Ringkasan
Khotbah : 24 September 2000
THE FEAR OF THE LORD
Pengkhotbah :
Ev. Solomon Yo
Hal
takut akan Tuhan merupakan satu hal yang sangat penting dan esensial di dalam kehidupan
kita sebagai orang Kristen, sebab hal itu merupakan dasar kerohanian dan
moralitas yang sejati. Tanpa adanya takut akan Tuhan, orang mungkin memiliki
satu aktivitas rohani dan bahkan kebajikan yang begitu indah namun
sesungguhnya mereka melakukan sesuatu yang hanya secara tampak luar saja indah
tetapi tidak berkenan dimata Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam
Matius 7:21, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu
yang di sorga.” Tanpa takut akan Tuhan semua hanya merupakan sesuatu
yang sia-sia belaka, palsu dan menjadi sumber kehancuran.
Raja
Saul merupakan contoh tragis seorang tokoh rohani yang ketika melayani Tuhan
memulai dengan begitu rendah hati tetapi berakhir dengan begitu ironis,
yaitu dengan pergi mencari seorang peramal dan orang yang dapat
memanggil arwah orang mati. Salah satu yang menyebabkan Saul
jatuh, yang akan kita soroti adalah bahwa ia tidak memiliki rasa takut akan
Tuhan. Dikatakan dalam I Sam 15: 24-26: “Aku telah berdosa, sebab telah
kulangkahi titah Tuhan dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena
itu aku menggabulkan permintaan mereka. …, sebab engkau telah menolak
firman Tuhan; sebab itu Tuhan telah menolak engkau, sebagai raja atas
Israel.” Demikian juga Pilatus yang takut pada desakan orang banyak sehingga
ia mengkompromikan apa yang secara hati nuraninya, dan ketika
istrinya mendapat mimpi dan mengingatkan, ia tidak berani dan
tidak mampu melakukannya. Jadi di dalam tidak adanya takut akan Allah terdapat
sesuatu yang sangat berbahaya.
Disini
terdapat beberapa alasan jikalau kita takut akan manusia: 1). Takut akan manusia
mendorong kita menyerahkan diri menjadi budak orang lain, dan itu menjadikan
diri kita sendiri hina. Sebagai manusia, kita tidak mempunyai hak atas
hidup kita sehingga apa yang ada harus kita pelihara dan akhirnya boleh
dipertanggungjawabkan pada Tuhan. Orang Kristen adalah orang yang hanya menyerahkan
lututnya pada Tuhan untuk kemudian menjadi saksiNya. Dan pengajaran ini
justru akan membuat orang Kristen menjadi lebih sayang dan hormat kepada
orang tuanya. Jikalau di tengah sistem masyarakat, kita mengenal
adanya orang tua-anak kecil; pimpinan-bawahan, dsb., kita tahu bahwa anak
muda harus menghormati orang yang lebih tua, seorang pimpinan akan
dihormati bawahannya, dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian setiap
kita mempunyai satu sikap hormat, sopan santun dan keteraturan yang berada
di dalam satu keseimbangan. Kita hanya memuliakan dan takut akan
Tuhan, tetapi juga mempunyai penghargaan terhadap orang lain sebagai
ciptaan di dalam aturan yang sepantasnya.
2).
Takut akan manusia membuat orang menggantungkan hidupnya kepada orang lain karena
ia menganggap keputusan mereka adalah penentu hidup/matinya. Ada kalanya kita
menganggap boss atau siapa saja mempunyai kuasa untuk menentukan
kesejahteraan kita dan kita sangat bergantung pada keputusan atau kebaikannya,
sehingga kita menjadi tunduk dalam segala hal kepadanya. Orang Kristen tidak
pernah diajar untuk menggantungkan hidup dan sejahteranya kepada
siapapun juga, baik pada materi maupun seseorang. Firman Tuhan bahkan mengatakan
dengan tegas di dalam Yer 17: 5: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,
yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada
Tuhan!” Karena orang yang menggantungkan kebahagiaan dan kesejahteraannya
kepada sesuatu yang tidak kuat dan dapat berubah adalah orang yang
membahayakan dirinya untuk selalu tidak sejahtera. Sebab ketika materi/
manusia itu menjadi lemah dan tidak berarti, kita menjadi tidak bahagia. Kita diajarkan
untuk membangun rumah kita bukan diatas pasir tetapi diatas batu karang yang
teguh dan kesetiaanNya yaitu Yesus Kristus, dimana kebahagiaan kita akan
ditegakkan. Tuhan dapat memberikan orang/kekasih sebagai orang yang
membahagiakan kita, tetapi sebagai orang Kristen kita harus sadar bahwa apabila
mereka diambil, atau bahkan jikalau kita di-PHK, kita tidak akan menjadi
gila atau menghujat Tuhan. Dengan demikian kita tahu bahwa apapun yang kita terima
baik berkat, keluarga, maupun tubuh yang sehat, selalu kita lihat bahwa
lengan Tuhan yang kekal itulah yang membimbing dan menopang kita.
