Ringkasan
Khotbah : 13 Agustus 2000
PENUHLAH DENGAN ROH!
Pengkhotbah :
Rev. Sutjipto Subeno
Kita
sudah membicarakan bagaimana Paulus menekankan hidup yang berusaha untuk mengerti
kehendak Tuhan. Di dalam seluruh inti hidup kita, hal yang paling membahagiakan
adalah ketika kita dapat berjalan di dalam jalur Tuhan yang sesungguhnya. Pada
saat manusia ingin berjalan menurut caranya sendiri, maka pada saat itulah ia
sedang berbuat kebodohan karena ia harus menghadapi masalahnya sendiri dan
itu berarti ia tidak berada di dalam pimpinan Tuhan. Disitulah kita melihat
perlunya tidak menjadi bodoh tetapi berusaha mengerti akan kehendak Allah.
Pdt. Stephen Tong selalu mengatakan bahwa kalau kita mengalami kesulitan dan penderitaan
karena rencana Allah maka itu adalah anugerah tetapi kita sangat rugi kalau
harus mengalami penderitaan yang tidak ada pahalanya karena kita berbuat
dosa dan keluar dari jalur Tuhan.
Kemudian
setelah Paulus menekankan konsep tersebut, ia melanjutkan lagi dengan sederetan
sebab akibat yang sangat terstruktur. Ia memberikan satu gambaran dalam ay. 18:
“Janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu,
tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.” Lalu berkenaan dengan ini, terdapat
tiga ciri bagaimana kita menjadikan hidup kita indah (efek dari hidup yang
penuh dengan Roh): 1).
Satu hidup relasi yang indah yang penuh dengan satu kemuliaan bagi
nama Tuhan, dengan seluruh hati kita diangkat menjadi satu pujian bagi
Tuhan. Setiap anak Tuhan ketika berada di dalam rencana dan jalur Tuhan maka
pembicaraan mereka akan indah karena semua yang dibicarakan berada di
dalam jalur Tuhan. “Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam
mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah
bagi Tuhan dengan segenap hati.” 2). “Ucapkanlah syukur senantiasa atas
segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa
kita.” Muncul satu sikap yang indah terhadap Allah, satu sikap yang
berterima kasih atas apa yang Tuhan kerjakan sehingga kita dapat menikmati
kehidupan ini. 3). “Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di
dalam takut akan Kristus.” Mempunyai satu kegentaran, satu rasa rendah hati
dan kegentaran di hadapan Tuhan. Ketiga konsep ini tidak mungkin terjadi
kecuali kita penuh oleh Roh. Karena penuh oleh Roh membuat kita akhirnya
keluar di dalam format buah-buah Roh Kudus (dalam ay. 19-21).
Seringkali
kita kemudian ekstrim kedalam konsep yang salah tentang kepenuhan Roh Kudus,
dan itu membuat kita tidak dapat mengerti dengan tepat, akibatnya buah-buah Roh
tersebut tidak nampak. Paulus mengkontraskan kepenuhan Roh Kudus
dengan kondisi sebelumnya yaitu bagaimana hidup yang mabuk oleh anggur
dimana anggur dapat menyebabkan hawa nafsu. Sehingga sekarang kita mulai
dapat melihat kerangka ini secara totalitas, dan itulah yang Paulus bicarakan
di dalam relasi sebab akibat, cara berpikir yang sangat terstruktur (epistemologi)
yaitu terus menelusur, sehingga apa yang kita bicarakan tidak berhenti
disatu titik tetapi terus akan menelusur hubungan relasionalnya. Kalau
iman kristen kita dapat menelusur terus hubungan relasional ini maka
kecermatan pengertian kita akan semakin tajam dan kita tidak akan mudah dipermainkan
di tengah dunia ini.
Hal
pertama yang harus kita tahu supaya kita dapat mengerti kehendak Allah adalah:
“Jangan mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu.” Kalimat
seperti ini saat ini mungkin tidak terlalu relevan di antara kita karena
anggur bukanlah merupakan minuman kita sehari-hari, dan mungkin diantara
kita hanya terdapat satu/dua orang yang pernah mengalami mabuk oleh anggur.
Alkitab mengatakan hal tersebut dalam konteks di tengah jemaat Efesus. Hal ini
dapat kita bayangkan dengan lebih jelas seperti dalam gambaran cerita Asterix,
yang pada jaman itu minum bir merupakan minuman mereka sehari-hari. Sehingga
ketika dikatakan jangan mabuk oleh anggur, maka bagi mereka itu merupakan satu
masalah karena berkaitan dengan kehidupan mereka secara langsung.
