Ringkasan
Khotbah : 28 Januari 2001
Dinamika
Iman Musa
Pengkhotbah
: Ev.
Thomy
J. Matakupan
Di
dalam hidup yang kita lewati, kita melihat bahwa masing-masing kita Tuhan bawa
ke dalam suatu alur kehidupan, pengalaman pendidikan dan pekerjaan dimana
ada berkat dan kehadiran Tuhan disana yang bisa menolong. Maka kita harus
sadar bahwa dalam setiap keadaan dimana kita hadir disana, terdapat satu
tuntutan pertanggung jawaban yang harus kita sampaikan dan satu
penghargaan terhadap anugerah Tuhan. Sebab jikalau kita tidak dapat
menemukan keindahan dan dinamika yang begitu limpah di dalam hidup kita,
tidak heran dalam setiap problema yang terjadi tidak dapat kita temukan
inti permasalahannya.
Iman
Kristen mengatakan bahwa dalam setiap setting (alur) hidup, yang menjadi
pencipta utama adalah Tuhan dan Ia membawa serta menempatkan orang-orang
kepada pengenapan rencanaNya. Demikian juga dengan Musa, dimasa ia
akan lahir, keadaan bangsanya sangat mengerikan oleh karena Raja Mesir
pada saat itu memerintahkan semua bayi laki-laki yang dilahirkan harus
dibunuh. Sehingga ibunya menyembunyikan dan akhirnya mengalirkannya
di sungai Nil. Hingga suatu ketika putri Firaun melihat dan mengangkatnya
sebagai anak, dan alur kehidupan Musa di mulai dengan sesuatu yang baru.
Dalam istana tersebut Musa mendapatkan segala kemewahan dan kekuasaan,
dan ada masa yang cukup dimana Musa dapat menikmati masa hidupnya. Namun
ketika Musa telah dewasa (40 tahun), ia menyaksikan saudara-saudaranya
mengalami kerja paksa dan akhirnya ia membunuh dan melarikan diri ke tanah
Midian. Maka Musa kembali memulai alur hidupnya yang baru, dan disitulah
ia bertemu dengan jodohnya, Rehuellah Zipora serta mendapatkan seorang anak
yang diberi nama Gersom. Dan selanjutnya, Musa memasuki alur kehidupan
yang lebih sempit lagi ketika ia bekerja mengembalakan kambing domba milik
mertuanya, sampai ke gunung Horeb, dan akhirnya mendapatkan pengalaman
bertemu dengan Tuhan melalui “burning bushes” (semak terbakar yang
tidak hangus).
Sepertinya
itu merupakan suatu keadaan yang makin lama makin menurun, namun kalau
kita memperhatikan itu merupakan langkah awal alur kehidupan musa dimana
ia harus benar-benar memberikan tanggung jawab yang lebih serius lagi
kepada Tuhan. Satu problem mulai muncul ketika Tuhan berkata, “Jadi sekarang,
pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu, orang
Israel, keluar dari Mesir.” Dan Musa mulai memaparkan lima
argumentasinya untuk menolak apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertemuan
dengan Tuhan di tempat semak yang terbakar tetapi tidak hangus ini
merupakan satu goncangan hebat yang menggoncang sendi-sendi hidup
Musa.
Kita
dapat membayangkan goncangan hebat yang Musa alami karena ia bukan
sekedar berpindah dari kehidupan yang mapan kepada hidup yang
sederhana tetapi ia juga harus berhadapan dengan berbagai resiko,
dan seakan-akan tombak orang mesir berada di hadapannya. Di dalam setiap
alur kehidupan, masing-masing kita pasti mempunyai semak terbakar sendiri
dan pada saat-saat seperti itu Tuhan mau kita mengerti apa yang diinginkanNya
dalam hidup kita. Di gunung Horeb tersebut, Musa dibawa oleh Tuhan untuk
mengkaitkan dengan kekekalan. Saya percaya bahwa hidup Kristen kita harus
menjadi hidup Kristen yang progresif, makin lama makin maju dan penuh dengan
dinamika pengalaman bersama dengan Tuhan. Tuhan memang tidak panggil
kita mengerti segala sesuatu, namun bukan berarti Ia tidak menolong
kita untuk mengerti hal detail yang terjadi dalam alur hidup kita masing-masing.
