Ringkasan
Khotbah : 24 Desember 2000
The
Song of A Servant
Pengkhotbah
:
Rev. Sutjipto
Subeno
Ketika Maria mendapatkan berita dari malaikat bahwa ia akan mengandung Yesus maka ia menjadi terkejut karena ia belum bersuami. Akan tetapi malaikat itu menjawab bahwa bagi Allah semua itu mungkin. Pada saat Maria berada di dalam kondisi yang amat kritis ini ia ternyata dapat memberikan sebuah respon yang sangat indah, yaitu ia berkata: "Aku ini hamba Tuhan, jadilah kepadaku menurut perkataanmu."
Setelah itu Maria pergi ke rumah Elisabet dan tinggal tiga bulan disana. Pada waktu itu Elisabet sudah mengandung enam bulan sementara Maria baru satu bulan sehingga kandungannya itu belum kelihatan dari luar. Tetapi di saat Maria memberikan salam maka bayi yang ada di kandungan Elisabet melonjak gembira dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus dan kemudian berkata: "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?" (ay.43). Jikalau hal ini terjadi pada kita maka kita mungkin akan bahagia sekali dan merasa diri hebat. Tetapi Maria justru berkata: "Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku" (ay.46). Ketika kita melihat suatu realita maka yang menjadi masalah adalah bagaimanakah kita menginterpretasi realita tersebut dan setiap interpretasi itu akan melahirkan reaksi yang berbeda. Di saat seorang ateis menolak Allah maka ia akan menganggap dirinya menjadi yang paling utama. Orang seperti ini akan menginterpretasi segala sesuatu dari sudut pandang subyektifnya. Tetapi saat seseorang percaya bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat maka ia akan melihat bagaimana Allah bekerja di dalam dirinya.
Kita
akan melihat apakah yang mendasari ucapan Maria ini. Apakah itu hanya sekedar
ucapan di bibir saja? Disini saya teringat dengan apa yang dikatakan oleh
Agustinus dan kemudian diulangi lagi oleh Calvin. Ia berkata bahwa di saat kita
melihat realita dan mau mengerti realita itu dengan tepat maka hal ini harus
dimulai dengan pengenalan akan Allah dan
pengenalan akan diri. Jikalau saya
mengenal Allah secara salah maka saya juga akan mengenal diri secara salah
sehingga saya pun akan menginterpretasi alam semesta secara salah. Maka yang
menjadi masalah di dalam cara pandang kita terhadap dunia bukanlah hanya
masalah interpretasi. Di belakang interpretasi ada suatu pengenalan dasar yang
membuat cara pandang kita menjadi berbeda. Di belakang interpretasi saya
terhadap seseorang terdapat pengenalan dasar saya terhadap orang itu. Jika orang
itu saya kenal jahat maka interpretasi saya terhadap apa yang ia lakukan juga
akan menjadi jahat. Inilah yang disebut prasangka yang hanya dapat kita hilangkan
jika kita mengerti orang tersebut dengan tepat.
Di
saat Maria dapat bereaksi dengan tepat maka kalimat Maria itu bukanlah tanpa
dasar tetapi karena ia telah mempunyai pengenalan yang baik dan tepat tentang
Allah. Bagaimana kita dapat berespon dengan tepat kepada Allah dimulai dengan bagaimana
kita mengenal Dia dengan tepat. The Song
of Mary mengungkapkan apa yang menjadi pengenalan Maria akan Allah. Disini
kita melihat empat hal:
1.
Tuhan memperhatikan kerendahan hambaNya (ay. 48-50)
2.
Tuhan memperlihatkan kuasaNya (ay. 51).
3. Tuhan memelihara umat pilihanNya (ay. 53)
4.
Tuhan menolong Israel hambaNya, sesuai janjiNya (ay.54-55).
Pertama:
Maria sadar bahwa Allah adalah Allah yang memperhatikan kerendahan
hambaNya. Maria adalah seorang wanita sejati karena ia sadar bahwa ia sebenarnya
begitu kecil dan rendah tetapi justru di dalam semua itu ia mempunyai pengaruh
yang luar biasa, dan ini dikarenakan Tuhan adalah Tuhan yang memperhatikan kerendahan
hambaNya. Seringkali kita berpikir bahwa supaya kita dapat dipakai Tuhan maka kita
harus kelihatan hebat, tetapi ini bertolak belakang dengan Maria. Bahkan di saat
Maria menerima tugas dari Tuhan maka tugas ini sepintas tampak begitu sederhana
dan biasa, yaitu hanya mengandung. Dan di dalam proses kehamilan ini juga
tidak dikisahkan bahwa Maria begitu kesakitan atau terus-menerus
muntah-muntah sehingga tidak dapat bangun dari tempat tidur. Tetapi yang
menjadi inti disini adalah siapakah yang dikandung oleh Maria. Kita seringkali
menolak melayani karena kita berpikir bahwa Tuhan adalah Tuhan yang memakai extraordinary
people untuk ordinary task, tetapi
Tuhan justru memakai ordinary people untuk
extraordinary task. Maria menyadari
hal ini dapat, kemudian menyerahkan dirinya dan segala apa yang ada
padanya sehingga Tuhan memakai dia secara luar biasa. Jikalau Tuhan memakai kita
yang biasa untuk mengerjakan pekerjaan yang luar biasa maka orang
akan melihat bahwa yang hebat memang bukan kita tetapi adalah Tuhan
kita sehingga mereka akan memuliakan Tuhan.