Seorang
filsuf dan sejarahwan jaman itu yang bernama Philo, dalam salah satu bukunya
“On Drunkeness,” mengatakan: “Orang yang minum sampai mabuk maka itu bukan
sekedar minum, tetapi karena ia mempunyai satu citra atau presaposisi
yang memotivasi dia untuk menjadi pemabuk, dan motivasinya merupakan
falsafah hidup yang sangat duniawi. Dari surveynya bahwa orang-orang yang
mabuk adalah orang yang tidak memperdulikan secara esensial makna spiritualitas
kerohanian. Orang yang mabuk adalah orang-orang yang hanya memikirkan hal-hal sekuler
serta hanya mencari kenikmatan duniawi sehingga mabuk menjadi pelampiasan
nafsu duniawinya. Sehingga kalaupun orang-orang itu percaya pada satu
dewa maka relasi mereka dengan dewa itu demi kepentingan egois dan mencari
kenikmatan duniawi tertentu mereka. Alkitab mengatakan hal yang
sama: “Ketika engkau mabuk anggur, maka anggur itu akan membuat engkau melampiaskan
hawa nafsumu.” Ketika mabuk, itu berarti telah terjadi sesuatu yang sudah lewat
batas dan itu menjadi salah.
Abad
21 ini justru menjadi abad yang sangat menakutkan karena format sekularisme dan
pelampiasan nafsu duniawi jauh lebih memabukkan daripada sekedar
format abad pertama. Manusia yang terus dikuasai semangat mengejar
semua nafsu duniawi dan kedagingan. Dan saat
ini juga terjadi dan mencemari kekristenan. Jika di abad pertama Paulus
memberikan kritik ini kepada jemaat Efesus, itu berarti kondisi jemaat
Efesus saat itu sangat berbahaya karena dicemari oleh filsafat-filsafat
duniawi. Salah satu trend besar yang sedang merombak citra masyarakat,
konsep nilai dan format moral saat ini adalah dengan format MTV, yaitu satu semangat
Postmodern yang sedang dikemas dalam satu kemasan seni (musik khususnya)
yang disebar ke tengah dunia dan tanpa sadar kita sudah terjebak. Pada
saat seperti itu tahankah kita melewati kesulitan pencemaran ini? Karena
itu kalau kita mengerti ini, maka kita tahu bahwa ayat ini masih relevan hingga
sekarang. Memang kita tidak secara langsung berbicara tentang mabuk dan anggur
secara hurufiah, tetapi mungkin dalam format yang lain kita pun sedang mabuk
dan dipenuhi oleh hawa nafsu pribadi kita. Pelampiasan hawa nafsu itu begitu
menguasai kita sehingga akhirnya kita tidak lagi berjalan di dalam jalur
Tuhan dan kita tidak mau mengerti lagi tentang kehendak Tuhan. Sama
seperti filasat Philo katakan bahwa sejauh kita dikuasai oleh sekularisme
maka hubungan dengan Tuhan tidak dapat berkembang dan kita tidak dapat hidup
penuh dengan ucapan syukur.
Selanjutnya,
penuh dengan Roh dapat dipahami dalam dua hal: Pertama, Controling power Roh
Tuhan terhadap diri kita. Paulus menegaskan: “Tetapi hendaklah engkau penuhlah
oleh Roh.” Roh disini menggunakan definit artikel yang menunjukkan bahwa itu
adalah Roh Kudus. Dan mabuk oleh anggur yang akan membuat kita melampiaskan
hawa nafsu, oleh Paulus dikontraskan dengan bagaimana jikalau Roh Kudus yang
memenuhi kita. Dalam kasus orang yang mabuk, kita bukan membicarakan
tentang banyaknya kuantitas anggur yang ia minum tetapi penguasaan anggur
tersebut terhadap diri si peminum. Jadi ayat ini tidak mengkonotasikan
kuantitatif sama sekali. Kontras antara penuh Roh Kudus dengan kondisi
mabuk bukan diidekan dengan banyaknya anggur dengan banyaknya Roh
Kudus melainkan adalah berapa pengaruhnya terhadap diri kita, karena
saat mabuk berarti kontrol hidup kita bukan ditangan kita lagi karena
kita tidak sadar terhadap apa yang sedang kita kerjakan. Mungkin saat mabuk,
kita dapat memukul, memperkosa, membunuh orang bahkan termasuk membunuh
diri kita sendiri, karena yang mengontrol adalah hawa nafsu. Pengertian
ini sangat tegas menggambarkan satu kontras yang menunjukkan bahwa ide
penuh Roh Kudus adalah satu controling power dari pada Roh Kudus. Bagaimana
Roh Allah mengontrol kita, semakin penuh Roh Kudus berarti kuasa pengontrolan
ada mutlak di tangan Roh Kudus. Ketika mabuk, bagaimana kita dikuasai oleh
kuasa pekerjaan setan yang merasuk sehingga orang tersebut kehilangan
kesadaran, karena ia dikontrol penuh oleh kuasa luar. Tetapi kalau Roh kudus
memenuhi kita, maka kontrol daripada Roh Kudus memimpin kita.
