Ringkasan Khotbah : 18 Juni 2000
DINAMIKA IMAN YEFTA
Pengkhotbah :
Ev. Thomy J.Matakupan
Alkitab
di dalam menggambarkan kelemahan dan kegemilangan masing-masing tokoh yang ada
didalamnya begitu terbuka. Dalam bagian ini kita melihat bagaimana seorang
yang bernama Yefta berusaha untuk mengerti pimpinan dan kehendak Tuhan,
dan pergumulan demi pergumulan yang ada sebenarnya merupakan pergumulannya
sejak kecil. Ia sudah memendam sakit hati yang sangat dalam berkaitan dengan
peristiwa Yakub memberkati kedua anak Yusuf. Pada masa itu Yusuf membawa
Manasye dan Efraim kepada Yakub dan ketika itu ternyata Yakub menyilangkan
tangannya keatas kepala keduanya, dengan demikian Efraim (sebagai anak
bungsu) mendapat berkat dari tangan kanan Yakub, sedangkan Manasye yang
sebagai anak sulung mendapat berkat dari tangan kiri Yakub.
Melihat hal itu Yusuf tidak setuju sebab menurutnya yang mendapat
berkat tangan kanan itu seharusnya adalah anaknya yang sulung yaitu
Manasye. Dan setelah itu sejarah Israel mulai membuktikan Efraim
menjadi suku yang sangat besar dan banyak tokoh-tokoh penting
dalam Alkitab muncul dari suku tersebut.
Dan
Yefta yang lahir dari seorang Gilead adalah salah satu suku terbesar bani Manasye.
Hal ini menjadi sakit hati yang terus-menerus dan turun-temurun
secara mendalam yang tersimpan dalam hati orang-orang Manasye,
termasuk Yefta. Itu merupakan satu sisi yang sangat tidak menyenangkan
didalam hidup suku Manasye. Dilain sisi, kita juga melihat bahwa
Yefta adalah seorang yang lahir dari seorang perempuan sundal sehingga
setelah anak-anak istri Gilead besar, mereka membenci dan akhirnya
mengusir Yefta dari rumahnya, demikian pula halnya dengan orang Israel
saat itu yang mempunyai peraturan ketat sekali. Disini kita dapat membayangkan,
betapa sakit yang amat dalam sekali yang ia bawa seumur hidup sehingga ia
kemudian pergi ke suatu tempat yang disebut tanah Tob. Disana ia diterima dengan
baik dan berhasil menyatukan kelompok para petualang atau penyamun
(preman) sehingga ia diangkat menjadi pemimpin tertinggi yang dihormati,
dikagumi dan ditakuti, dan itu tidak ia peroleh
dalam suku bangsanya sendiri. Tetapi ketika bani Amon
berperang melawan orang Israel, para pemimpin Gilead datang untuk minta
tolong kepada Yefta, dan itu berarti nama Yefta telah begitu tersohor saat itu.
Akhirnya setelah terjadi tawar-menawar dengannya maka Yefta bersedia
berperang namun dengan syarat jikalau menang maka ia akan menjadi
pemimpin atas suku Gilead. Disitulah dimulainya titik balik kehidupan Yefta.
Kita
melihat bahwa diawal hidup Yefta memimpin bangsa Israel Alkitab membuka dengan
satu catatan yang begitu indah, dimana dikatakan bahwa Roh Tuhan
menghinggapi Yefta sehingga kemenangan demi kemenangan ia alami. Di dalam
PL, jikalau Roh Tuhan menghinggapi seseorang, berarti disana ada penyertaan
dan berkat Tuhan sehingga apa saja yang ia perbuat pasti berhasil.
Tetapi sangat mengherankan sekali bahwa dalam ayat 30 Alkitab mencatat
nazar Yefta yang mengatakan, “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan
bani Amon itu kedalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu
rumahku untuk menemui aku, …, itu akan menjadi kepunyaan Tuhan, dan aku
akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.” Disini kita melihat
bahwa sepertinya Yefta mulai kembali tawar-menawar dengan Tuhan,
walaupun ia tahu bahwa Roh Tuhan ada padanya dan itu berarti ada suatu jaminan
yang pasti. Ini satu hal yang ia bawa dari masa petualangannya bersama para
penyamun di tanah Tob. Sebab merupakan kebiasaan bagi mereka
sebelum berperang mempersembahkan korban manusia sebagai korban bakaran
untuk mendapatkan kemenangan. Padahal kalau kita lihat selanjutnya
dikatakan bahwa anaknya merupakan anak tunggal, dan itu berarti hanya
istri dan anaknya yang tinggal di rumah. Sehingga sangat mengherankan jikalau ia
terkoyak hatinya ketika anaknya menyongsong dia dengan menari-nari.