Kedua:
Maria bukan hanya menyadari bahwa Allah adalah Allah yang memperhatikan
tetapi juga adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat. Tuhan kita bukan hanya
Tuhan yang melankolik, yang hanya dapat mengerti kesulitan kita tanpa dapat memberikan
pertolongan apapun. Kita saat ini menghadapi kondisi yang sangat membingungkan
dimana manusia tidak lagi mau melihat Allah yang berdaulat dan berkuasa atas
diri kita yang begitu hina dan yang akan menggenapkan rencanaNya di dalam kita.
Banyak orang sekarang yang melihat kedaulatan Allah sebagai hal untuk
menggenapi apa yang menjadi kemauannya sehingga karena Allah berdaulat maka
tidak ada yang mustahil bagiku dan bukannya bagi Allah. Di saat kita mau
melayani Tuhan, kita seringkali merasa begitu gentar melihat beban kesulitan
yang ada di depan sehingga kita tidak berani melangkah. Kita lebih dapat
melihat dunia ini dan bukannya Allah. Ada satu kalimat yang berkata bahwa
dimana kesulitan kita besar maka itu membuktikan bahwa Allah kita kecil dan
sebaliknya, pada saat Allah kita besar maka segala kesulitan kita akan menjadi
kecil. Kesulitan yang dihadapi oleh Maria begitu besar tetapi ia ternyata dapat
melihat bahwa Tuhan lebih besar daripada semua kesulitannya.
Ketiga:
Seorang hamba yang sejati tahu bahwa Allah adalah Allah yang memelihara
umat pilihanNya. Allah bukannya memberikan kita tugas dan kemudian meninggalkan
kita begitu saja. Ia akan menyertai kita bahkan hingga ke detil-detilnya. Di dalam
kisah Maria kita melihat bukti dari hal ini. Begitu Maria hamil maka Allah langsung
mengungsikan dia ke tempat Elisabet selama tiga bulan. Diperkirakan Maria tinggal
di rumah Elisabet sampai Yohanes dilahirkan dan baru setelah itu kembali ke rumahnya.
Setelah ia pulang maka ia harus kembali pergi ke Betlehem dan setelah Yesus lahir
ia harus mengungsi di Mesir. Sepintas ini merupakan satu beban yang begitu memberatkan
Maria tetapi ini sebenarnya justru merupakan bagian dari pemeliharaan Allah.
Jikalau Maria kedapatan hamil di tempat tinggalnya maka ia akan langsung dituduh
berjinah. Tetapi Tuhan justru mengatur supaya Maria berpindah-pindah tempat dengan
maksud untuk memelihara kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Hamba Tuhan
pedesaan seringkali lebih mengerti providensia Allah. Mereka berkekurangan secara
keuangan tetapi anehnya selalu dapat hidup bulan demi bulan. Mereka disana benar-benar
hidup dengan iman mereka karena mereka tidak tahu apakah yang dapat dimakan
besok terlebih lagi minggu depannya. Kita seringkali tidak percaya bahwa Tuhan
memelihara, tetapi jikalau kita masih dapat hidup hingga hari ini maka itu
semua sebenarnya merupakan anugerah Tuhan yang terlalu besar.
Keempat:
Tuhan juga adalah Tuhan yang menggenapkan janjiNya. Saat kita mau melakukan
kehendak Tuhan maka kita harus terus melihat kepada rencana Tuhan. Seringkali
kita kehilangan kesabaran di saat menunggu janji-janji Tuhan, tetapi Tuhan
mempunyai waktu dan caraNya sendiri. Tidak ada satu hal yang dapat membawa
hasil yang efektif kecuali jika hal itu tepat secara waktu. Seorang teolog
bahkan mempertanyakan anggapan kita bahwa Tuhan itu pastilah Tuhan
yang berencana karena menurutnya hanya manusia yang berencana sementara
kita tidak pernah tahu apakah Tuhan itu berencana ataukah tidak. Akan tetapi,
jikalau manusia dapat berencana maka darimanakah manusia dapat
mempunyai kapasitas untuk berencana? Celaka sekali jikalau Tuhan kita adalah
Tuhan yang tidak berencana dan dapat berubah-ubah sekehendak hatinya.
Tetapi dari Alkitab kita melihat segala sesuatu telah teratur rapi dari alfa
hingga omega dan setelah genap
waktunya maka Allah mengutus AnakNya untuk lahir ke dalam dunia ini.
jikalau Allah berjanji maka Ia tidak akan pernah meleset di dalam menepati
janjiNya. Maria sadar bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang sembarangan dan bukanlah
Tuhan yang dapat dipermainkan karena Tuhan adalah Tuhan yang begitu tertib dan
teratur. Jikalau kita menyadari bahwa Tuhan kita begitu tertib dan teratur maka
itu seharusnya menjadikan suatu kekuatan bagi kita melangkah di dalam hidup
kita. Kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Di saat
kita melayani Tuhan, jangan sampai kita terlalu cepat atau terlalu lambat.
Jikalau belum tiba waktunya maka jangan melangkah, karena waktu bukanlah milik
kita sehingga dapat mengaturnya sekehendak hati kita. Jikalau waktunya
telah tiba, maka kita harus sesegera mungkin mengerjakannya dan tidak lagi
berdalih bahwa kita belum siap.
Jikalau kita mengerti keempat hal ini maka semua ini akan membuat hidup kita berpusat kepada Allah. Dan inilah yang Maria mengerti. Biarlah kerinduan kita adalah supaya rencana Allah dapat digenapi di dalam kehidupan kita. Jikalau ini gagal maka bukankah seluruh hidup kita tidak akan ada artinya. Biarlah pujian Maria ini dapat menjadi perenungan bagi kita.?
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)