Kedua,
pengertian diatas sangat berbahaya jika hanya dimengerti dari satu segi saja, karena
kontrol dari mabuk anggur dengan kontrol Roh kudus langsung kita kaitkan
secara pararel murni dan kita akan menjadi salah. Istilah kontrol disini
menggunakan kata “pleroo/ pleroma” (fullness) yang artinya kepenuhan
dalam arti ketika sampai dititik penuh, maka kontrol itu mencapai keharusan
dijalankan, tetapi tetap tidak menghilangkan kesadaran orang yang dipenuhi.
Kalau sampai di fullness, maka kontrol itu sepenuhnya di tangan Roh Kudus,
namun itu bukan berarti kita dirasuk karena kita tetap dapat
mengambil tindakan. Pada saat seperti itu maka hidup kita berada dalam
pimpinan Tuhan dan keindahan hidup itu baru muncul. Kepenuhan Roh
Kudus membuat kita benar-benar dipimpin langkah demi langkah dan itu
merupakan satu penyerahan diri secara total di tangan Tuhan. Daripada kita
mabuk oleh anggur, hidup dibawah penguasaan hawa nafsu, mari kita menyerahkan
hidup kita ke tangan Tuhan, biar kepenuhan Roh muncul di dalam hidup kita. Ketika
saudara berjalan, itu karena Roh Kudus menguasai, mengontrol dan memimpin
hidup saudara, sehingga saudara tahu apa yang harus saudara kerjakan
di dalam rencana Allah. Dan itu akan menjadi satu urgensi di dalam hidup
kita dan tetap menjalankan apa yang Tuhan inginkan.
Bagaimana
kita dapat menyeimbangkan antara prioritas hidup kita di tengah dunia ini dengan
apa yang Tuhan inginkan di dalam rencana hidup kita? Sebagian besar
keputusan-keputusan hidup kita dijalankan bukan karena Tuhan
mendesak kita untuk menjalankan kehendak Tuhan tetapi karena urgensi
nafsu daging kita yang mau dipuaskan. Sehingga disini keinginan daging
menjadi penguasaan yang memabukkan kita sehingga kita tidak punya lagi
prioritas yang tepat untuk mengerti kehendak Allah. Fritz Rienecker menulis
Linguistic Key To The Greek New Testament mengatakan: “Mari kita mulai
melihat kepenuhan Roh Kudus dalam aspek Allah menginginkan, mengontrol hidup
kita dengan mengirim Roh Kudus kedalam diri kita. Mari kita mengerti bagaimana
prioritas hidup kita, Allah ingin mengontrol hidup kita dengan mengirimkan Roh
Kudus kedalam setiap pribadi kita.” Setiap anak Tuhan dimeteraikan Roh
Kudus karena Ia ingin kita hidup di dalam pimpinan Roh. Dia ingin setiap
kita berada di dalam tuntunan Roh Kudus dan bukan berjalan menurut keinginan
prioritas pribadi kita.
Ketika saudara berjalan dan mengambil keputusan, ketika memilih sekolah, memilih pekerjaan yang saudara ingin masuki, menentukan dimana saudara ingin tinggal, apa yang menjadi pertimbangan kita? Apakah benar Tuhan mendesak kita untuk mengerjakannya? Akankah kita mulai belajar mau hidup di dalam pimpinanNya, dengan demikian kita boleh belajar hidup tenang dihadapan Tuhan, hidup penuh dengan kedamaian dan tidak perlu takut diganggu oleh apapun. Saat itulah saudara dan saya dapat menikmati apa artinya hidup di dalam pimpinan Tuhan! Mari kita mengevaluasi, akankah kita terus dikuasai oleh nafsu duniawi ataukah hidup di dalam desakan dan pimpinan Roh Kudus? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Amin.?
(Ringkasan
khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)