3).
Membuat kita mau melakukan apa saja demi orang yang kita takuti. Betapa sering
di dalam perusahaan, bahkan orang Kristen, yang kemudian kompromi di dalam
berbagai hal untuk dapat menyenangkan boss atau pimpinannya. Akibatnya kita
telah menjual iman kita dan mengkhianati Tuhan demi suatu upah yang
nilainya tidak seberapa. Takut pada manusia menyebabkan kita berbuat
dosa dan kehilangan sesuatu yang penting, dan justru ketika kita menjual iman
kita, orang tidak akan menghargai kita lagi. Itu adalah kerugian yang seringkali
tidak kita sadari yang akan menghancurkan diri kita sendiri. 4). Hidup kita
hanya untuk menyenangkan hati orang yang kita takuti, yang ironisnya suatu
hari ia akan mencampakkan kita, ketika ia sudah tidak memerlukan kita lagi.
Manusia sebagai mahkluk berdosa tidak dapat diandalkan, bahkan kita tidak
dapat mempercayai diri kita sendiri. Berapa banyak kita berdoa ingin setia
pada Tuhan tetapi akhirnya kita melanggarnya. Dengan demikian kita
harus mohon kekuatan Tuhan untuk menolong, terutama ketika seseorang semakin
memiliki kuasa, disitu potensi penyelewengan menjadi semakin besar. Disini
kita tahu bahwa hanya Tuhan yang begitu setia dan tidak pernah mengabaikan
setiap apa yang kita lakukan, bahkan sesuatu yang paling kecil ketika kita
lakukan dengan hati nurani yang tulus.
5).
Orang yang takut akan manusia adalah orang yang memanfaatkan orang lain demi mencapai
tujuannya. Orang ini merasa bahwa sejahteranya bergantung pada orang lain, dan
yang ia inginkan adalah supaya sejahterannya dapat terpelihara. Sehingga ketika
ia takut, tunduk atau melakukan apa saja termasuk kompromi, alasannya
bukanlah cinta melainkan karena ketakutan jikalau kesejahteraannya
terganggu. Dan tujuan orang tersebut adalah keuntungan, imbalan,
keselamatan, dsb. Dan ketika ia bertemu dengan sesuatu yang lebih besar lagi, ia
akan dengan mudah meninggalkan dan pergi kepada yang lain. 6).
Mengakibatkan kita gagal untuk mengembangkan apa yang telah direncanakan
Tuhan bagi kita karena kita telah menjual diri kita untuk mendapatkan
keuntungan yang sepele. Kita mengorbankan kebenaran dan membiasakan diri melakukan
kesalahan yang akhirnya menjadikan kita orang yang sangat hina dan munafik
karena kita dapat diatur oleh manusia. Hidup dalam dunia ini tidak ada satu
jaminan akan selalu lancar, bahkan orang yang memiliki segala sesuatu pun
tidak lancar dan bukannya tanpa bahaya, tetapi kita tetap mempunyai
perbedaan dimana kita memiliki jaminan pimpinan dan pemeliharaan Tuhan yang
tidak akan goyah selama-lamanya.
Takut
akan Tuhan bukan suatu takut yang memperbudak, yang membuat kita takut seperti
pada hantu atau suatu kuasa yang negatif, tetapi suatu esensi dari satu
kerohanian/ sikap batin yang benar di hadapan Tuhan. Di dalam takut akan Tuhan
ada satu paradoks, yaitu ada semacam kegentaran/ ketakutan yang begitu
dasyat kepada Allah yang suci, kudus dan benar sehingga sedikit kesalahan
pun tidak akan Ia tolerir. Tetapi sekaligus di dalam takut akan Tuhan yang
demikian, juga disertai satu kasih sayang Allah Bapa yang menyambut kita yang
berdosa sebesar apapun juga, sehingga kita boleh datang kehadiratNya
seperti seorang anak kecil yang datang kepada bapanya, yang dengan kasih
sayang dan keintiman boleh menyebutNya Bapa. Kegentaran pada Tuhan adalah
sesuatu yang sungguh-sungguh membuat kita gemetar, takut yang melebihi
apapun juga. Sehingga orang yang berdosa berkata: “Hai bukit, hai gunung jatuhlah
menimpa kami sebab kami sangat takut menghadap akan murka Allah.” Kita terlalu
sering menekankan aspek positif Allah yaitu kasih, pengampunan dan damai
sejahtera Tuhan yang menerima kita sehingga kita kehilangan sikap gentar dan
takut akan Allah. Sikap takut akan Tuhan harus menjadi landasan kerohanian
yang sejati dan moralitas yang tulus iklas, karena di dalam batinnya ia
tahu kepada siapa ia berespon dan dihadapan siapa ia hidup sehingga tidak hidup
sembarangan.