Mungkin sekali itu berarti yang ia harapkan menyongsong adalah istrinya, karena
ia begitu jengkel dan sedang mengalami konflik dengannya, sehingga dengan
cara yang sangat rohani ia berusaha melenyapkannya. Ini satu hal yang sangat
licik sekali yang mungkin muncul dalam pikiran Yefta. Bukankah seringkali
ada banyak hal yang dapat kita pakai mengatasnamakan hal-hal rohani
tetapi sebenarnya dibalik itu banyak hal yang tersembunyi, hanya kita sendiri
yang tahu? Namun itu bukan berarti Tuhan tidak tahu, sebab tangan Tuhan
sudah ada diatas Yefta dan Ia sudah memberikan kemenangan demi kemenangan
yang hebat.
Paling
sedikit terdapat dua penafsiran mengenai nazar Yefta, yaitu: 1). Yefta mengenapi
janjinya dalam arti mengorbankan anak perempuannya dengan cara tidak diberikan
kesempatan untuk menikah, dan seluruh orang Israel menangisi kegadisannya.
2). Yefta sungguh-sungguh mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran,
sesuai dengan nazarnya. Saya cenderung melihat bahwa penafsiran
yang kedua yang benar, oleh karena kebiasaan di tanah Tob yang
mengikutinya. Di dalam PL sebelumnya dikatakan bahwa Tuhan marah terhadap
orang yang mempersembahkan manusia sebagai korban api kepada dewa Molokh, dan
itu pasti juga diketahui oleh Yefta. Namun sepertinya ia telah
mempunyai maksud tertentu untuk melenyapkan istrinya.
Jangan kita mengira bahwa hal keluarga itu tidak sangat berpengaruh
dalam pelayanan kita. Seorang istri seharusnyalah mendukung dan
memberikan kekuatan bagi suami di dalam pelayanan, demikian
pula sebaliknya. Siapakah Yefta sehingga ia harus membuat nazar yang
begitu mengagetkan, langkah yang begitu menciutkan hati banyak orang
sehingga orang yang membaca pada saat itu akan mengatakan bahwa ia adalah
orang tua yang tidak tahu diri? Yefta sejak kecil dibenci oleh orang Manasye
dan ia seorang anak perempuan sundal, namun berkat Tuhan ada diatasnya.
Seringkali konsep kita terhadap anak-anak semacam itu, dan bahkan anak dari keluarga
yang broken home begitu negatif, padahal sebenarnya tidak ada orang
yang berhak memberikan penilaian semacam itu, karena hanya
Tuhanlah yang berhak melakukannya. Seburuk atau sepahit apapun latar belakang
hidup kita, itu sanggup Tuhan pakai menjadi alat kemuliaanNya!
Saya pernah bertemu dengan hamba-hamba Tuhan yang latar belakang
keluarganya broken home tetapi Tuhan pakai dan pulihkan konsep pengertian
serta harga diri mereka. Kita jangan menghina keberadaan kita masing-masing
karena kita adalah orang yang kepadanya Tuhan mengarahkan pandangan mata
dan Tuhan perduli hingga hal-hal yang paling kecil dalam hidup kita
masing-masing. Itu adalah contoh ekstrim yang Alkitab katakan bahwa
Yefta lahir dari perempuan sundal!
Setelah
Yefta menang perang, maka muncullah kasus yang berpuluh-puluh tahun terpendam
yaitu perseteruan antara Manasye dan Efraim. Saat itu orang-orang Efraim
datang dan dan marah terhadap Yefta sebab ia tidak mengajak mereka bersama
memerangi bani Amon. Suku Efraim adalah suku yang nakal sebab ketika mereka
diajak berperang tidak mau namun ketika sudah menang mereka protes,
dengan kata lain mereka adalah suku yang mau menang sendiri. Kasus
semacam ini pun pernah dihadapi oleh hakim lain Israel yang bernama Gideon.
Namun Gideon adalah seorang yang bijaksana sehingga ia tahu bagaimana menjawab
orang-orang Efraim tersebut sehingga mereka merasa cukup senang hatinya karena
Gideon masih memberikan penghormatan. Lain halnya dengan Yefta,
yang sudah terlalu banyak mengalami sakit hati dan ia merasa telah memiliki
seluruh kekuasaan, maka saat itu ia langsung menanggapi dengan keras. Dan kita
melihat akhirnya pada hari itu ada 42 ribu orang yang mati sia-sia. Satu hal
yang perlu dipertanyakan adalah, apakah perihal pembunuhan ini juga ada
dalam rencana Tuhan semenjak awal Ia memilih Yefta? Tuhan tidak pernah
mengutus Yefta untuk berdiri dan menjadi hakim atas orang yang telah ia benci
seumur hidup. Merupakan satu pelajaran bagi kita supaya sebagai orang tua, kita
tidak menyebabkan anak-anak kita memendam kebencian yang sangat seumur hidup.