Allah tidak pernah membiarkan diriNya tanpa kesaksian (dicatat dalam
Kisah Para Rasul).
Banyak
orang yang tidak mengerti akar permasalahan yang timbul dalam hidup mereka,
disebabkan oleh: 1). Lost of identity (kehilangan identitas akan
siapa dirinya). Kita sebagai orang percaya harus sadar bahwa kita dipilih oleh
Tuhan untuk mengenapi suatu tugas tertentu dalam hidup kita. Dan ini yang
kemudian dimengerti oleh Paulus dalam Ef 2:10. Ada banyak bidang yang Tuhan
percayakan pada kita, tetapi pernahkah terpikir oleh kita, sebagai saksi
Tuhan kita harus berbuat apa di dalam bidang tersebut? Jika saudara tidak
pernah berpikir sama sekali akan hal ini, mungkin saudara sudah menikmati
kenyamanan dan kemapanan sehingga suatu kali Tuhan harus goncangkan diri kita
dan mempertemukan kita dengan “Burning Bushes,” pengalaman yang
bersifat pribadi dengan Tuhan. Orang tidak akan melihat setiap masalah yang
terjadi di dalam setiap alur hidupnya dengan tepat kalau ia tidak
dapat menjawab dua hal ini, yaitu: “Who am I?” (siapa diri saya
dalam kaitannya dengan Tuhan), dan kedua, “What’s wrong with this
world?” (Ada apa dengan dunia di masa hidup kita ini?)
2).
Lack of identity. Kita tidak mengerti mengapa kita berada dalam alur
hidup seperti yang kita alami sekarang.
3).
Lost of understanding who God is and the power of God. Seringkali
kita kehilangan pengertian mengapa berada dalam situasi semacam itu dan terlewat
dari tanggung jawab di dalam setiap alur hidup yang Tuhan berikan. Hal itu
disebabkan oleh kegagalan kita mengerti siapakah Tuhan dan kuasa seperti apakah
yang dimiliki oleh Tuhan. Seringkali kita pecaya kepada Tuhan dan percaya
bahwa Allah Maha Kuasa tetapi ketika kita masuk di dalam peristiwa hidup
dimana kita harus menjadi peran utama disana, kita tidak siap. Dalam pengalaman
Musa selanjutnya, Tuhan sudah membuktikan bahwa kuasa yang bekerja membakar
semak yang tidak hangus juga adalah kuasa yang sama pula, yang menyertai Musa
sepanjang perjalanan memimpin orang Israel keluar dari tanah Mesir.
Allah yang sama yang memanggil saudara kepada pertobatan dengan
kuasanya, adalah Allah yang sama pula dengan kuasanya, yang memimpin kita
dalam perjalanan hidup iman kita. Rasul Paulus di dalam kitab Efesus
mengatakan bahwa kuasa yang membangkitkan Kristus dari kematian, kuasa itu
pulalah yang mengerjakan keselamatan di dalam diri saudara dan saya.
4). Kita dapat luput untuk melihat dan menganalisa aspek masalah yang terjadi di dalam setiap alur kehidupan kita oleh karena tidak rela untuk tunduk di dalam kehendak Tuhan. Jikalau kita mau jujur terhadap diri kita sendiri, kita seringkali mempunyai banyak argumentasi kepada Tuhan di dalam ketidaksiapan kita untuk melangkah di dalam pimpinan Tuhan. Mengapa kita tidak melihat Kristus hadir dengan “burning bushes” dalam diri kita masing-masing? Setiap alur hidup kita semua menuntut pertanggung jawaban kepada Tuhan dan pasti menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang harus kita jawab dengan jujur. Bersediakah kita berkata pada Tuhan, “Bawa saya ke dalam pengalaman secret place bersama dengan Tuhan dan tolong saya untuk memberikan respon yang tepat dalam setiap alur hidup yang Tuhan percayakan.” Sebab disanalah kita dapat menemukan nilai diri kita dengan tepat. Bersediakah kita melakukan hal semacam itu? Tuhan memberkati saudara. Amin.?
(Ringkasan
khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)