Takut
akan Tuhan dapat kita mengerti dalam beberapa aspek: 1). Adanya suatu paradoks
bahwa ketika kita hidup di dalam anugerah dan pimpinannya, maka kita boleh
memiliki damai sejahtera dan dengan penuh kepercayaan menghampiri tahta
Tuhan. Namun sebaliknya bagi orang yang hidup dalam dosa dan sengaja memberontak
pada Tuhan, Ia akan menjatuhkan murkaNya atas kita. Mungkin kita memiliki
rasa takut terhadap setan, penguasa atau militer yang sanggup melakukan
sesuatu yang buruk terhadap kita, tetapi itu tidak akan berarti jika dibandingkan
dengan murka Tuhan. Alkitab dengan jelas menegaskan bahwa Allah tidak
dapat dipermainkan dan ia adalah api yang menghanguskan sehingga tidak
ada sesuatu yang cemar yang boleh hadir dihadapanNya. 2). Takut akan Tuhan
adalah menyadari dan mengakui Allah sebagai pribadi yang tertinggi, yang
mengendalikan seluruh kehidupan umat manusia, bahkan alam semesta ini. Semua hal
di dalam alam semesta ini memiliki berbagai derajat kuasa dan otoritas,
tetapi diantara semuanya itu hanya Tuhan satu-satunya yang patut disembah
dan diperhitungkan. Seperti Yesaya di dalam bait Allah melihat kemuliaan Tuhan
yang menguasai segala sesuatu dan menjulang tinggi, dan kepada Tuhan ia
bertekuk lutut serta bersembah sujud. Sehingga jikalau saya takut pada Allah di
dalam sikap yang benar dan di dalam sejahtera dengan Dia maka saya tidak perlu
takut terhadap apapun yang lain.
3).
Mengakui Allah sebagai sumber berkat sejati, yang menjadi sumber sejahtera
dan bahagia daripada kita semua. Ketika Allah ada di pihak kita maka tidak ada
apapun yang sanggup melawanNya. Orang yang takut akan Tuhan, yang telah
melihat kemuliaan Tuhan yang mengatasi segala sesuatu akan mengakui bahwa
sumber sejahtera adalah Tuhan sehingga hanya kepada Dia, ia tunduk dan
menggantungkan dirinya.
4).
Takut akan Tuhan berarti melibatkan Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan kita
dan kita taat kepada pimpinanNya. Kita tahu bahwa di gunung yang tinggi, di
lembah yang dalam, di lautan yang luas maupun di samudra angkasa, disitupun
Allah berada dan disitu kita hidup di hadapannya, dinilai, berharap dan
memuliakanNya. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan tidak
akan kekurangan, singa-singga muda akan mati kelaparan dan merana tetapi
orang yang mengandalkan dan hidup takut akan Tuhan tidak akan kekurangan. Dengan
demikian tidak ada yang perlu kita khawatirkan dan dengan sejahtera kita boleh
hidup dan beristirahat dengan tenang.
Takut akan Tuhan memberikan pada kita sejahtera yang besar dan kita tidak perlu dikuasai oleh orang lain. Salah satu kalimat Yesus yang bersifat revolusioner adalah, “Janganlah kamu takut kepada manusia yang hanya mampu untuk membinasakan tubuh, tetapi tidak seperti Tuhan yang sanggup membinasakan tubuh dan jiwa dalam neraka.” Ketika kita sudah tidak takut terhadap kematian ataupun penganiayaan maka kita justru hidup dalam damai sejahtera. Sehingga di dalam hubungan kita satu sama lain, yang pertama adalah takut akan Tuhan dan dalam hubungan dengan sesama kita boleh menjalin satu saling menghormati dan mengasihi semua di dalam kebenaran. Kiranya firman Tuhan hari ini boleh memberikan pada kita suatu terobosan dan kebebasan untuk hidup penuh sejahtera dengan satu kegentaran hidup benar dihadapan Tuhan. Mari kita belajar takut akan Tuhan. Amin.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)