia yang mengerikan, yang dipermainkan dengan luar biasa terutama di era
Post-modern dimana benar dapat menjadi salah dan sebaliknya, diputarbalikkan sehingga
orang tidak tahu lagi disebelah mana ukuran yang tepat. Semua itu karena kita
sudah terbiasa bermain-main dengan nilai dan keadilan. Dan akhirnya itu
mendarah daging atau menjadi natur daripada ketidakadilan atau
ketidakjujuran yang akhirnya menimbulkan ketidakberesan dalam pemikiran dan tindakannya.
Sehingga kita tidak akan melihat keadilan ditegakkan di tengah dunia ini. Sebenarnya
sikap yang tertib, jujur dan berintegritas tinggi masih mungkin kita jumpai di
negara Jerman dan jiwa seperti inilah yang saya harapkan dapat muncul
didalam diri kita. Ini adalah satu sisa-sisa reruntuhan budaya
Kristen yang masih tersisa disana. Kalau kita mengaku menjadi anak terang,
bisakah kita memancarkan terang, kebenaran keadilan seperti ini di tengah
dunia?
Yang
terakhir, bukan hanya keadilan yang harus ditegakkan tetapi semua kebenaran sejati
harus diberitakan, dipancarkan dan dinyatakan. Kebenaran tersebut harus
merupakan kebenaran unik yang menjadi kebenaran diatas semua kebenaran.
Kebenaran bahwa manusia itu adalah manusia yang akan dihukum karena dosanya
dan murka Allah sudah turun atas manusia berdosa, kecuali mereka bertobat,
kembali menerima penebusan Kristus yang mati dan bangkit. Ini kebenaran yang
harus dinyatakan. Kebenaran Allah, kebenaran didalam Kristus harus diberitakan
karena berita inilah yang perlu didengarkan, dipancarkan ke seluruh dunia
dan ke setiap orang. Siapakah kita? Jikalau kita adalah anak terang maka
seharusnyalah kita menyatakan terang, kebenaran yang terang dan didalam hal
ini tidak ada waktu untuk berkompromi lagi. Tuhan memanggil kita untuk
menyatakan kebenaran Allah yang sejati (essential truth) yang harus dinyatakan
ke tengah dunia, berkenaan dengan realita dunia yang sesungguhnya. Itulah
panggilan kita dan untuk itulah Tuhan memanggil kita menjadi terang! Maukah
kita, bukan sekedar menjadi garam dunia tetapi juga menjadi terang dunia,
karena kita adalah anak-anak terang. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)