Satu kali saya melihat acara TV “Solusi” dimana saat itu diceritakan
mengenai dua orang kakak beradik yang saling membenci satu sama lain hingga
berpuluh-puluh tahun. Tetapi akhirnya setelah mereka menerima Tuhan Yesus maka
mereka sadar dan mau saling mengasihi karena Tuhan sudah mengasihi mereka
lebih dulu. Memang disatu sisi kita tahu bahwa Tuhan sudah mempunyai rencana
terhadap Yakub, tetapi dilain sisi kita dapat belajar kebenaran bahwa harus
ada bijaksana tersediri dari setiap kita sebagai orang tua untuk hati-hati
supaya jangan sampai kita memperlakukan anak yang satu lebih istimewa dari
yang lain, sehingga mengakibatkan salah satu dari anak tersebut memendam
benci. Banyak hal yang Yefta lakukan yang sangat mungkin berarti
kemunafikannya. Tuhan tidak pernah memberikan tugas kepada seseorang yang akhirnya
membuat orang tersebut terkapar dan tidak mampu mengerjakannya karena Ia
tahu dengan jelas berapa kapasitas setiap orang.
Di
dalam satu film kartun diceritakan tentang seekor burung rajawali yang melatih
anaknya terbang. Ketika anak rajawali itu masih kecil, induk rajawali itu
begitu rajin merawat dan memberi makan, demikian juga dengan ayah rajawali
yang begitu cermat memperhatikan pertumbuhan anaknya. Setelah anak
rajawali tersebut sudah mulai menampakkan pertumbuhan bulu serta hal yang
diperlukan rajawali untuk terbang, maka ayah rajawali tersebut ingin membuktikan
kemampuan anaknya dihadapan seluruh warga rajawali. Anak rajawali tersebut
belum mengetahui bagaimana ia harus terbang tetapi ayah rajawali tersebut
dengan yakin memberikan petunjuk bagaimana ia harus mengepakkan
sayapnya. Akhirnya dengan mendengarkan petunjuk dari a-yahnya maka ia
benar-benar dapat membuktikan bahwa ia mampu terbang. Itulah satu ilustrasi dimana
saya ingin menjelaskan bahwa kalau Tuhan mau pakai, ia tahu kekuatan kita.
Yang perlu Tuhan lakukan adalah berteriak keras supaya kita mengembangkan
sayap kita. Tuhan tahu kapasitas kita, termasuk kapasitas Yefta.
Yefta tidak seharusnya mengeluarkan tawar-menawar yang kurang
bijaksana yang menyebabkan harus dikorbankannya seorang anggota keluarganya.
Suatu
kali ketika saya dan adik
saya makan di TP, saya melihat ada seorang anak kecil berusia 5-6 tahun
yang duduk di atas satu kertas semen dan disampingnya tergeletak seorang bayi
yang kira-kira seusia anak saya. Mereka berada ditengah panas terik matahari,
debu yang bertebaran dan orang yang lalu lalang disekitarnya. Disitu saya
mulai berpikir bahwa anak saya mendapat kesempatan lebih baik daripada anak
tersebut. Kita tidak mempunyai hak untuk mengatakan bahwa kita lebih
baik daripada orang lain, karena mungkin sekali Tuhan membalikkan suatu situasi
dengan begitu drastis, dimana orang yang dillingkupi dengan kenyamanan dan ketentraman
akhirnya harus tinggal di bawah kolong jembatan. Semua itu sangat mungkin
terjadi sehingga kita tidak seharusnya memberi penilaian negatif kepada
orang lain. Hal ini hanyalah masalah bagaimana kita menerima keadaan kita.
Hak 11: 29 dicatat sebagai cara Tuhan membuka kelemahan Yefta sehingga setiap
orang dapat melihat dengan mendalam apa yang sebenarnya terjadi
pada diri Yefta. Apa yang Yefta alami ada banyak hal yang tidak bijaksana, apalagi
setelah menjadi seorang pemimpin atas satu suku bangsa. Mungkin sekali
ada nilai-nilai yang bersifat emas melalui latar belakang yang gelap atau
kelemahan kita yang Tuhan akan tunjukkan satu-persatu dari hidup kita.
Mungkin sekali latar belakang Yefta adalah besi karatan tetapi Tuhan pernah
bawa dia masuk dan melihat, betapa hidupnya mempunyai nilai seperti
emas, tetapi setelah kegemilangan dan segala yang ia miliki,
ia memendam kebencian, membunuh, dan bahkan melangkah terlalu jauh.
Oleh karena ia berkuasa dan mungkin melakukan semua hal maka ia melewati
batas dan bermain peran sebagai Tuhan, padahal ia tidak punya hak atas hidup orang
Efraim.
Biarlah setiap kita berdoa supaya kiranya potensi yang Tuhan berikan tidak membuat kita semakin jauh atau bertindak apa yang tidak Tuhan kehendaki, tetapi justru semakin dekat pada Tuhan, dengan demikian kita boleh menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan. Tuhan memberkati kita. Amin.?
(Ringkasan
khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)